Malam sudah jatuh di kediaman Klan Ling. Zhen duduk di depan meja batu di ruangannya, kitab alkimia terbuka di hadapannya. Pil hijau kecil yang ia buat siang tadi masih bersinar lembut di dalam wadah kaca. Namun, meskipun berhasil menyelesaikan ujian pertama, Zhen tahu bahwa perjalanan ini baru dimulai. Ying mengetuk pintu dan masuk tanpa menunggu jawaban. “Zhen, kamu tidak lelah? Sejak tadi kamu di terus berasa disini. Apa kamu pikir tingkatan berikutnya akan sama gampangnya seperti yang pertama?” Zhen menatap sahabatnya dengan senyum tipis. “Gampang? Aku hampir gagal tadi. Kalau saja serbuk kristal itu tidak aku pakai dalam jumlah yang tepat, pilnya akan meledak. Dan kamu tahu kan, tingkat Pemula itu hanya awal.” Ying mendudukkan dirinya di kursi dekat Zhen. “Aku mengerti. Tapi masalahnya bukan cuma alkimia. Energi gelap yang muncul dari Ling Kai itu tidak akan menunggu kamu jadi alkemis tingkat atas.” Xian muncul di pintu dengan ekspresi serius. “kalian berdua bener. Kita ti
Fajar menyingsing di kediaman Klan Ling. Suasana tenang pagi itu terasa seperti jeda sebelum badai. Ling Zhen duduk bersila di tengah halaman belakangnya. Udara di sekelilingnya dipenuhi dengan energi angin yang bergerak lembut, mengikuti ritme napasnya.Dia tidak hanya fokus pada alkimia. Perjalanannya sebagai kultivator juga tak kalah penting. Jika ia ingin melindungi dirinya sendiri dan mengungkap misteri energi gelap yang menyelimuti klannya, kekuatan kultivasinya harus meningkat.---Ling Zhen saat ini berada pada tingkat Pengendali Awal, tingkat kedua dari jalan kultivasi, yang memiliki sembilan sub-tingkatan: Dasar, Stabil, Kuat, dan terakhir Puncak. Untuk melewati tingkat ini dan mencapai Pengendali Menengah, ia harus menyempurnakan kendalinya atas elemen angin.Namun, seperti halnya alkimia, perjalanan ini tidak mudah. Energi angin yang menjadi kekuatannya memiliki sifat liar. Mengendalikannya membutuhkan keseimbangan dan ketenangan yang sulit dicapai.---Sementara itu, suas
Arena Klan Ling bergemuruh dengan suara teriakan para murid yang menonton pertarungan sengit antara Zhen dan Ling Kai. Angin berputar dengan liar di sekitar Zhen, sementara energi gelap dari Ling Kai terus merusak medan pertarungan. Suasana semakin tegang, dan meskipun Zhen tampak tenang, di dalam hatinya ada kekhawatiran. --- Ling Kai memamerkan kekuatan barunya, setiap serangannya terasa lebih berat dan mematikan. Angin yang biasanya menjadi senjatanya kini tercampur dengan energi gelap yang merusak alam di sekitarnya. Setiap pukulan menghasilkan dentuman keras, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan tanah di bawahnya. Zhen terhuyung mundur setelah salah satu serangan besar mengenai perisai anginnya, namun ia segera memulihkan keseimbangan. Matanya tetap fokus pada musuhnya, meskipun napasnya mulai terasa lebih berat. "kau pikir dengan kekuatan itu kay bisa mengalahkanku?" Zhen berkata dengan suara rendah, namun tegas. Ling Kai tertawa sinis, wajahnya dipenuhi denga
Setelah pertarungan sengit di arena klan, Zhen merasa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap yang tersembunyi di balik kejadian tersebut. Ling Kai bukan hanya sekadar murid yang terobsesi untuk mengalahkan dirinya, tetapi ada tangan-tangan yang lebih besar yang menggerakkan segala sesuatu dari balik layar.Namun, sebelum dia bisa menggali lebih dalam tentang misteri tersebut, Zhen tahu bahwa dirinya harus meninggalkan klan Ling untuk sementara. Dunia luar, yang jauh lebih luas daripada apa yang pernah ia bayangkan, menyimpan banyak rahasia yang harus diungkap. Dan mungkin, di luar sana, ia bisa menemukan petunjuk yang mengarah pada kebenaran.---Zhen berdiri di depan gerbang utama klan Ling. Langit pagi yang cerah tampak berbeda dari sebelumnya—seolah menandakan awal perjalanan baru dalam hidupnya. Di belakangnya, Ying dan Xian berdiri dengan cemas."Kau benar-benar akan pergi?" tanya Ying, suaranya dipenuhi kekhawatiran.Zhen menoleh, memberikan senyum tipis. "Aku tidak punya
Zhen terus melangkah melewati hutan lebat, menembus wilayah-wilayah yang semakin terasa asing. Setiap desa yang dia lewati tampak sepi, terkadang hanya ada beberapa orang yang memandangnya dengan rasa curiga. Namun, perjalanan ini membuat Zhen semakin menyadari bahwa dunia di luar klan Ling jauh lebih kompleks dan penuh bahaya daripada yang ia bayangkan.Hari sudah semakin sore ketika Zhen memasuki sebuah lembah kecil, di mana sebuah reruntuhan kuno terletak di tengahnya. Tanda-tanda kehidupan ada di sekitar, meskipun suasana itu terasa aneh dan mencekam. Di dalam reruntuhan itu, ada sesuatu yang menarik perhatian Zhen—sebuah batu besar yang bersinar redup, tersembunyi di balik reruntuhan.Sebelum Zhen bisa mendekatinya, sebuah suara berat terdengar dari kegelapan."Apa yang kamu cari di sini, anak muda?" suara itu datang dari seseorang yang muncul dari bayang-bayang reruntuhan.Zhen berbalik dengan waspada. Di hadapannya berdiri seorang pria tua dengan jubah putih kusam. Matanya taja
Zhen memandang batu bercahaya yang kini ada di tangannya, merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dari dalamnya. Namun, sebelum dia bisa mengamati lebih lanjut, suara dari belakang membuatnya berhenti."Kau pikir bisa begitu saja membawa benda itu, bocah?" suara itu penuh amarah dan penuh ancaman.Zhen berbalik dengan cepat, siap menghadapi siapapun yang mencoba menghalanginya. Di depannya, berdiri dua orang—satu pria besar dengan tubuh kekar dan seorang wanita dengan mata tajam yang tampak seperti petarung berpengalaman."Siapa kalian?" tanya Zhen, matanya menatap kedua orang itu dengan waspada.Pria besar itu tersenyum sinis. "Kami penjaga wilayah ini. Dan kau sudah menginjakkan kaki di tempat yang salah, bocah."Zhen merasakan energi dari keduanya, jelas mereka bukan orang sembarangan. Pria besar itu tampaknya menguasai elemen tanah, sedangkan wanita di sampingnya mengeluarkan aura yang terasa lebih sulit untuk dipahami, seolah dia mengendalikan beberapa elemen sekaligus."Ji
Setelah beberapa hari melangkah jauh dari klan, Zhen mulai merasa penat. Perjalanan yang penuh rintangan dan pertempuran hampir menguras seluruh energinya. Namun, dia tahu bahwa tujuannya belum tercapai. Informasi yang dia cari tentang peninggalan kuno dan artefak misterius masih belum jelas. Jadi, dia memutuskan untuk berhenti sejenak dan mencari informasi lebih lanjut di salah satu tempat yang tidak terlalu mencolok.Di kota kecil yang terletak di perbatasan wilayah klannya, Zhen masuk ke sebuah restoran yang tampaknya tidak terlalu ramai. Restoran itu memiliki suasana yang tenang, dengan bau rempah-rempah yang menggoda dari dapurnya. Dengan cepat, Zhen mencari tempat duduk di sudut yang sedikit tersembunyi. Dia ingin tetap tidak menarik perhatian.Seorang pelayan mendekat dan menanyakan pesanan Zhen. "Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" tanyanya dengan senyuman ramah.Zhen melirik menu, tapi tidak terlalu tertarik dengan makanan. "Berikan aku hanya secangkir teh panas," jawabnya samb
Zhen berjalan menyusuri jalan-jalan kota yang sibuk, pikirannya masih terfokus pada percakapan yang baru saja didengarnya. Artefak, gua tersembunyi, dan pedagang yang mengetahui lebih banyak tentang keberadaannya—semuanya mengarah ke satu tujuan. Namun, sesuatu dalam dirinya merasa bahwa menemukan pedagang itu tidak akan semudah yang dia bayangkan.Hari pertama pencariannya berlalu tanpa hasil. Zhen mengunjungi pasar, bertanya kepada pedagang, dan bertemu dengan beberapa orang yang mungkin tahu sesuatu. Namun, informasi yang didapatkannya hanya berputar-putar tanpa memberi petunjuk yang jelas. Ada banyak orang yang berbicara tentang artefak kuno, tetapi tidak satu pun yang mengarah pada pedagang yang dia cari. Tampaknya, pedagang tersebut adalah sosok yang sangat berhati-hati dan jarang terlihat di tempat umum.Zhen menyadari bahwa dia harus lebih berhati-hati dan memikirkan langkah berikutnya dengan lebih strategis. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai pengelana biasa, tanpa menunjuk
Malam telah menyelimuti langit ketika Zhen dan Mo Weng berkemah di tepi sungai kecil, beberapa kilometer dari reruntuhan. Api unggun berkobar pelan, memancarkan cahaya oranye yang menari-nari di wajah mereka. Suasana tampak tenang, tetapi Zhen tidak bisa menghilangkan rasa waspada di hatinya.> Mo Weng: "Kau belum tidur juga?"Zhen menatap api unggun dengan mata serius.> Zhen: "Ada sesuatu yang mengawasi kita sejak kita meninggalkan reruntuhan. Aku bisa merasakannya."Mo Weng mengangkat alis, lalu menghela napas.> Mo Weng: "Aku juga merasakannya, tapi entah itu sekadar rasa curiga atau memang ada yang mengikuti kita. Kalau benar begitu, siapa pun mereka pasti memiliki alasan sendiri."Zhen mengepalkan tangannya.> Zhen: "Jika mereka ingin sesuatu dariku, cepat atau lambat mereka akan muncul sendiri. Yang lebih penting, kita harus sampai di Sekte Api Hitam secepat mungkin."Mo Weng tertawa kecil dan menepuk pundaknya.> Mo Weng: "Haha! Aku suka semangatmu, tapi jangan terlalu tegang.
Zhen berdiri di depan patung batu yang kini tak lagi bergerak. Cahaya biru pucat dari simbol kuno di dadanya perlahan meredup, tetapi energi aneh masih terasa di udara.> Zhen (dalam hati): "Apa maksud suara itu? Penerus sejati Api Roh Bumi? Aku bahkan belum memahami sepenuhnya apa kekuatan ini…"Di saat yang sama, Mo Weng menghela napas lega dan menepuk bahunya.> Mo Weng: "Setidaknya kita masih hidup. Tapi aku yakin ini belum selesai. Biasanya, setelah melewati ujian seperti ini, ada sesuatu yang tertinggal."Zhen mengangguk, lalu berjalan mendekati patung itu. Saat dia menyentuh simbol di dadanya, patung itu tiba-tiba retak dan meledak menjadi pecahan kecil. Dari dalamnya, sebuah gulungan kuno melayang keluar, bersinar dengan cahaya merah keemasan.> Murid Paviliun Api Surgawi: "Itu… itu gulungan teknik alkimia!"Zhen meraihnya dan membuka gulungan tersebut. Di dalamnya terdapat tulisan kuno dengan gambar-gambar formasi rumit. Mo Weng meliriknya dan matanya membelalak.> Mo Weng: "
Ling Zhen berdiri dengan tenang di aula utama Paviliun Api Surgawi. Cahaya lentera giok berkelap-kelip, mencerminkan ekspresi tajamnya. Di hadapannya, seorang pria berjubah hitam dengan simbol tengkorak merah di dadanya menatapnya dengan dingin.> Utusan Sekte Roh Gelap: "Ling Zhen, aku akan langsung ke intinya. Kembalikan Api Roh Bumi itu. Itu bukan milikmu."Mo Weng menyeringai dan melangkah maju.> Mo Weng: "Hah? Sejak kapan Api Roh Bumi menjadi milik kalian? Ini diberikan langsung oleh Penguasa Langit Ketiga."> Utusan: "Itu karena Penguasa Langit Ketiga tidak tahu bahwa Api Roh Bumi seharusnya menjadi bagian dari ritual kebangkitan Tuan Sekte kami."Ruangan menjadi sunyi. Para murid Paviliun Api Surgawi mulai berbisik.Zhen tetap diam sejenak, lalu berkata dengan tenang:> Zhen: "Jika Penguasa Langit Ketiga sendiri yang memberikannya padaku, maka itu adalah keputusannya. Sekte Roh Gelap tidak punya hak menuntutnya kembali."Tatapan utusan itu semakin dingin.> Utusan: "Kau tidak
Ling Zhen menatap pria berjubah hitam di hadapannya.> Zhen: "Penguasa Langit Ketiga ingin menemuiku?"Pria itu mengangguk.> Pria Jubah Hitam: "Benar. Dia telah mendengar tentang keahlianmu dalam alkimia dan ingin berbicara langsung denganmu. Undangan ini bukan sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah."Mo Weng mengerutkan alisnya, tampak tidak senang.> Mo Weng: "Penguasa Langit Ketiga? Hmph, aku tidak suka cara mereka mencampuri urusan orang lain. Zhen, kau harus berhati-hati. Orang-orang di Istana Surgawi bukanlah orang biasa."Tetua Paviliun Api Surgawi juga tampak terkejut.> Tetua Paviliun: "Undangan dari Istana Surgawi sangat langka. Biasanya, hanya para alkemis atau kultivator berbakat yang mendapat perhatian mereka. Tapi ini… terlalu cepat."Zhen tidak segera menjawab. Ia tahu bahwa setelah kemenangannya dalam duel alkimia, banyak mata akan tertuju padanya. Tapi ia tidak menyangka bahwa perhatian itu akan datang secepat ini.> Zhen (dalam hati): "Apakah ini sebuah kesempatan…
Tiga hari berlalu dengan cepat. Dalam waktu yang singkat itu, Ling Zhen tidak hanya berlatih menyuling pil dengan Mo Weng, tetapi juga memperdalam pemahamannya tentang interaksi elemen dalam alkimia. Ia menyadari bahwa banyak alkemis hanya mengandalkan teori dan formula, sementara dirinya bisa langsung merasakan hubungan antara elemen dan energi dunia.Di hari yang ditentukan, Zhen dan Mo Weng tiba di Paviliun Api Surgawi, sebuah tempat suci bagi para alkemis di Langit Ketiga. Bangunan itu menjulang tinggi dengan atap merah menyala dan simbol api berlapis emas yang bersinar terang. Begitu mereka memasuki aula utama, suasana penuh dengan suara bisikan dan tatapan tajam dari para alkemis yang berkumpul untuk menyaksikan duel ini.Di tengah aula, Tian Feng sudah berdiri dengan tenang. Di belakangnya, Yan Huo dan beberapa tetua Sekte Seribu Api duduk di kursi kehormatan, memperhatikan dengan mata penuh evaluasi.> Tian Feng: "Kau datang tepat waktu. Aku sudah menunggu."Zhen melangkah maj
Ling Zhen menatap sosok-sosok berjubah yang muncul dari balik pepohonan. Mereka mengenakan jubah berwarna merah tua dengan bordiran api emas, simbol sekte alkimia yang belum pernah ia lihat sebelumnya.Mo Weng menghela napas, wajahnya berubah serius.> Mo Weng: "Aku seharusnya tahu mereka akan datang. Mereka pasti merasakan energi dari Pil Harmoni Langit yang kau ciptakan."Salah satu pria berjubah merah maju. Dia adalah seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang dan mata tajam yang penuh evaluasi.> Pria Tua: "Namaku Yan Huo, tetua dari Sekte Seribu Api. Kami telah mengawasi perkembangan alkimia di Langit Ketiga selama bertahun-tahun, dan baru kali ini kami menemukan seseorang yang bisa menyuling Pil Harmoni Langit dengan kesempurnaan seperti itu."Ling Zhen tetap tenang, meskipun ada sedikit kewaspadaan dalam dirinya.> Yan Huo: "Anak muda, darimana kau belajar teknik alkimia ini?"Mo Weng melangkah ke depan sebelum Zhen sempat menjawab.> Mo Weng: "Yan Huo, aku yang membimbing
Setelah menerima kekuatan dari Inti Kehidupan, Ling Zhen merasakan harmoni yang lebih dalam dengan elemen-elemen di sekitarnya. Namun, dia juga tahu bahwa ujian Langit Ketiga belum selesai.Saat dia meninggalkan altar, hutan emas itu perlahan berubah. Pohon-pohon bergetar, dan udara mulai dipenuhi aroma herbal yang kuat. Zhen menyadari bahwa ini bukan hutan biasa—ini adalah Hutan Roh Alkimia, tempat langka yang hanya muncul bagi mereka yang layak.> Zhen (dalam hati): “Ini… tempat di mana energi alami berkumpul dengan sempurna. Jika aku bisa memahami esensinya, penyulingan pilku bisa mencapai tingkat baru!”Sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, suara berat terdengar dari kejauhan.> ???: “Anak muda, sepertinya kau tertarik dengan alkimia.”Dari balik kabut, seorang pria tua dengan jubah hijau muncul. Dia membawa tongkat kayu dengan simbol alkimia yang bersinar samar.> Zhen: “Siapa kau?”> Pria Tua: “Aku? Aku adalah Penguasa Alkimia Langit Ketiga, Mo Weng. Tempat ini adalah domainku,
Malam setelah ujian alkemis, Ling Zhen duduk bersila di dalam kamarnya di Paviliun Pil Langit. Pil Es Langit yang baru ia buat melayang di telapak tangannya, memancarkan aura dingin yang stabil.> Zhen (dalam hati): Penyulingan pil bukan sekadar tentang bahan dan api, tapi juga tentang memahami keseimbangan antara elemen dan energi kehidupan.*Saat ia mulai menyerap energi dari pil itu, tubuhnya merespons dengan cepat. Meridiannya terbuka lebih lebar, dan pemahamannya tentang elemen es semakin dalam. Namun, di tengah meditasinya, ia merasakan sesuatu yang tidak beres.Suara angin berdesir, dan bayangan samar bergerak di luar jendela.Zhen langsung membuka matanya. Dengan satu gerakan cepat, ia melompat ke luar jendela, langsung menghadang sosok berpakaian hitam yang sedang berusaha kabur.> Zhen: "Siapa kau?"Orang itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia melepaskan serangan tajam dengan belati hitam yang memancarkan aura racun.Zhen menghindari serangan itu dan membalas dengan puku
Setelah kejadian di Jurang Es Gelap, Ling Zhen tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di Langit Ketiga. Namun, sebelum dia bisa menyelidikinya lebih jauh, ada satu hal lain yang harus dia lakukan—menaikkan tingkatannya sebagai seorang alkemis.Paviliun Pil Langit adalah pusat utama para alkemis di Langit Ketiga. Hanya mereka yang diakui sebagai alkemis sejati yang bisa menyuling pil tingkat tinggi dan mendapatkan sumber daya langka.> Fei Yun: "Kau yakin ingin mengikuti ujian ini sekarang, Zhen? Kau baru saja mengalami pertempuran berat dengan Mo Bai."> Zhen: "Justru karena itu. Aku perlu meningkatkan kemampuanku, bukan hanya dalam pertempuran, tapi juga dalam menyuling pil."Yan Xue mengangguk setuju.> Yan Xue: "Selain itu, memiliki status alkemis akan membantumu mendapatkan pengaruh lebih besar di Langit Ketiga."Saat mereka tiba di Paviliun Pil Langit, puluhan alkemis muda sudah berkumpul di depan aula utama. Beberapa di antaranya mengen