Terdapat seorang pria paruh baya yang sedang duduk di dalam tanpa memiliki lengan kiri dan kaki kanan. Saat ini, pria itu sedang memegang botol arak dengan tangan kanannya dengan ekspresi puas."Apakah namamu John Triana?'Jessy baru saja berbicara, tapi Fandy segera menyenggolnya dan berkata."Maaf mengganggu."Pria paruh baya itu meneguk arak lagi, lalu menatap Fandy dan berkata dengan nada main-main."Aku adalah orang cacat, untuk apa sesungkan ini padaku?"Ekspresi Fandy terlihat sangat serius."Aku sangat menghormati orang yang bisa bertarung di medan perang."Oh? Pria paruh baya itu tertawa."Huh, kamu sungguh menarik. Nggak disangka kamu bisa melihat aura membunuh di tubuhku, hebat juga."Benar sekali. Setelah masuk ke dalam, Fandy melihat jika pria paruh baya ini pasti pernah berada di medan perang, hilangnya lengan dan kaki bisa menjelaskan hal ini dengan baik."Kamu lumayan juga. Aku adalah John, ada apa kalian mencariku? Sudah lama nggak ada orang yang datang ke sini, aku sa
Mark mengalihkan pandangannya setelah mendengar ucapan John."Konyol sekali! Nggak disangka orang cacat bisa membual, apakah kamu kira aku takut?"Mark mengangkat tangannya untuk memegang rokok."Patahkan kaki yang satunya lagi. Biarkan dia memahami situasi saat ini dan tahu harus bersikap seperti apa padaku."Dewi Perang Fitri bahkan tidak berani memintanya. Jangankan Mark, bahkan Fandy merasa John sedang membual, dia ingin menakuti mereka dengan ucapan.Saat salah satu orang paruh baya hendak menyerang John, Fandy berdiri di hadapan John."Ini adalah sebuah transaksi, sama sekali nggak ada paksaan. Kamu bisa pergi kalau nggak mau beli, nggak perlu melukai orang lain."Orang paruh paya itu sudah meninju Fandy tanpa menunggu perintah dari Mark.Mereka sudah sering bersikap arogan dengan Tuan Muda Mark. Tidak peduli siapapun orang itu, jika dia berani bersikap dengan tidak tahu diri, maka orang itu harus bersiap untuk membayar harganya.Buk!Terdengar suara teredam, Fandy masih berdiri
Hal semacam ini harus dilakukan sesuai aturan, karena dapat menghindari masalah yang tidak perlu, jadi kamar mayat adalah tempat yang paling cocok. Asalkan harganya sesuai, harusnya ada orang yang rela menjual jenazah.John tertegun sejenak, dia sama sekali tidak menyangka Fandy bisa menerima permintaannya."Apakah menurutmu lucu?"Fandy menggelengkan kepalanya."Bunga Alea sangat penting bagiku, aku nggak akan bercanda dalam hal ini. Selain itu, hal ini berkaitan dengan apakah kamu bisa bergerak dengan bebas lagi atau nggak."Sama sekali tidak mudah untuk melakukan hal ini berdasarkan kemampuan medis Fandy saat ini. Hanya saja perlu memakan waktu yang lama, tapi kemungkinan berhasilnya sama sekali tidak kecil."Pergi dari sini!"Meskipun ekspresi anak muda di hadapannya terlihat sangat serius, John tetap marah. Dia kembali mengambil botol arak di atas meja dan meminumnya."Aku akan pergi bersiap sekarang. Aku akan datang lagi sebelum siang hari besok, aku jamin kamu bisa kembali norma
Jika Mark dan Jessy berada di sini, mereka pasti bersyukur karena mereka pergi lebih awal.John sama sekali tidak berbohong, orang yang datang adalah Jenderal Perang Dominic, siapa yang berani menyinggungnya? Dia adalah salah satu orang yang berdiri di puncak Negara Limas secara terbuka.Bahkan Fandy juga menyipitkan matanya dan bergumam dengan suara rendah."Jenderal Perang Dominic?"Tentu saja John mendengar ucapan Fandy, tapi dia tidak memiliki waktu untuk memedulikan Fandy. John sudah memberi kesempatan pada Fandy sebelumnya, sekarang semuanya tergantung pada keputusan Jenderal Perang Dominic. Dia sudah tidak bisa ikut campur dalam hal ini.Orang itu menghentikan langkahnya, dia terlihat sudah memasuki usia paruh baya. Meskipun dia jelas tidak berusaha untuk menampilkan apapun, aura kekuatan yang dimilikinya seolah menekan udara di sekitarnya, membuatnya terasa seperti bergerak perlahan.."John, apa kesalahanmu?"John tidak berani mengangkat kepalanya."Misiku gagal. Teman satu kel
"Menyenangkan sekali!"Pada saat ini di dalam ruangan, mereka berdua langsung meminum setengah botol arak dalam sekali teguk. Jenderal Perang Dominic berkata sambil tersenyum."Aku merasa paling nyaman kalau minum arak bersamamu."Fandy juga sama sekali tidak menyangka jika John ingin memberikan Bunga Alea pada Jenderal Perang Dominic.Fandy bisa mengenalnya karena gurunya, Fandy pernah melihat Jenderal Perang Dominic lebih dari sekali. Hal yang membuat Fandy merasa tidak berdaya adalah gurunya memanggil Jenderal Perang Dominic dengan namanya. Seolah-olah gelar jenderal perang sama sekali bukanlah apa-apa di dalam mata gurunya.Hanya saja Fandy tidak bisa melakukan hal yang sama, dia harus memanggilnya dengan panggilan Kak Dominic. Karena dia adalah pahlawan yang melindungi negara.Setelah mendengar ucapan Fandy, Jenderal Perang Dominic mengerutkan keningnya."Kamu juga mau Bunga Alea? Hal ini jadi sedikit rumit."Jenderal Perang Dominic merasa kesulitan, ini berarti pihak lain juga sa
Di halaman Tuan Rijunta, Ferdinand diikat ke pohon besar dengan tubuh bagian atas telanjang dan hendak dicambuk. Bekas darah muncul satu demi satu, tetapi Ferdinand tidak mengeluarkan suara.Sebuah kursi tidak jauh dari sana, seorang pria paruh baya duduk dengan kaki di atas kursi dan tatapannya sinis."Kamu bisa membunuh orang seperti Howie sebanyak yang kamu mau, tapi Ferdinand, kamu nggak boleh menentang Tuan Jack."Cambuknya berhenti dan Ferdinand menoleh dengan ganas."Sammy, berhentilah bersikap sok baik! Kalau nggak meremehkan Jack, mungkinkah dia nggak akan mencari masalah denganku? Saat Tuan Rijunta ada, kamu begitu patuh. Sekarang kamu pikir sudah punya pendukung?"Pria paruh baya bernama Sammy tersenyum."Haha, kuberitahu kamu. Tuan Jack mengambil alih pasukan bawah tanah di Kota Valencia bukan karena Tuan Rijunta sudah nggak ada lagi di sini, melainkan karena Tuan Rijunta cukup beruntung bisa pergi. Kalau nggak, apa yang bisa dia lakukan meski ada di sini? Yang namanya pind
"Kak Fandy, maafkan aku, aku benar-benar nggak berguna!"Melihat Ferdinand berlutut, Fandy mengangkat tangannya."Kamu memang nggak berguna, tapi kalau ingin mengambil alih pasukan bawah tanah sebuah kota, mustahil cuma mengandalkan tenaga dan apa yang disebut kekejaman. Kamu harus punya pendukung!"Bagaimana Tuan Rijunta bisa berhasil? Apa lagi kalau bukan karena posisinya sebagai wakil kepala Balai Tim Drag, dia tidak akan terlalu peduli siapa pun yang benar-benar ingin dia serang."Sekarang semuanya sudah sampai sejauh ini, silakan saja dan serang dengan berani. Aku akan menjadi pendukungmu!"Karena sudah terlibat, Fandy terlalu malas untuk mundur. Terkadang orang seperti Ferdinand masih cukup berguna.Mendengar ini, Ferdinand sangat bersemangat. Alasan mengapa dia begitu lesu adalah karena tidak memiliki pendukung yang kuat.Tuan Rijunta sudah pergi, jadi dia tidak mungkin masih merepotkannya, 'kan? Itu namanya pengecut. Sekarang setelah mendengar pengakuan Fandy, akhirnya dia tida
Ferdinand tidak berani mengajukan pendapat dengan permintaan seperti itu. Fandy memiliki keputusan akhir dalam segala hal. Kalau hari ini pria itu tidak datang, mungkin saja dia mati. Jadi apa haknya untuk keberatan atau tidak?"Kak, bisnisnya sangat bagus, kenapa malah membicarakan ibuku?"Fandy tidak berbicara, sorot matanya telah mengungkapkan maksudnya dengan jelas dan Jack merentangkan tangan."Aku juga nggak tahu di mana ibuku berada, bagaimana aku bisa memberitahumu!?"Setelah mengambil satu langkah ke depan, Fandy menampar wajah Jack."Nyawa ibumu dalam bahaya kapan saja. Kamu sebagai anak nggak khawatir, cemas dan nggak berbuat apa-apa, tapi malah menerima sesuatu yang diberikan oleh musuhmu. Masih berani menyebut dirimu seorang pria?"Jack terlihat marah. Tangannya diturunkan dan dikepalkan sebelum tersenyum lagi."Haha, jadi orang harus jeli. Apa kamu pikir semua orang itu bodoh sepertimu? Sudah tahu nggak bisa bertarung dan masih tetap bersaing?"Sejak Jack masuk, Fandy men
Selain Irvan, Arnold dan Jevinca, semua orang langsung terkejut. Mereka semua menyesali keberanian Fandy. Tahukah dia kepada siapa dia mengatakan hal itu?Freddy malah sangat senang. Kalau dia yang disinggung, paling-paling hanya mematahkan lengan atau kaki. Akan tetapi kalau membuat ayahnya marah, itu akan menjadi hal yang jauh berbeda.Ayah Jeno juga langsung bereaksi dan buru-buru mendekat."Fandy! Apa yang kamu katakan!? Cepat minta maaf pada Paman Fredrick!"Cara biasa untuk mengatasinya adalah dengan memarahi Fandy sebelum memberinya kompensasi."Fredrick, anak muda itu nggak tahu apa-apa. Tolong dimaklumi."Sebenarnya jantungnya juga berdebar kencang. Meskipun dia tahu Fandy dan Irvan memiliki hubungan dekat, sekarang kamu juga terlalu gegabah. Tidak lihat sekarang Irvan pun sudah tidak berani bersuara?Awalnya mengira menantu yang dinikahi putranya akan membuat mereka bisa menjalin hubungan dengan Irvan, tetapi sekarang masalah besar telah muncul. Gawat.Meskipun sekarang teman
Ekspresi Irvan sangat aneh. Mengapa Freddy si pemuda bodoh ini melawan Fandy? Hidup sudah terlalu nyaman dan berencana untuk mencari mati?"Freddy, kamu terlalu sombong. Tutup mulutmu dan jangan mengacaukan pesta pertunangan orang. Dasar nggak punya sopan santun!"Eh? Freddy tidak menyangka Irvan benar-benar berencana membela Fandy dan seketika raut wajahnya sangat jelek sampai tidak tahu harus berkata apa.Fandy juga tidak terus memprovokasi. Sekarang apa yang terpenting? Tentu saja pesta pertunangan Mia. Kalau tidak, apa pun yang terjadi akan terkena dampaknya. Ini bukanlah perjamuan sederhana.Johanes yang juga duduk di meja sama diam-diam mencibir. Masih begitu sombong. Irvan sudah membuka mulut dan dia begitu patuh sampai tidak berani bersuara.Setelah hening sejenak, Freddy benar-benar berbicara lagi."Hari ini aku akan mengatakannya! Fandy, kalau sekarang kamu meminta maaf kepadaku, masalah kita akan selesai demi Irvan. Kalau nggak ...."Fandy memelototinya dan menyela."Nggak a
Johanes mengerutkan kening."Namanya Fandy, kenapa? Kamu kenal dia?"Freddy buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto."Dia orangnya?"Sama, Johanes mengangguk."Benar."Setelah gagal membalas dendam di bar, Freddy pun mendapatkan pencerahan dan menyuruh seseorang untuk menyelidiki Fandy. Ternyata orang tersebut bukan orang biasa.Freddy tertawa."Jadi, Fandy sebagai sepupu Mia juga akan muncul di pesta pertunangan ini?""Iya, dia sudah dalam perjalanan kemari."Setelah mengatakan itu, Johanes merasa ada yang tidak beres."Nggak peduli apa yang ingin kamu lakukan, lebih baik jangan. Fandy punya hubungan dekat dengan Irvan. Kalau nggak, menurutmu atas dasar apa aku menyebutnya orang penting?"Siapa tahu Freddy tidak peduli?"Haha, kamu nggak mengerti. Dulu Fandy adalah seorang dokter genius, mungkin itulah sebabnya dia mengenal Irvan. Tapi karena satu hal, sekarang dia bukanlah apa-apa selain orang biasa."Dokter genius? Johanes benar-benar tidak tahu dan dia tidak ak
"Haha! Ingat, kamu cuma punya waktu tiga bulan!"Fandy yang acak-acakan karena angin memasang wajah getir. Dia tidak lagi berharap siapa pun untuk mengambil sesuatu yang telah dia telan. Bagaimanapun, Nenek Hera sangat yakin dan dia juga mengenal gurunya sang Master Medis. Mana mungkin dia akan datang sendiri untuk sesuatu yang tidak berguna?Setelah pulang, Fandy yang telah memikirkannya berulang kali hanya bisa melihat perkembangannya perlahan. Kalau tidak, percuma saja memiliki otak yang tidak bisa digunakan.Intinya adalah tidak ada cara untuk langsung membicarakan masalah ini dengan Fitri. Begitu bocor, mustahil untuk bisa terus mengejarnya.Wanita mana yang menyukai pria mengejarnya dengan suatu tujuan? Katakan saja aku mengejarmu demi menetralkan racun di dalam tubuh. Seharusnya tanggapan yang akan diterima adalah tamparan.Pada pukul sembilan keesokan harinya di dalam pesawat dari bandara ibu kota provinsi, Arnold melihat ke sekeliling."Ck, ck, ini pesawat pribadi. Ini pertama
Seketika Fandy merasakan kematian akan segera datang. Terakhir kali dia merasakan hal yang sama dari Jeka.Kak Irana, kamu benar-benar mencelakaiku!Dia tidak pernah menyangka ternyata Kak Irana tidak diam-diam melindunginya."Senior! Kamu salah paham. Sekarang aku nggak punya hubungan apa pun dengan Keluarga Sumar, kenapa kamu nggak mengampuniku?"Fandy tidak mengatakan ini karena takut mati, tetapi terlalu menyesakkan kalau mati seperti ini.Suara tawa terdengar. Nenek Hera masih mengangkat tongkatnya. Hal baiknya adalah dia tidak terus menyerang. Kalau tidak, bukanlah masalah sulit untuk membunuh Fandy dengan kekuatannya."Dengan tabiatmu, mana mungkin wanita sombong seperti Fitri bisa berhubungan denganmu?"Eh? Setelah mendengar ini, Fandy merasa seolah telah memahami sesuatu."Sepertinya senior juga memahami situasinya, 'kan?"Tongkat diturunkan dan senyum Nenek Hera menjadi lebih lebar."Nggak kusangka kamu si pria ini bisa memengaruhi dua orang yang nggak berperasaan. Langit beg
"Baik, Nona. Aku akan mendengar apa pun yang kamu katakan."Sekitar pukul sebelas, Fandy berjalan bersama Lusiana di tepi danau di taman dekat Komunitas Baruna."Fandy, terima kasih sudah berdansa denganku hari ini. Aku sangat senang."Lusiana yang telah berganti pakaian dengan jins dan kaos putih memiliki gaya berbeda."Nggak perlu berterima kasih."Saat ini Lusiana berhenti dan menatap Fandy."Aku tahu kamu nggak punya perasaan seperti itu padaku, tapi aku bisa menunggu. Lagi pula, aku nggak berencana menikah terlalu cepat."Fandy menghela napas. Pada kenyataannya, terkadang disukai oleh seorang wanita merupakan semacam penderitaan karena setiap penolakan sama dengan bertambah orang sedih lainnya di kota ini dan bukan itu yang ingin dia lihat.Saat Fandy hendak berbicara, Lusiana berjinjit dan memberinya ciuman kilat di bibir."Ingat, masih ada aku yang menunggumu."Melihat Lusiana melarikan diri, Fandy menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.Di sisi la
Mengenakan gaun merah muda, dia tersenyum percaya diri dan melangkah dengan anggun. Di bawah hiasan lampu, dia terlihat sangat memesona.Terlepas dari apakah ada wanita yang lebih cantik di ruang perjamuan, setidaknya saat ini Lusiana adalah yang paling cantik.Banyak pria yang terpesona olehnya, tetapi sayangnya wanita cantik ini adalah Lusiana dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengejarnya.Sesampainya di hadapan Burhan, Lusiana mengangkat gaunnya dan membungkuk."Kakek, aku akan mempersembahkan sebuah tarian untukmu. Semoga sukses dan panjang umur!"Burhan tersenyum bahagia dan mengangguk."Perkenalkan pasangan dansaku, Tuan Fandy."Irvan dan Aldo yang bertepuk tangan langsung tercengang saat melihat Fandy berjalan dari samping, kemudian meraih tangan Lusiana.Musik dimainkan dan keduanya menari dengan lembut, membuat semua orang merasa kalau kedua orang ini adalah pasangan yang serasi.Akan tetapi, banyak orang yang belum pulih dari keterkejutannya karena ternyata pasangan
"Kak Fandy, jangan pedulikan bajingan itu, ayo kita minum."Dia tidak menolak. Karena saat ini tidak ada urusan, Fandy pun menghabiskan waktu dengan obrolan santai."Kudengar Lusiana akan melakukan tarian pembuka untuk kakeknya, entah siapa tamu prianya? Bagaimanapun, aku nggak pernah tahu."Aldo tertawa mendengar ucapan santai Irvan."Aku juga nggak tahu, tapi itu jelas bukan orang biasa. Latar belakang keluarga seperti apa yang Lusiana miliki sehingga dia akan mencari orang biasa untuk melakukan tarian pembukaan? Aku menduga ada kemungkinan besar itu adalah calon suaminya."Sekarang topiknya sudah sampai pada titik ini, Fandy pun penasaran."Kok aku belum pernah mendengar ada di antara kalian yang mengejar Lusiana?"Secara logika, latar belakang keluarga Lusiana sudah jelas. Meski Burhan sudah pensiun, pengaruhnya masih ada. Ditambah fakta sekarang ayahnya adalah seorang jenderal dan berada di puncak karirnya, jadi mana mungkin tidak ada orang yang mengejarnya? Dari sudut pandang ter
Saat ini siapa yang tidak terpikat dengan aura yang Fandy tunjukkan, apalagi saat sedang berbicara dengan seorang wanita?Catherine juga sama, tetapi dia tidak melupakan beberapa fakta yang ada."Fandy, dengarkan baik-baik! Kalau kamu berani muncul di hari pernikahanku, kamu akan menjadi orang yang paling kubenci dalam hidupku."Catherine pergi setelah mengatakan ini. Hatinya sangat sedih, siapa yang tidak menginginkan kebahagiaannya sendiri? Tidak semua orang memiliki hak itu.Meskipun sepertinya ucapan berani Fandy datang dari hati, jangankan Ratu. Keluarga Hubert dari Kota Taro saja bukanlah sesuatu yang bisa dilawan oleh Fandy saat ini.Daripada pergi ke ujung dunia bersama-sama, dia lebih suka melihat orang yang dia cintai menjalani hidup ini dengan damai.Setelah mengatakan semua yang harus dikatakan, Fandy tidak mengejarnya. Pada hari pernikahan Catherine, dia akan memenuhi janjinya.Tidak lama setelah keluar, Fandy dihentikan oleh seseorang. Ternyata itu adalah Jessica dan Alex