Jika Mark dan Jessy berada di sini, mereka pasti bersyukur karena mereka pergi lebih awal.John sama sekali tidak berbohong, orang yang datang adalah Jenderal Perang Dominic, siapa yang berani menyinggungnya? Dia adalah salah satu orang yang berdiri di puncak Negara Limas secara terbuka.Bahkan Fandy juga menyipitkan matanya dan bergumam dengan suara rendah."Jenderal Perang Dominic?"Tentu saja John mendengar ucapan Fandy, tapi dia tidak memiliki waktu untuk memedulikan Fandy. John sudah memberi kesempatan pada Fandy sebelumnya, sekarang semuanya tergantung pada keputusan Jenderal Perang Dominic. Dia sudah tidak bisa ikut campur dalam hal ini.Orang itu menghentikan langkahnya, dia terlihat sudah memasuki usia paruh baya. Meskipun dia jelas tidak berusaha untuk menampilkan apapun, aura kekuatan yang dimilikinya seolah menekan udara di sekitarnya, membuatnya terasa seperti bergerak perlahan.."John, apa kesalahanmu?"John tidak berani mengangkat kepalanya."Misiku gagal. Teman satu kel
"Menyenangkan sekali!"Pada saat ini di dalam ruangan, mereka berdua langsung meminum setengah botol arak dalam sekali teguk. Jenderal Perang Dominic berkata sambil tersenyum."Aku merasa paling nyaman kalau minum arak bersamamu."Fandy juga sama sekali tidak menyangka jika John ingin memberikan Bunga Alea pada Jenderal Perang Dominic.Fandy bisa mengenalnya karena gurunya, Fandy pernah melihat Jenderal Perang Dominic lebih dari sekali. Hal yang membuat Fandy merasa tidak berdaya adalah gurunya memanggil Jenderal Perang Dominic dengan namanya. Seolah-olah gelar jenderal perang sama sekali bukanlah apa-apa di dalam mata gurunya.Hanya saja Fandy tidak bisa melakukan hal yang sama, dia harus memanggilnya dengan panggilan Kak Dominic. Karena dia adalah pahlawan yang melindungi negara.Setelah mendengar ucapan Fandy, Jenderal Perang Dominic mengerutkan keningnya."Kamu juga mau Bunga Alea? Hal ini jadi sedikit rumit."Jenderal Perang Dominic merasa kesulitan, ini berarti pihak lain juga sa
Di halaman Tuan Rijunta, Ferdinand diikat ke pohon besar dengan tubuh bagian atas telanjang dan hendak dicambuk. Bekas darah muncul satu demi satu, tetapi Ferdinand tidak mengeluarkan suara.Sebuah kursi tidak jauh dari sana, seorang pria paruh baya duduk dengan kaki di atas kursi dan tatapannya sinis."Kamu bisa membunuh orang seperti Howie sebanyak yang kamu mau, tapi Ferdinand, kamu nggak boleh menentang Tuan Jack."Cambuknya berhenti dan Ferdinand menoleh dengan ganas."Sammy, berhentilah bersikap sok baik! Kalau nggak meremehkan Jack, mungkinkah dia nggak akan mencari masalah denganku? Saat Tuan Rijunta ada, kamu begitu patuh. Sekarang kamu pikir sudah punya pendukung?"Pria paruh baya bernama Sammy tersenyum."Haha, kuberitahu kamu. Tuan Jack mengambil alih pasukan bawah tanah di Kota Valencia bukan karena Tuan Rijunta sudah nggak ada lagi di sini, melainkan karena Tuan Rijunta cukup beruntung bisa pergi. Kalau nggak, apa yang bisa dia lakukan meski ada di sini? Yang namanya pind
"Kak Fandy, maafkan aku, aku benar-benar nggak berguna!"Melihat Ferdinand berlutut, Fandy mengangkat tangannya."Kamu memang nggak berguna, tapi kalau ingin mengambil alih pasukan bawah tanah sebuah kota, mustahil cuma mengandalkan tenaga dan apa yang disebut kekejaman. Kamu harus punya pendukung!"Bagaimana Tuan Rijunta bisa berhasil? Apa lagi kalau bukan karena posisinya sebagai wakil kepala Balai Tim Drag, dia tidak akan terlalu peduli siapa pun yang benar-benar ingin dia serang."Sekarang semuanya sudah sampai sejauh ini, silakan saja dan serang dengan berani. Aku akan menjadi pendukungmu!"Karena sudah terlibat, Fandy terlalu malas untuk mundur. Terkadang orang seperti Ferdinand masih cukup berguna.Mendengar ini, Ferdinand sangat bersemangat. Alasan mengapa dia begitu lesu adalah karena tidak memiliki pendukung yang kuat.Tuan Rijunta sudah pergi, jadi dia tidak mungkin masih merepotkannya, 'kan? Itu namanya pengecut. Sekarang setelah mendengar pengakuan Fandy, akhirnya dia tida
Ferdinand tidak berani mengajukan pendapat dengan permintaan seperti itu. Fandy memiliki keputusan akhir dalam segala hal. Kalau hari ini pria itu tidak datang, mungkin saja dia mati. Jadi apa haknya untuk keberatan atau tidak?"Kak, bisnisnya sangat bagus, kenapa malah membicarakan ibuku?"Fandy tidak berbicara, sorot matanya telah mengungkapkan maksudnya dengan jelas dan Jack merentangkan tangan."Aku juga nggak tahu di mana ibuku berada, bagaimana aku bisa memberitahumu!?"Setelah mengambil satu langkah ke depan, Fandy menampar wajah Jack."Nyawa ibumu dalam bahaya kapan saja. Kamu sebagai anak nggak khawatir, cemas dan nggak berbuat apa-apa, tapi malah menerima sesuatu yang diberikan oleh musuhmu. Masih berani menyebut dirimu seorang pria?"Jack terlihat marah. Tangannya diturunkan dan dikepalkan sebelum tersenyum lagi."Haha, jadi orang harus jeli. Apa kamu pikir semua orang itu bodoh sepertimu? Sudah tahu nggak bisa bertarung dan masih tetap bersaing?"Sejak Jack masuk, Fandy men
Saat Fandy baru saja menegakkan tubuh, terdengar deru mesin dan dua mobil hijau tentara berhenti di pintu masuk halaman.Setelah itu, Mark juga mengerutkan kening karena orang bodoh pun bisa mengenali kalau ini adalah kendaraan eksklusif Tentara Markotop.Akan tetapi, mengapa Tentara Markotop datang ke sini? Ini adalah pertanyaan yang patut dipikirkan.Setelah pintu mobil terbuka, Sharon memimpin dan bergegas masuk dengan beberapa orang yang membawa senjata."Fandy! Kamu dicurigai melakukan pembunuhan dan sengaja melukai orang! Kembalilah bersamaku untuk membantu penyelidikan."Mark buru-buru berdiri dan keluar bersama pria tua itu. Lucu. Karena Tentara Markotop terlibat, mana mungkin dia berani mencari masalah dengan Fandy? Kalau sampai jatuh ke tangan Tentara Markotop, mustahil bagi ayahnya untuk bisa membawanya keluar.Fandy oh Fandy, sepertinya kamu memang cukup sombong sampai menyinggung Tentara Markotop. Satu-satunya hal yang disayangkan adalah aku bisa membunuhmu dengan tanganku
Sharon melotot ke arah orang tersebut, dia sudah kebakaran jenggot."Menjengkelkan sekali! Siapa yang bisa menghalangi urusan Tentara Markotop!? Pengawal, tangkap dia!"Melihat kemunculan wanita lain, meskipun dia bahkan lebih cantik dari Catherine dan hampir sama dengan Fitri, Sharon tidak mengenalinya. Itulah sebabnya dia harus memberi pelajaran pada satu orang untuk menakuti yang lainnya.Orang yang datang itu tidak berkata apa-apa, tetapi seorang pria paruh baya di sebelahnya maju selangkah.Langkah inilah yang mengalihkan perhatian Sharon, raut wajahnya berubah dan segera menghentikan orang tersebut."Berhenti!"Karena dia sudah mengenali sepertinya pria paruh baya ini adalah pengawal Burhan yang sepertinya dipanggil Wisnu. Identitas wanita membela Fandy pun bisa ditebak."Haha, Tentara Markotop begitu pamer, langsung membawa orang pergi cuma dengan satu kata? Aku ada di sini, jadi kalian coba saja."Tentu saja yang harus dilindungi oleh Wisnu adalah cucu kesayangan Burhan, Lusian
Lusiana duduk di seberangnya dengan marah sambil mengerucutkan bibir yang sangat menggemaskan."Heh! Kakek, kamu nggak sayang padaku lagi, kamu bahkan nggak membelaku."Setelah disodori secangkir teh, Burhan merasa sangat tenang."Masih nggak sayang padamu? Kalau nggak sayang padamu, mana mungkin kakek membiarkan Wisnu menemanimu ke sana? Benar-benar semakin nakal saja. Bagaimanapun juga, orang lain melakukan hal secara besar-besaran. Mungkinkah mereka akan membebaskan orang begitu menyebut namaku atau ayahmu? Terus untuk apa hukum negara itu?"Lusiana juga memahami hal ini, tetapi dia hanya marah."Nggak mudah bagiku untuk kembali dan bisa tinggal selama dua hari. Awalnya kukira bisa makan bersama Fandy dan membina hubungan, tapi Tentara Markotop malah turun tangan seperti ini. Mana mungkin aku bisa senang?"Sambil memberi isyarat untuk minum teh, Burhan berkata."Kamu tahu situasi Fandy. Setiap orang punya batasan dalam kesabaran. Kurasa kali ini Fandy akan mulai meledak. Alasan kake
"Enak sekali. Lain kali aku harus minta lagi pada Naning."Tidak lama setelah selesai makan, bel pintu berbunyi. Ternyata Erin, tetangga baru yang cantik di vila nomor dua.Setelah keluar, ternyata Erin membawa sesuatu."Aku nggak tahu harus memberikan apa pada tetanggaku. Aku suka menggambar, jadi ini untukmu."Kertas yang digulung itu benar-benar tampak seperti lukisan."Terima kasih, jangan terlalu sungkan.""Nggak apa-apa," kata Erin lagi."Bisakah kamu lihat sekarang saja? Beri aku saran. Meskipun aku bukan seorang profesional, aku sangat menyukai aspek ini.""Ya!"Setelah melihatnya sekilas, ekspresi Fandy berubah."Hebat sekali! Kita baru bertemu sekali, kamu sudah bisa menggambar seperti ini?"Erin bertanya dengan gugup."Lumayan?""Ini lebih dari sekadar bagus, ini menakjubkan. Kamu benar-benar berbakat."Setelah mengerti maksudnya, Erin pergi dan Fandy kembali ke rumah. Cahaya tidak memengaruhi persepsinya, tapi dengan hiasan cahaya, lukisan itu juga menunjukkan beberapa perb
Pakaian Imelda saat ini begitu menarik sehingga kebanyakan pria, apalagi yang kulitnya terluka, tidak bisa menahannya.Seragam perawat berwarna putih terlihat begitu cocok dengan kulitnya. Ada tiga tombol di bagian atas tubuh, jadi tidak banyak ruang yang dapat ditutup. Ditambah dengan payudaranya yang besar, tentu saja mempunyai dampak yang lebih besar.Tubuh bagian bawahnya benar-benar menggoda. Rok ini panjangnya hanya sampai paha, dipadukan dengan stoking hitam idaman pria. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa ini adalah sebuah fantasi besar.Lima menit kemudian, Imelda masuk lagi."Kalian ini aneh sekali. Dia kesakitan sekali sampai wajahnya penuh keringat, tapi masih mau meminta nomor WhatsApp-ku?"Raut wajah Fandy terlihat suram."Kak! Apa begini penampilanmu saat kerja?"Fandy menunduk, di sisi lain Imelda berputar-putar."Kenapa? Kamu dokter, aku perawat. Apa pakaianku salah?"Sudut mulutnya berkedut beberapa kali, Fandy langsung ke pokok permasalahan."Kalau begitu aku ta
"Kamu cukup terkenal, baru saja muncul sudah membuat orang kecil ini ketakutan."Fandy melontarkan lelucon, tapi Bos Bani tidak berani mengabaikannya. Edrick hanya mengatakan satu hal. "Kalau Fandy nggak puas, maka Bos Bani bisa menghilang."Statusnya di Kota Hira memang bagus, tapi dibandingkan dengan Edrick, tidak berlebihan jika dikatakan Bani adalah seekor semut."Karena dia sudah menyinggung Tuan Fandy, aku akan membawanya pergi. Aku jamin Tuan Fandy akan puas."Lucky benar-benar ketakutan, tapi tidak berani untuk tidak memohon ampun, karena khawatir Fandy pasti akan memberi tahu orang lain, jika begitu maka masalahnya akan menjadi lebih besar.Siapa pun yang memprovokasi Bos Bani akan mengalami akhir yang menyedihkan, kadang-kadang bahkan seluruh keluarganya akan menderita juga."Jangan, jangan! Aku mohon."Air mata mengalir deras, Lucky belum selesai berbicara, tapi Fandy sudah melambaikan tangannya."Pergilah! Jangan lakukan itu lagi."Fandy benar-benar tidak punya energi untuk
Lucky merasa lega karena saat mobil Rolls-Royce itu langsung melaju pergi, semakin sedikit orang yang menonton kejadian itu. Lagi pula, siapa yang tidak punya teman kaya? Masih bisa diterima kalau hanya seperti ini."Naning, jangan kira setelah bersandiwara seperti ini, aku akan menganggap serius Fandy. Malam ini kamu setuju atau nggak?"Seolah takut Naning akan berpikir terlalu banyak, Lucky menunjuk ke arah Lamborghini sambil berkata."Asalkan kamu punya uang, kamu bisa menyewa mobil mewah ini. Apa kamu paham?"Sebelum Naning sempat menjawab, Fandy sudah meraih lengannya dan berjalan masuk ke dalam toko."Izinkan aku kenalkan teman padamu."Setelah melihat ini, Lucky sangat marah, tapi tidak yakin apakah Irvan asli atau palsu, jadi memilih untuk menunggu sampai Lamborghini pergi baru memberi Fandy pelajaran."Kak Aldo sedang berada di luar negeri, perasaannya selalu gelisah, tapi sudah menyiapkan hadiah. Hadiahnya akan segera tiba."Ketika Irvan memanggilnya Kak Aldo, Fandy tanpa sad
Awalnya, Lucky tidak pergi ke sana untuk membeli rumah, pergi ke sana untuk mendekatinya, jadi bisa menjaga jarak. Untungnya, Naning melakukan hal yang sama kepada setiap klien, jadi berhasil mengurungkan niat Lucky. Namun, kemunculan Fandy benar-benar menghancurkan keadaan ini.Setelah menggertakkan gigi dan berpikir sejenak, Naning setuju."Baiklah, aku akan pergi denganmu malam ini, tapi hanya itu saja."Lucky tersenyum. Sekarang kamu setuju, apa kamu masih bisa mengatur sisanya? Kamu juga tidak tahu apakah di minuman itu ada biusnya atau tidak?"Nggak perlu. Aku ingin banyak orang melindungi klinikku. Naning, pulanglah sekarang."Pada saat ini, suara Fandy menyela. Begitu melihat mata Lucky menjadi ganas, Naning merasa ketakutan."Kak Fandy, jangan khawatir. Aku punya rencanaku sendiri."Awalnya, dialah yang melibatkan Fandy dalam masalah ini. Jika memilih melarikan diri, Naning tidak akan bisa tidur dengan tenang lagi."Aku bilang nggak perlu ya nggak perlu."Wajah Lucky berubah m
Fitri mengangguk."Tentu saja pernah dengar! Ketika anggota baru datang, mereka akan pergi ke markas untuk pelatihan. Bagaimana mungkin nggak dengar legenda instruktur utama? Tapi apa hubungannya ini dengan masalah Fandy?"Fitri sebenarnya menelepon Helmi, tetapi sayangnya Helmi tidak berani mengatakan apa-apa, jadi tentu saja hanya bisa bertanya pada Stira."Instruktur utama legendaris itu muncul. Dia adalah kakak Fandy. Dia menelepon Luis, yang dalam beberapa menit mengetahui bahwa ada masalah dengan tim penilai. Semuanya yang diselidiki itu palsu."Apa!Fitri langsung berdiri tegak."Kamu yakin? Kakak Fandy adalah instruktur utama yang legendaris?"Meskipun Stira hanya menjawab dengan tatapan matanya, Fitri juga mengerti bahwa ini sudah menjadi fakta.Berita ini begitu menggemparkan hingga Fitri tidak tersadarkan. Ini jauh lebih kuat dari Jenderal Perang."Berdasarkan reaksi Pak Helmi saat itu, instruktur utama itu tampaknya nggak menua sama sekali."Baru setelah Stira berbicara lag
Helmi tidak ingin tinggal di sini bahkan semenit pun. Bagaimana pun, orang ini adalah instruktur utama yang legendaris, sosok luar biasa yang bahkan Jenderal Perang Joseph harus hadapi. Kali ini benar-benar harus tunduk. Kalau saja tahu lebih awal, dia pasti bersikap lebih baik saat datang ke sini, sekarang situasinya pasti akan berakhir lebih lancar.Setelah orang-orang ini pergi, Fandy juga menghela napas lega. Tidak mengherankan hasil identifikasi itu benar. Ternyata ada masalah di dalamnya. Tampaknya Jerry memilih untuk melaporkannya saat ini, mungkin karena alasan ini."Terima kasih, Kak Mery."Setelah mendengarnya, Irana langsung merasa kesal."Kenapa? Apa aku nggak melakukan apa-apa? Kalaupun aku nggak melakukan apa-apa kali ini, terakhir kali kamu hanya berbaring saja di ranjang."Ini ... Fandy merasa sangat malu. Hanya Irana yang bisa mengucapkan kata-kata kejam seperti itu di depan Kak Mery."Kenapa kalian tiba-tiba berkumpul?"Tatapan mata Mery bahkan terlihat lebih menarik
Helmi tiba-tiba menoleh untuk melihat wanita lain yang sangat cantik, matanya pun langsung melotot besar.Sialan! Fandy beruntung sekali punya banyak kakak yang begitu cantik."Tentu saja! Kenapa? Kamu juga mau menghalangi kami?"Fandy juga berdiri, tidak menyangka kalau ada kakak lain yang disebutkan oleh Kak Irana ternyata adalah Kak Mery, yang baru saja masuk ke ruangan sambil membawa payung biru. Mery begitu unik sehingga ingin terus melihatnya."Haha, kantor pusat semakin nggak berguna. Orang macam apa yang kalian latih?"Apa? Beraninya menghina kantor pusat?Helmi sangat marah, tapi setelah itu tiba-tiba tertegun. Helmi memperhatikan penampilan Mery dengan saksama lalu tiba-tiba mundur beberapa langkah."Kamu siapa?"Tanpa memperhatikan Helmi, Mery mengeluarkan ponselnya untuk menelepon."Luis, setelah pensiun, seenggaknya perhatikan perkembangan kantor pusat. Sampah macam apa yang membuat kantor pusat terlihat buruk?"Sialan!Stira serta dua anggota Pasukan Serigala Ganas semuan
Ada rasa kesal di mata Stira, tapi tetap berkata padanya."Tuan Fandy, dia adalah penyelidik gabungan yang diutus oleh kantor pusat, Pak Helmi. Karena insiden ini melibatkan negara asing, mereka menanggapinya dengan sangat serius."Setelah mendengar ini, Helmi merasa jijik."Tuan? Stira, kamu benar-benar bertindak keterlaluan. Dia adalah seorang tersangka. Apa kamu pernah melihat seseorang memanggil seorang tersangka dengan sebutan Tuan?"Stira segera membalas."Urusanku sendiri mau memanggilnya apa, aku hanya memperjelas sikapku selama penyelidikan. Kamu nggak perlu mengajariku bagaimana caranya."Helmi duduk berhadapan dengan Fandy karena malas membalas perkataannya."Suara serta video di ponsel diverifikasi keasliannya. Itu suaramu, Fandy! Entah seberapa banyak yang kamu katakan, nggak akan ada gunanya. Kecuali kamu bisa memberikan bukti alibimu! Sekarang ikutlah dengan kami!""Kalau kamu berani melawan, kami berhak membunuhmu di tempat!"Helmi menyatakan permusuhannya dengan sangat