Share

Kecelakaan

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hanan terbangun setelah mendengar panggilan Ratih, dia beranjak turun dari pembaringan menuju pintu, dilihatnya sang ibu sedang resah di samping pintu.

"Ada apa, Bu?" tanya Hanan.

"Apakah Melisa ada di dalam kamar, Han?" Ratih balik bertanya tak menjawab pertanyaan Hanan.

"Tidak, Bu." Hanan mengernyitkan kening. Dia langsung tertidur begitu Melisa meninggalkannya. Tubuhnya yang lelah tidak memikirkan kepergian Melisa dari kamarnya.

"Kamu tahu Melisa pergi ke mana? Sudah larut malam dia belum juga pulang," tanya Ratih dengan gelisah.

"Aku tidak tahu, Bu. Aku baru saja tertidur tadi. Apakah Melisa tidak memberitahu Ibu dia pergi kemana?" jawab Hanan.

"Melisa tidak memberitahu Ibu akan pergi kemana, Ibu pikir dia hanya pergi ke supermarket sebentar, tapi hingga sekarang dia belum kembali. Cepat hubungi dia, Ibu takut Melisa kenapa-napa," desak Ratih mulai khawatir dengan Melisa.

"Baiklah, Bu." Hanan kembali masuk ke kamar mengambil ponselnya. Dicarinya nomer kontak Melisa, dan ditekannya tombol panggilan. Tapi tidak tersambung, ponsel Melisa sedang tidak aktif.

"Bu, ponsel Melisa tidak aktif, panggilanku tidak tersambung." Hanan mulai merasa panik.

"Kamu itu bagaimana punya istri tidak tahu pergi kemana?" Ratih bertambah panik dan menyalahkan Hanan.

"Aku juga tidak tahu dia pergi, Bu."

"Carilah di rumah Orangtua Melisa, mungkin dia di sana," suruh Ratih.

"Iya, Bu, aku akan mencoba mencari ke sana." Hanan pun beranjak mengambil kunci mobil di atas nangkas. Hanan tidak berani menceritakan pada Ratih bahwa sebelum Melisa pergi dia bertengkar dengannya. Hanan takut jika Ratih akan marah padanya.

Hanan memacu mobil menuju ke rumah orangtua Melisa, dia tak menyangka jika Melisa akan pergi meninggalkan rumah setelah bertengkar dengannya.

Setelah perjalanan selama dua puluh lima menit Hanan sampai di tujuan. Dia bergegas turun dari mobil menuju pintu rumah orangtua Melisa, diketuknya pintu rumah mertuanya pelan.

Tok ... tok ... tok.

"Assalamu'alaikum ...," salam Hanan begitu pintu terbuka.

"W*'alaikum salam, eh kamu, Han. Masuk dulu, Han," jawab Ibu Melisa mempersilahkan Hanan masuk.

Hanan pun melangkah masuk mengikuti Ibu Melisa.

"Duduk dulu, Han."

"Iya, Bu." Hanan duduk di kursi ruang tamu, netranya menatap sekeliling, berharap melihat Melisa.

"Ada apa malam-malam ke sini, Han? Kenapa datang sendiri? Di mana Melisa?" berondong Ibu Melisa, merasa heran melihat Hanan datang sendirian.

Hanan terdiam mendengar pertanyaan Ibu Melisa, dia berpikir bahwa Melisa tidak ada di rumah orangtuanya, setelah mendengar pertanyaan ibu mertuanya itu. Dia semakin bingung ke mana perginya istri keduanya itu.

"Kenapa diam, Han? Kenapa malah melamun begitu?" tanya ibu Melisa mengagetkan Hanan.

"Ti-dak, Bu, tadi saya ada keperluan di dekat sini, jadi saya mampir, Bu," jawab Hanan terbata. Hanan tidak mau memberitahu ibu Melisa bahwa dia kemari untuk mencari Melisa. Kalau ibu Melisa tahu bahwa dia sedang mencari Melisa, mungkin sang mertua pasti akan ikut panik.

"Oh, Ibu pikir ada apa, tumben kamu ke sini tanpa Melisa." Ibu Melisa lega, dia sudah berfikir yang tidak-tidak melihat kedatangan sang menantu tanpa putrinya. "Ya sudah, Ibu buatkan kamu minum dulu, kamu mau minum apa?" tambahnya menawarkan Hanan minum.

"Tidak perlu, Bu. Saya mau langsung pamit saja. Maaf mengganggu Ibu malam-malam."

"Kenapa terburu-buru, Han?" tanya Ibu Melisa sedikit heran dengan tingkah menantunya yang buru-buru pergi.

"Maaf, Bu. Saya lupa bahwa masih ada keperluan lain lagi." Hanan harus buru-buru pamit untuk mencari Melisa kembali, sebelum Ratih semakin panik.

"Baiklah kalau begitu, kapan-kapan kamu datang dengan Melisa ya, Ibu kangen."

"Baik, Bu. Saya pasti akan mengajak Melisa kemari secepatnya."

Hanan pun beranjak pergi dari rumah Ibu Melisa. Hanan semakin bingung harus pergi ke mana lagi untuk mencari Melisa, dia tidak terlalu mengenal teman-teman Melisa selama menikah dengannya.

Akhirnya dia mencoba menghubungi Ratih untuk menanyakan apakah Melisa sudah pulang ke rumah ataupun belum.

"Assalamu'alaikum, Bu. Apakah Melisa sudah pulang?"

"W*'alaikum salam, belum Han. Apakah di rumah orangtua Melisa juga tidak ada?"

"Tidak ada, Bu. Lalu aku harus mencari ke mana lagi, Bu?"

"Ibu juga tidak tahu Han?"

"Ya sudah, Bu. Aku akan mencoba menghubungi Melisa, mungkin ponselnya sudah aktif."

"Iya Han, pokoknya kamu harus membawa pulang Melisa!"

"InsyaAllah, Bu," Hanan menutup sambungan telefonnya. Dia kembali mencoba menghubungi ponsel Melisa.

"Assalamu'alaikum, Mas," sapa Melisa melalui sambungan telfon. Hanan lega akhirnya ponsel Melisa sudah aktif.

"W*'alaikum salam, Mel. Di mana kamu? Sudah dari tadi aku mencarimu kemana-mana." Hanan sudah tidak sabar menghadapi kelakuan Melisa yang kekanak-kanakan dengan pergi tanpa pamit.

"Maaf Mas, aku pergi tanpa pamit lebih dahulu. Aku hanya ingin menenangkan diri, Mas," jawab Melisa membuat Hanan semakin jengah.

"Kenapa harus kenakak-kanakan? Kamu membuat Ibu khawatir saja!"

"Maaf, Mas. Aku hanya ingin sedikit dimengerti. Maaf jika aku sudah membuat semua khawatir," cicit Melisa.

"Tidak perlu minta maaf, aku tidak butuh permintaan maafmu. Kirimkan saja alamatmu sekarang!" sentak Hanan tidak sabar dengan tingkah manja Melisa.

Melisa merasa sedih mendengar perkataan Hanan yang membuat hatinya sakit. "Kenapa berbicara kasar padaku, Mas?" Apa salahku?"

Hanan semakin geram, Melisa terlalu manja, hanya menyebut alamatnya sekarang saja susah sekali. Padahal hari sudah semakin larut, lelah dan kantuk membuat Hanan hilang kesabaran.

"Tolonglah, Mel. Aku capek sekali, jangan buat aku makin muak dengan sikapmu itu. Cepat kirimkan alamatmu, aku sudah lelah sekali hari ini."

Akhirnya Melisa pun mengalah, dia menyebutkan tempat di mana dia berada. Tempat yang disebutkan Melisa lumayan cukup jauh dari tempat Hanan berada sekarang. Dia segera memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai.

Selang lima belas menit perjalanan, Hanan merasa tidak bisa menahan kantuknya. Sejenak Hanan kehilangan kemudi karena mobilnya melaju terlalu cepat dan oleng.

Hanan panik mencoba mengendalikan kembali kemudi mobilnya, tapi semua terlambat ketika ada sebuah truk melaju kencang berlawanan arah dengan mobil Hanan.

Hanan pun segera membanting setirnya ke kiri, akibatnya mobilnya membentur sebuah pohon dan terjadilah kecelakaan yang tidak bisa dihindari oleh Hanan.

Related chapters

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Menata Hidup

    Semenjak mengetahui kehamilannya, Naya berusaha melupakan pengkhianatan Hanan padanya. Dia memutuskan harus kuat menghadapi masalah apapun demi calon bayinya.Naya kembali memulai aktivitasnya. Dia mencoba keluar dari keterpurukannya, bangkit dari rasa sakitnya, karena sekarang dia tidak hidup untuk dirinya sendiri ada calon bayi yang dikandungnya.Untungnya kehamilan Naya tidak banyak merepotkan, setelah pulang dari rumah sakit Naya tidak pernah mual lagi. Hanya porsi makannya saja yang semakin bertambah. Badannya pun menjadi semakin berisi sekarang.Naya selalu rutin cek kandungan untuk melihat perkembangan janinnya. Terkadang ada rasa sedih di hatinya saat melihat pasangan yang sedang mengantri memeriksakan kandungan istrinya. Ada sedikit rasa iri dihatinya melihat itu, dia juga sangat ingin memberitahu Hanan tentang kehamilannya.Dulu terbayang bagaimana bahagia harinya jika di kehamilannya yang pertama Naya akan selalu dimanja oleh Hanan. Dan setiap pergi untuk memeriksakan kandu

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Bertemu Melisa

    Tak terasa sudah hampir dua minggu sejak Naya mengusir Hanan, akan tapi Hanan tidak berusaha menemui Naya kembali. Naya berpikir mungkin Hanan sudah tidak ingin mempertahankannya lagi sekarang.Bukan Naya merindukan Hanan, tapi terkadang ada rasa ingin melihat sang suami, mungkin itu juga pengaruh dari kehamilannya. Naya tidak bisa mengontrol hatinya untuk tidak merindukan Hanan.Pesan masih sering dikirimkan oleh Hanan, tapi tak satu pun Naya membalasnya. Dia tak terlalu memikirkan kenapa sang suami tak kunjung menemuinya, dalam pikirannya entah hati Hanan sudah sepenuhnya dimiliki oleh Melisa atau belum.Cinta bisa datang karena terbiasa bersama, Naya tak mau menyalahkan Hanan jika memang dia sudah mencintai Melisa. Mungkin memang sudah takdir pernikahannya seperti ini.Naya mencoba ikhlas melepaskan beban di hatinya, dia cukup fokus pada kehamilannya saja sekarang.Hari cukup cerah saat Naya menunggu Dinda menjemputnya, karena sekarang Dinda yang selalu menjemput dan mengantarnya p

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Terus Mengganggu

    "Bu, ada yang ingin bertemu dengan Ibu." Dinda memasuki ruang kerja Naya setelah mengetuk pintu."Siapa, Din?" Naya mengernyitkan kening heran, siapa yang ingin bertemu dengannya."Seorang wanita yang tadi duduk di belakang Ibu," jawab Dinda."Melisa?" gumam Naya heran kenapa Melisa ingin bertemu dengannya. Apa lagi yang Melisa inginkan darinya, Naya benar-benar malas bertemu dengan Melisa lagi. Dari tadi Naya sudah menahan diri mendengar obrolan Melisa dan temannya. Kini Naya tak yakin bisa menahan dirinya jika bertemu dengan Melisa lagi."Bu, bagaimana? Apa Ibu ingin menemuinya atau tidak?" Pertanyaan Dinda menyadarkan Naya dari lamunannya."Bilang saja aku sedang sibuk dan tidak bisa digangu ya, Din. Aku capek ingin istirahat sebentar." Naya pun memutuskan untuk tidak menemui Melisa untuk sekarang."Baik, Bu." Dinda beranjak menuju pintu."Tunggu, Din! Kalau dia tetap ingin bertemu, sampaikan padanya jangan menggangguku." "Baik Bu, saya permisi." Dinda pun berlalu menemui Melisa.

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Menjenguk Hanan

    Mentari pagi telah menampakkan diri. Naya pun beranjak bangun dari tempat tidur. Setelah sholat Subuh tadi Naya kembali tertidur, dia sedikit merasa malas untuk bangun karena cuaca sedang dingin sekali.Jika tidak ingat dengan janjinya pada Melisa, tentu Naya lebih memilih bermalas-malasan di rumah. Sebelum memulai aktivitas Naya pun mandi terlebih dahulu. Selesai mandi dia bergegas untuk membuat sarapan, tenaganya harus terisi penuh jika harus bertemu dengan Hanan.Naya juga harus kuat untuk menghadapi Hanan, belum nanti jika ada ibu mertuanya di sana. Dia harus menyiapkan hati dengan ucapan Ratih yang menusuk hati.Selesai sarapan Naya mengambil ponsel, dicarinya kontak Dinda dan menelfonnya. Naya lupa belum memberitahu Dinda jika dia akan pergi untuk menjenguk Hanan."Assalamu'alaikum Bu," sapa Dinda begitu panggilan telfon tersambung."Wa'alaikum salam, Din. Maaf ganggu kamu pagi-pagi begini.""Tidak apa-apa, Bu. Kalau boleh tahu, ada apa Ibu menelfon saya pagi-pagi?" tanya Dind

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Bertemu Ratih

    Setelah membantu Hanan kembali berbaring di ranjang Naya berniat untuk pergi. Naya takut jika terlalu lama di dekat Hanan, dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi."Istirahatlah, Mas," ucap Naya pada Hanan yang sedang berbaring."Mas tidak mau, Mas masih ingin melihatmu, sayang. Nanti jika Mas tidur kamu akan pergi dari sisi Mas lagi," rengek Hanan."Jika Mas tidak istirahat bagaimana bisa sembuh?""Apakah jika Mas sudah sembuh, Mas boleh pulang ke rumah kita?" tanya Hanan berharap.Naya terdiam mendengar permintaan Hanan. Berat untuknya mengabulkan permohonan Hanan, luka hatinya masih menganga belum mengering sama sekali."Boleh, Mas," ucap Naya tidak tega melihat kondisi Hanan. Untuk sementara Naya pun mengikuti apa yang Hanan mau agar dia bisa cepat pergi."Terima kasih, sayang. Mas akan segera sembuh agar kita bisa cepat berkumpul kembali," ucap Hanan mulai memejamkan mata.Setelah Hanan tertidur Naya pun beranjak pergi. Dia melangkah menuju pintu, tapi betapa terkejutnya dia

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Cemburu

    "Maaf Mas, aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku mohon bangunlah, Mas." Melisa menangis tergugu di samping ranjang Hanan. Dia tidak menyangka sikapnya yang kekanak-kanakan malah membuat Hanan sang suami terbaring di rumah sakit.Melisa menggenggam erat tangan Hanan yang tidak terpasang infus, dikecupnya pelan punggung tangan Hanan."Sudahlah, Mel. Jangan menangis terus menerus, keadaan Hanan pasti akan segera membaik. Dokter sudah memberikan perawatan yang baik pada Hanan." Ratih menepuk pundak Melisa pelan, dia juga sedih melihat sang putra terbaring di rumah sakit. Namun Ratih masih bisa menghibur Melisa."Tapi semua salahku, Bu. Jika saja aku tidak meminta Mas Hanan untuk segera pulang, tentu Mas Hanan tidak akan mengalami, kecelakaan," sahut Melisa dengan air mata yang bercucuran.Ratih terdiam, apa yang diucapkan Melisa memang benar, jika saja menantunya itu tidak menyuruh sang putra pulang, tentu sekarang Hanan masih sehat. Tapi Ratih tidak bisa menyalahkan Melisa sepe

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Kedatangan Hanan

    Pov Naya."Jadi saya tidak perlu menjemput Ibu hari ini?" tanya Dinda melalui sambungan telfon."Tidak perlu, Din. Aku ingin di rumah saja hari ini," balasku sembari menyiapkan menu sarapan."Baik Bu, jika perlu apapun silahkan menghubungi saya.""Tentu Din, memang hanya kamu yang selalu mau aku repotkan," candaku."Sudah tugas saya, Bu.""Baiklah, aku tutup dulu telfonnya." Aku pun mengakhiri panggilan telfon dan bergegas menyantap sarapan yang telah kubuat.Entah kenapa rasanya aku sedang ingin bermalas-malasan hari ini, rasanya aku tidak ingin pergi keluar rumah. Mungkin semua karena efek kehamilanku, walau begitu aku sangat bahagia sekali.Aku merasakan ada kehidupan lain di dalam rahimku, sungguh rasanya menakjubkan di kala mendapatkan anugrah terindah yang selalu aku nantikan setelah sekian lama.Tanganku mengelus perut yang masih rata, karena memang usia kandunganku masih berusia sembilan minggu. Walau begitu punggungku terkadang terasa nyeri saat aku kelelahan.Tidak bisa aku

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Melisa Hamil

    "Terima kasih sudah mau memberikan Mas kesempatan, sayang," ucap Hanan melepaskan pelukannya.Naya masih terdiam membelakangi Hanan, dia mencoba menenangkan hatinya. Naya pun segera menghapus air matanya, dia tidak mau jika Hanan melihatnya menangis untuk Hanan lagi.Naya berbalik menghadap Hanan, dia menatap mata sang suami dalam. Diselaminya pandangan Hanan, masihkah ada cinta untuknya di hati Hanan atau sudah tergantikan dengan cinta Melisa.Naya harus meyakinkan dirinya untuk memberi Hanan kesempatan atau melepaskannya, walau sulit sekali jika dia harus hidup sendiri."Mas, bolehkah aku meminta sesuatu kepadamu sebelum aku memaafkanmu?" ucap Naya lirih."Boleh, sayang. Kamu boleh meminta apa saja asalkan mau memaafkan Mas," jawab Hanan sembari memegang tangan Naya."Aku hanya minta Mas jangan menyentuhku terlebih dahulu sebelum aku yakin bisa memaafkanmu, Mas."Hanan terdiam mendengar permintaan Naya. Dia sedikit terkejut dengan permintaan Naya. Hanan harus bisa menahan dirinya ag

Latest chapter

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Akhir

    Pov Naya"Bagaimana, Mbak? Apakah Mbak masih mengharapkan laki-laki yang sudah membuatmu menderita? Apakah Mbak masih saja terjebak dalam masa lalu, hingga tidak berani memberi kesempatan pada Pak Alan? Apakah terlalu sulit menghilangkan bayang-bayang masa lalu yang menyedihkan?" tanya Dinda bertubi-tubi semakin membuatku kalut.Tanganku meremas satu sama lain, pertanyaan Dinda menusuk hatiku. Sedikit banyak apa yang Dinda tanyakan memanglah benar. Aku memang belum bisa melupakan bayang-bayang masa lalu.Bukan aku ingin kembali pada Mas Hanan, akan tetapi perasaan takut dan trauma selalu menghantuiku.Kurasakan tangan Dinda meremas tanganku dengan lembut, aku pun menatap mata Dinda dalam."Mbak juga berhak untuk bahagia, jangan terlalu tenggelam dalam masa lalu, Mbak. Kami semua juga ingin melihat Mbak Naya bahagia dengan pasangan baru Mbak Naya. Janganlah takut untuk memulai kembali, mungkin saja Pak Alan adalah jodoh terakhir untukmu, Mbak," ucap Dinda sembari tersenyum lembut.Aku

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Alan

    Naya bergegas kembali ke dalam restoran saat tak menemukan sosok Hanan. Dia berjalan menunduk kembali merasakan perasaan sedih karena teringat Hanan.Naya berjalan sembari mengusap air mata yang tak bisa dia tahan."Bruk—." Naya terjatuh karena tidak sengaja menabrak seseorang di depannya.Naya meringis saat sikunya terbentur lantai dengan keras. Dia masih menunduk mengusap-usap sikunya dengan telapak tangannya."Maaf, saya tidak sengaja," ucap seseorang yang telah menabrak Naya."Tidak apa-apa," sahut Naya sembari mendongakkan kepala.Netra Naya membulat ketika melihat siapa yang telah menabraknya, perlahan dia melebarkan senyum melihat sosok tersebut."Ibu Naya?" tanya sosok tersebut juga ikut terkejut.Naya pun bangkit dari posisinya terjatuh dan berdiri di depan sosok tersebut."Iya, Pak Alan. Ini saya," jawab Naya sembari tersenyum.Alan mengembangkan senyumnya dan bertanya, "Apa kabar, Bu? Sudah lama sekali saya tidak pernah melihat Ibu Naya?""Alhamdulillah, baik. Bagaimana d

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Kembali

    "Sudah sampai, Bu," ucap sopir pada Naya yang sedang melamun sembari mengelus-ngelus puncak kepala Aryan—anak semata wayangnya."Oh iya, Pak." Naya pun beranjak turun dari mobil sembari menggendong Aryan.Netra Naya memandang restorannya yang sudah banyak berubah semenjak dia meninggalkannya, sudah hampir dua tahun Naya meninggalkannya untuk diurus Dinda.Perlahan Naya melangkahkan kaki masuk ke dalam restoran, nampak suasana ramai menyambut kedatangannya kembali.Di ambang pintu sudah ada Dinda dan Arya, sekarang mereka telah menjadi sepasang suami istri. Tidak menyangka dokter yang dulu pernah menaruh hati pada Naya sudah menemukan jodohnya.Naya mengulum senyum membayangkan bagaimana dulu mereka dekat hingga akhirnya berakhir menjadi sahabat.Arya sempat menyatakan perasaannya kepada Naya tapi dia tentu tidak bisa membohongi perasaannya dengan menerima Arya.Naya sungguh merasa tidak pantas bersanding dengan Arya mengingat status yang telah dia sandang. Lebih baik mereka menjadi sa

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Tergantikan

    Pov Hanan Dua tahun masa hukumanku akan segera berakhir, aku tidak sabar keluar dari sini dan mencari keberadaan Naya. Aku ingin melihat wajah anakku seperti apa, apakah dia akan seperti Naya atau sepertiku.Bolehkah aku berharap untuk kembali bersama Naya lagi? Merajut rumah tangga bahagia seperti dulu lagi. Apalagi aku sudah sepenuhnya berpisah dari Melisa.Tidak akan ada yang akan menghalangi kebahagiaan kami lagi. Apakah Naya mau menerimaku kembali menjadi suaminya jika aku keluar dari sini? Aku sungguh berharap bisa bersatu kembali dengan Naya.Semoga saja aku masih diberi kesempatam untuk memperbaiki semua kesalahanku pada Naya. Aku janji, akan memperlakukan Naya lebih baik lagi, jika dia mau kembali padaku. Aku tidak akan menyakitinya lagi, aku akan selalu membahagiakannya.Aku mencoba memejamkan mata, berharap hari esok cepat datang, dan aku akan segera keluar dari sini.***Hari yang aku tunggu pun datang, aku sudah bebas hari ini. Aku berada di pinggir jalan, menanti ibu da

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Akhir Penantian

    Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, Naya melalui hari-hari damainya di rumah Irham. Di rumah Irham terdiri dari tiga anggota keluarga, ada Irham, Alina dan juga Alisa–gadis kecil buah hati mereka.Untunglah Naya tidak terlalu kesepian karena ada mereka. Apalagi Alisa sangat menggemaskan. Di usianya yang baru menginjak lima tahun, Alisa tumbuh dengan baik. Tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.Sejenak Naya merasa iri dengan kehidupan Alisa, dalam benaknya Naya bertanya-tanya, akankah anaknya kelak akan tumbuh ceria seperti Alisa di saat hanya ada ibunya yang membesarkannya.Ketakutan akan ketidak mampuannya membesarkan anaknya kelak, selalu menghantui Naya.Apalagi jika kelak dia ditanya oleh anaknya di mana ayahnya berada, mau bagaimana Naya menjawabnya? Tidak mungkin Naya menceritakan semua pada anaknya. Naya takut akhirnya anaknya akan membenci ayahnya sendiri.Apakah Naya sanggup menghadapi pertanyaan-pertanyaan anaknya tentang ayah kandungnya? Naya menghela

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Kehilangan Segalanya

    Pov Hanan Netraku mulai meneteskan air mata begitu mendengar ketukan palu dari Hakim pertanda berakhirnya sidang perceraianku dengan Naya.Dengan begitu, berakhir pula pernikahan yang sudah sepuluh tahun aku bina dengan Naya. Pernikahan yang membuatku menjadi lelaki paling bahagia karena bisa mendapatkan istri seperti Naya.Setiap yang ada pada diri Naya adalah dambaan semua lelaki. Seharusnya aku merasa beruntung memiliki Naya, bukan malah menyakitinya begitu saja.Apalagi sekarang Naya sedang mengandung anakku, darah dagingku. Seharusnya pernikahanku dengan Naya dipenuhi dengan kebahagiaan menanti kehadiran anak pertama kami.Aku tidak akan bisa melihat kelahiran anak pertamaku yang begitu aku tunggu-tunggu. Karena masa hukumanku yang masih lama. Saat anakku lahir, aku masih berada di dalam penjara.Entah Naya kelak mengijinkan aku untuk bertemu dengan anakku sendiri atau tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.Sesungguhnya aku sangat berharap Naya mau memberikan

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Status Baru Hidup Baru

    Pov NayaSetelah Melisa pergi aku bergegas masuk ke dalam ruanganku untuk beristirahat. Kurebahkan tubuh di sofa begitu sampai.Sejujurnya aku tidaklah lelah. Aku hanya ingin sendiri hari ini. Bagaimanapun, berakhirnya pernikahanku dengan Mas Hanan, sedikit banyak membuat nyeri di hatiku.Aku hanya ingin mencoba menata hati dengan status baruku. Status janda yang baru saja aku sandang beberapa jam yang lalu, membuat hatiku sedikit sakit. Tidak pernah terbayangkan aku akan menyandang status tersebut.Biarlah hari ini aku merenungi setiap jalan hidupku, serta merasakan kesedihan yang telah aku lalui. Jika esok datang aku harus bisa bangkit dan memulai hidup baru.Aku akan pergi mengikuti Bang Irham di mana dia tinggal. Biar urusan restoran aku serahkan pada Dinda kembali. Kelak jika aku sudah siap kembali lagi ke sini, aku pasti akan kembali. Untuk sekarang aku harus fokus pada kehamilanku, apalagi beberapa bulan lagi aku akan melahirkan. Aku akan segera bertemu dengan anakku. Aku tida

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Melisa Meminta Maaf

    Naya berjalan diiringi Dinda di belakangnya menuju parkiran. Di sana Irham sudah menunggunya dari tadi."Mbak Naya, tunggu!"Naya menghentikan langkahnya begitu mendengar suara yang dikenalinya memanggil. Naya menolehkan kepala sembari mengernyitkan keningnya. Memastikan apakah benar suara Melisa yang didengarnya.Seingatnya dari kabar yang dia dengar, Melisa sedang berada di luar kota mengikuti kedua orangtuanya."Mbak, bisa aku meminta waktumu sebentar?" tanya Melisa begitu sampai di depan Naya."Ada apa lagi, Mel?" Naya bertanya pada Melisa tanpa menjawab pertanyaan Melisa."Aku mohon, Mbak. Aku hanya ingin berbicara sebentar saja, aku janji tidak akan lama," jawab Melisa memelas.Naya nampak menimbang-nimbang akankah dia memberi kesempatan Melisa untuk berbicara atau tidak. Sejujurnya dia heran ada urusan apa lagi Melisa meminta waktu untuk bicara. Bukankah sekarang Melisa sudah bisa memiliki Hanan sepenuhnya? Bukankah sekarang Melisa juga bisa menjadi satu-satunya istri Hanan ta

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Akhir Pernikahan

    Tak terasa waktu sudah berlalu dengan cepatnya, persidangan perceraian Naya dengan Hanan hari ini adalah yang terakhir.Naya sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini. Setelah perceraiannya berakhir, Naya akan pergi dan memulai hidup baru bersama anaknya. Dia ingin hidup dengan tenang tanpa diganggu oleh siapapun.Kini kehamilan Naya sudah memasuki trimester ke kedua, dia sudah kepayahan jika terlalu banyak beraktivitas.Sekarang hidup Naya sudah lumayan tenang, Ratih sudah tidak pernah menemuinya lagi semenjak Dinda mendonorkan darahnya untuk Melisa.Keadaan Melisa pun sudah berangsur membaik, sejak sadar dari koma dia tinggal bersama kedua orangtuanya. Tapi kini Melisa menjadi sosok yang pendiam, dia tidak mau keluar rumah untuk beraktivitas.Melisa pun ingin mengajukan perceraian dari Hanan, namun orangtua Melisa melarangnya. "Yah, Bu. Aku ingin bercerai saja dari Mas Hanan," ucap Melisa sendu saat mereka sedang bercakap-cakap setelah beberapa minggu Melisa sadar dari koma."K

DMCA.com Protection Status