Satu minggu berlalu sejak Retha mengurus surat perceraian nya dengan Danil. Permohonan cerai Retha sudah diterima, Retha juga sudah menandatangani surat perceraiannya, hanya tinggal menunggu Danil yang menandatangi surat ceraiannya. Siang itu, ada seorang kurir yang mengantar paket ke rumah bu Ayu. Dengan senang hati bu ayu menerima paket itu, di cover luarnya tertulis pengadilan agama. Bu Ayu langsung menyunggingkan senyum lebarnya. Dia langsung menelpon Danil. "Hallo Dan.. " "Ada apa bu, " "ini ada yang mengantar surat dari pengadilan agama. " kata bu ayu dari seberang telpon dengan semangat. Deg... Danil langsung terdiam. Rupanya Retha sudah mengajukan permohonan cerai di pengadilan. Padahal selama ini Danil tidak mengurusnya karena masih ingin bicara dengan Retha. "Hallo Dan, kamu masih disana? " tanya Bu Ayu yang tidak mendengar suara Danil. "Iya bu, simpan saja di dalam kamarku. Nanti aku akan melihatnya. " kata Danil setelah sadar dari lamunannya. "Baiklah. Nanti bawa
Hari ini, Retha mendapat satu tambahan pekerjaan yaitu memasak untuk salah satu penghuni kostnya, yaitu Jihan. Retha harus sudah mulai memasak dari pagi karena Jihan akan ada kelas pagi ini,jadi semua harus sudah siap. Semalam Retha sudah bicara dengan bi Sumi, kalau mulai besok harus menambah porsi masaknya. Karena selain Satpam dan Lusi yang makan siang hari, akan ada tambahan personil yang akan makan dirumah Retha, yakni Jihan. Pukul delapan pagi, Jihan datang ke rumah Retha untuk mendapatkan sarapan paginya. Retha segera menyuruh Jihan masuk ke dalam rumah untuk sarapan bareng. "Vano kemana mbak? " tanya Jihan "Sudah berangkat sekolah, donk. Kan kalau anak SD masuknya jam tujuh. " jawab Retha dengan memberikan senyuman hangatnya. Jihan menepuk jidatnya, "Ah iya aku lupa. " Retha hanya tersenyum melihat tingkah Jihan. "Ayo, di makan. " Retha menyuruh Jihan segera makan, takut terlambat. Dengan senang hati Jihan memakan makanan yang terhidang di hadapannya. Walau cukup sederh
Retha, Jihan, Vano dan sekarang di tambah Abhi. sedang makan malam di salah satu tempat makan di mall itu. Vano terlihat bahagia hari ini, karena bisa bermain di tempat permainan anak, dan sekarang makan ayam kriuk kesukaannya. Ya, Vano menyebutnya ayam kriuk, karena saat di makan berbunyi kriuk... kriuk... Abhi minta ijin kepada semua yang ada disana untuk pergi ke toilet. Dan di saat itulah, Danil punya kesempatan untuk mendekati Retha. "Retha... " panggilnya lirih. Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang sangat Danenalnya itu, Retha langsung menoleh ke asal suara. "Retha, beri aku kesempatan untuk bicara dengan mu. Empat mata. " Danil memohon kepada Retha. Retha merasa tidak enak dengan kehadiran Danil di antara Jihan dan Vano. Akhirnya Retha meminta tolong kepada Jihan untuk menjaga Vano. "Jihan tolong temani Vano dulu ya, mbak ada urusan bentar sama mantan suami mbak. Mbak akan duduk di sana. " kata Retha sambil menunjuk kursi kosong. " "Iya mbak, mbak tenang saja. "
Keesokan harinya, saat Danil sedang bekerja di luar kantor , Vio meminta ijin keluar kantor untuk menemui bu Ayu. Walau dia tidak begitu menyukai ibu dari kekasihnya itu, tapi Vio harus mengambil hati ibunya Danil untuk segera melakukan tindakan kepada Danil yang tidak segera menceraikan atau menandatangani surat gugatan cerai yang dilayangkan Retha. Dan disinilah Vio berada, di rumah bu Ayu. Ibunya Danil. Vio disambut dengan sangat hangat oleh ibu Danil tersebut. Karena bu Ayu sendiri sangat mengingknkan Vio untuk jadi istri istri Danil. "Kenapa kamu siang-siang kemari, Vio? Apa kamu tidak kerja? ' tanya Bu Ayu basa basi setelah menyambut kedatangan Vio, yang membawakannya paket sembako untuk oleh-oleh. " Ah, saya kerja tante,.Tapi karena ada yang ingin saya bicarakan dengan tante, makanya saya minta ijin kepada atasan saya untuk keluar sebentar. " jawab Vio memberikan alasana kedatangannya. "Apa yang ingkn kamu bicarakan denganku, Vio?" tanya bu Ayu tak mengerti. "Ini tentang m
Malam harinya sesuai keinginannya, Abhi datang ke rumah Retha. Kali ini dia tidak sendiri, tapi bersama sang mama yang ingin ikut dengan alasan ingin bertemu Jihan. Karena kemarin saat Jihan pindah ke tempat kostnya, bu Erina tidak ikut, karena suami bu Erina memintanya ikut dinas ke luar kota. Jadi dengan alasan itu, akhirnya Abhi mengijinkan mamanya ikut. Dan disinilah mereka berada, di rumah Retha. Dengan senang hati Retha menerima kedatangan bu Erina di rumahnya. Begitu juga dengan Jihan yang sama sekali tidak menyangka kalau mamanya akan datang, dia sangat senang karena banyak yang ingin diceritakan dengan mamanya itu. "Mama, mama datang? " kata Jihan menyambut mamanya. "Iya, kakakmu tadi katanya mau ke rumah Retha, jadi mama ikut sekalian karena ingin melihatmu. Mama kangen, Jihan. " ujar bu Erina memeluk jihan Jihan pun balas memeluk mamanya itu. "Ma, nanti ada yang mau Jihan ceritain sama mama. " kata Jihan berbisik di telinga mamanya. "Apa? " Bu Erina ikut berbisik "Na
Palu hakim telah di ketuk menandakan bahwa gugatan perceraian antara Retha dan Danil telah di kabulkan. Dan sekarang Retha sudah menyandang status barunya sebagai seorang janda dan Danil sebagai seorang duda. Hak asuh Vano pun Retha dapatkan. Karena selama ini Danil juga tidak pernah menyayangi Vano. Jadi untuk apa Vano hidup bersama dengan ayahnya. Tidak ada kesempatan bagi Danil untuk meminta rujuk kepada Retha, karena Retha sudah menutup pintu rujuk itu. Retha mengancam Danil, jika dia tidak mau bercerai, maka Retha akan mengeluarkan semua bukti perselingkuhannya dan kekerasan yang di lakukan Danil padanya. Kalau sudah begitu, bukan hanya berurusan dengan pengadilan agama, Danil juga akan berurusan dengan polisi. Dan Danil tidak mau itu terjadi. Akhirnya dia yang mengalah dan menyetujui bercerai dengan Retha, walau berat. Entah apa yang membuat Danil merasa berat berpisah dari Retha. Sampai saat ini Danil juga belum tau. "Selamat Yesh, kamu berhasil keluar dari hidupku." Danil i
Danil dan Violet pulang ke rumah bu Ayu dengan wajah yang berbeda. Danil dengan wajah sendunya karena resmi berpisah dengan Retha sebelum dia mengetahui perasaan yang sebenarnya kepada Retha, apakah itu cinta atau biasa saja. Sedangkan Vio merasa bahagia karena pada akhirnya Danil bercerai dengan istrinya itu. Dan dia akan menjadi milik Danil satu-satunya. Setelah ini, Vio akan mendesak Danil untuk menikahinya, itulah rencana Vio. Bu Ayu menyambuy kedatangan Anaknya dan calon menantunya itu dengan antusias. Dia tidak sabar mendengarkan kabar yang akan dibawa kedua orang itu. "Bagaimana hasilnya? " tanya bu Ayu tidak sabaran. "Resmi bercerai dong bu. " vio yang menjawab. "Ah, syukurlah kita harus merayakan ini Vio. Bagaimana kalau kita makan malam di luar." usul bu Ayu. "Maaf bu, aku nggak punya uang untuk mentraktir semua orang. Sekarang lagi tanggal tua" Danil buru-buru memotong keinginan ibunya itu. "Kamu itu, Dan. jangan pelit-pelit jadi orang, apalagi sama keluarga sendiri.
Pagi ini setelah mengantar Vano sekolah, Retha mau mampir ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan. Karena ada beberapa yang sudah habis. Untuk sarapan Jihan sudah tersedia.. Tinggal nanti membuat makan siang sekaligus bekal makan siang Abhi. Retha juga berencana membeli beberpa perhiasan, untuk investasi kalau lagi kepepet. Retha sudah selesai berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan motor matic nya. Kemudian dia menuju salah satu toko perhiasan yang ada di sekitar sana. Setelah memarkirkan motornya, Retha segera masuk ke dalam toko dan tanpa sengaja matanya melihat sosok yang sangat dikenalnya. Sosok orang yang selalu merendahkannya selama ini. Tapi sosok itu belum mengetahui kalau Retha ada di tempat yang sama dengannya. Retha segera merubah mimik wajah terkejutnya menjadi tersenyum saat berhadapan dengan penjaga toko. "Ada yang bisa saya bantu mbak." Tanya penjaga toko itu seperti biasa ketika bertemu pembeli. "Saya mau lihat kalung itu mbak. " kata Retha
Satu minggu telah berlalu sejak kepergian Dila, Agus bahkan sudah mencarinya kemana-mana. Tapi tidak juga ketemu, menyesal, iya. Karena dia tidak bisa menjaga seseorang yang mungkin saja sedang mengandung anaknya. Agus bahkan sudah mencarinya ke rumah orang tua Dila tapi tidak juga ketemu. Ibunya sendiri tidak tau dimana anaknya itu berada.Panggilan telpon masuk membuyarkan lamunan Agus tentang Dila yang sudah menghilang selama beberapa hari. Dia melihat nomor siapa yang sudah menghubungi nya. Dan ternyata yang menghubunginya adalah pihak rumah sakit. Agus langsung mengangkat panggilan telpon itu."Hallo selamat siang. '" Siang Pak, kami dari pihak rumah sakit meminta anda untuk segera ke rumah sakit kami. Untuk mengetahui hasil tes yang anda minta. "Mendengar itu mata agus terbelalak, ia bahkan sudah melupakan tes DNA itu."Baik saya akan segera kesana. ' jawab Agus dengan wajah tegang dan segera menuju rumah sakit.Hari ini dia benar-be
"Dila... " lirih Danil.Dila yang berjalan menunduk tanpa melihat kedepan pun tidak tau kalau ada Danil di depannya.Hingga dia terus berjalan danBruk...Tubuh Dila menabrak tubuh seseorang didepannya."Maaf." ucap Dila, lalu dia mendongakkan kepala dan melihat sosok orang yang ditabraknya. Matanya membulat saat melihat siapa yang sudah dia tabrak."M... mas Danil. Kenapa ada disini? " Dila terkejut dengan adanya Danil di hadapannya."Dila... kamu juga kenapa disini?" tanya Danil pura-pura tidak tau."A.. A.. ku... "Pintu pagar terbuka, dan Abhi keluar."Ada apa Danil? " Abhi memulai sandiwaranya."Tuan Abhi, saya mau menyerahkan berkas ini kepada anda. " ujar Danil dengan menyerahkan sebuah map kepada Abhi."Oh, ya... Terima Danil. Apa kau mau masuk? ""Ti.. tidak usah tuan, saya harus bicara dengan adik saya. "Kening Abhi mengernyit melihat Dila yang tertunduk. "Jadi dia adikmu? "D
Hari ini, Dila kembali menemui Retha di rumahnya. Dia ingin membicarakan masalah tempat tinggalnya. Meski ragu, takut dan malu tapi dia harus melakukannya. Karena bagaimanapun dia membutuhkan tempat tinggal saat ini. Untuknya dan untuk anak didalam kandungnya.Setelah melihat mobil Abhi keluar dari pekarangan rumahnya, Dila segera memanggil Retha yang masih berada di depan rumahnya."Mbak."Retha yang merasa dipanggil pun segera menoleh, dan dilihatnya Dila yang berdiri di depan pagar. Ada rasa iba dihatinya saat melihat keadaan Dila. Andai saja dulu Dila tidak jahat padanya, mungkin saja Retha tidak akan bersikap tega seperti ini."Ada apa? masuklah. " Retha mengatakannya dengan nada dingin. Dia tidak ingin terlalu memberi hati kepada orang-orang yang sudah menyakitinya dulu.Dila masuk dengan wajah tertunduk malu. dan menghampiri Retha. lalu duduk berhadapan dengannya."Ada apa, ?" tanya Retha dengan nada datar."Tentang semalam, ap
"Dila... "Sebuah suara yang sangat Dila kenal itu menyapanya. Dila langsung menoleh ke asal suara."Mbak Maya? " ucap Dila dengan tergagap."Kamu lagi ngapain disini. " tanya Maya yang melihat wajah sendu mantan adik iparnya itu.Dila mencoba tersenyum dengan pVano. "Nggak apa-apa mbak, aku hanya sedang jalan-jalan. " ujar Dila berbohong."Mbak Maya sedang apa di sini? " tanya Dila balik."Aku sedang menemani Arum jalan-jalan dan bermain. " kata Maya sambil menunjuk Arum yang sedang bermain.Dila tersenyum melihat keponakannnya sedang berlarian mengejar gelembung sabun.Tiba-tiba perut Dila berbunyi, dan Tanpa sengaja Maya langsung melihat ke arah perut Dila. Matanya terbelalak saat melihat perut Dila yang membesar."Ya Ampun Dila. Ini Apa? " pekiknya dengan suara lirih."Kamu hamil? " tanya lagi.Dan dijawab Dila dengan anggukan."Apa kamu sudah menikah. " tanya Maya lagi degan berbisik.Dan
Agus berlari mencari Dila, dimana dia di rawat dan mendapat tindakan medis. Hingga seseorang menunjukkan ruang operasi, dan dia segera bergegas kesana. Agus akan merasa bersalah jika sampai teejadi apa-apa pada bayi dalam kandungan Dila. Apalagi jika itu anaknya.Beberapa dokter akan masuk ke ruang operasi bersama dokter yang memeriksa kandungan Dila tadi. Dan dia tampak heran karena ada Agus disana."Dokter, tolong selamatkan Dila dan anaknya. " pinta Agus kepada para dokter."Kami akan berusaha yang terbaik tuan, permisi. " beberapa dokter dan perawat itu segera masuk keruangan operasi dan melakuakan tindakan kepada Dila."Kasihan keadaannya sampai seperti ini. " kata seorang dokter yang menatap kasihan kepada Dila."Dia baru saja periksa di tempatku, dokter. Dan dia tampak bahagia saat mendengar bayinya kembar .Tapi kita bertemu lagi dalam keadaan seperti ini. "Semua orang di sana menghembuskan nafas nya setelah mendengar penuturan salah
"Apa papa dan mama akan tetap sayang sama Vano kalau kalian punya adik bayi? " tanya Vano dengan wajah sendu kepada kedua orang tuanya."Tentu saja sayang, mama akan tetap sayang sama Vano. Vano kan juga anak mama, kenapa Vano tanya seperti itu? ""Nggak apa-apa ma, Vano hanya takut mama sama papa nggak sayang Vano lagi setelah punya adik bayi. "Abhi lalu mengangkat Vano dan mendudukkan dipangkuannya."Apa boleh papa jelasin porsi kasih sayang antara Vano dengan adik bayi? " tanya Abhi hati-hati sebelum bicara. Karena dia tau Vano memiliki sisi sensitif jika membicarakan masalah kasih sayang.Vano mengangguk."Vano... nanti jika perhatian mama kepada adik lebih banyak dibandingkan kepada Vano, Vano tidak boleh merasa kesal atau bilang kalau mama dan papa pilih kasih atau apapun yang Vano pikirkan. ""Kenapa pa? ""Karena adik bayi membutuhkan banyak perhatian dari mama. Adik bayi kan masih kecil, belum bisa apa-apa. Bisanya cu
"Bagaimana keadaan istri saya dokter. " tanya Abhi saat melihat seorang dokter keluar dari ruang tindakan."Maaf tuan, saya tidak bisa memastikan. Tapi jika dilihat dari gejalanya sepertinya istri anda sedang hamil. Sebaiknya anda memeriksakannya langsung ke dokter kandungan untuk memastikan. " dokter memberitahu hasil pemeriksaannya."Apa? Hamil? " Abhi merasakan sangat terkejut mendengar apa yang di katakan dokter barusan.Dokter mengangguk untuk memastikan kabar yang ia sampaikan.Keterkejutan Abhi berubah menjadi senyum bahagia yang terpancar di bibirnya."Dokter apa boleh saya menemui istri saya? ""Silahkan, tuan. Setelah cairan infusnya habis anda bisa membawa istri anda memeriksakan diri ke dokter kandungan. " ujar dokter lali ia pergi meninggalkan Abhi yang akan menemui istrinya.Abhi masuk ke ruangan dengan senyuman penuh dibibirnya. Ia menatap Retha yang masih terbaring dengan penuh haru, Abhi langsung berhambur memeluk ist
Setelah kepergian ketiga orang tidak tau diri itu, Abhi dan semua orang kembali masuk ke dalam rumah. Setelah sebelumnya Danu mengunci pagar. Retha segera ke dapur dan mengambil kan air dingin untuk meredakan amarah suaminya."Minum dulu mas. " Retha menyodorkan minuman itu kepada suaminya."Terima kasih. " Abhi langsung menegak habis minuman yang diberikan istrinya itu."Maafkan aku, aku sangat marah tadi. " ujar Abhi kepada semua orang."Nggak apa-apa mas. Kami mengerti. ""Tentu saja, mas Abhi marah. Kalau rumahnya dibuat seenaknya sendiri sama orang lain, apalagi mereka hanya seorang pembantu yang di tugaskan membantu dan menjaga rumah ini. Eh, malah dibuat kayak rumah sendiri. Emang dasar pembantu nggak ada akhlak. " Jihan masih saja mengomel karena ulah pembantu kakaknya itu."Memangnya sudan berapa lama, mas Abhi nggak mengunjungi rumah ini? " tanya Retha."Ya terakhir kesini, sebelum kenal kamu. Setelah kenal dan deket sama ka
Akhir pekan ini Abhi mengajak keluarga kecilnya untuk pergi ke rumah impianAbhi, termasuk Jihan dan Danu yang ikut serta. Urusan pekerjaan di rumah, Retha serahkan kepada Lusi orang kepercayaannya. Jadi Retha tidak akan di pusingkan dengan pekerjaan jika dia sedang pergi dengan keluarganya.Abhi ingin keluarga kecilnya tau, rumahnya yang dia bangun setahun terakhir ini dan akan menjadi rumah masa depan keluarga mereka kelak. Satu jam perjalanan mereka tempuh, untuk sampai ke rumah impian Abhi. Letaknya memang jauh dari perkotaan karena Abhi menginginkan suasana yang tenang dan nyaman."Nah, Kita sampai. " ucap Abhi saat mobilnya memasuki rumah yang besar dengan halaman yang luas."Waahhhh, gede banget rumahnya pa. " Vano terkagum-kagum melihat penampakan rumah papanya itu.Abhi hanya tersenyum mendengar celetukan Vano. Dia membantu Danu membawa barang bawaan yang mereka bawa. Rencananya mereka akan menginap dua hari disana."Siapa yang jaga rumah d