"Sayang bangun, ini udah siang. Kamu nggak siapin kopi buat aku?""Ehmm, kamu buat sendiri ya Fahri, aku lagi nggak enak badan ini.""Kamu sakit?"Dan setelah Fahri cek kening Salsa memang terasa panas. Mana mungkin Fahri memaksanya untuk bangun, lebih baik dia membuat kopi sendiri dari pada membebani istrinya yang sedang sakit."Eh, iya badan kamu panas Sa! Kita pergi ke Dokter yah?""Nggak usah Fah, aku cuma butuh istirahat aja. Kamu udah mau berangkat? Maaf yah, aku nggak bisa temani kamu untuk sarapan.""Nggak apa-apa, ya sudah kamu istirahat saja! Aku pergi sekarang yah."Tak lupa Fahri mengecup kening Salsa sebelum berangkat kerja."Istri kamu nggak ikut turun Fah?"Bu Sita yang sudah bangun lebih dulu untuk menyiapkan sarapan seperti biasanya dan mendapati putranya keluar sendirian agak sedikit membuatnya bertanya-tanya, karena biasanya Salsa selalu ikut mengantar sampai Fahri berangkat kantor."Salsa sedang sakit Mah, biarin aja dia istirahat!""Sakit?" bu Sita memicingkan mat
"Aku lihat-lihat kau sekarang ini semakin sukses saja sayang! Aku semakin sayang sama kamu!"Semula ada rasa canggung saat Dimas semakin mendekati dirinya mengingat dia sudah menikah dengan Fahri, Dimas sendiri pun tau kalau Salsa sudah bersuami tetapi tak membuat dia lantas menjauhi wanita itu. Semakin mendekati semakin membuatnya nyaman, rasanya masih sama seperti yang dulu mereka berdua seolah tidak ada Fahri di antara mereka."Ah, kamu bisa aja. Aku masih sama seperti yang dulu. Kamu kapan kembali Dim?""Kemaren sayang! Dan kau tau, aku sangat rindu denganmu!"Di raihlah kepala Salsa hingga tenggelam dalam dekapannya, tidal ada penolakan darinya bahkan Salsa seolah menikmati apa yang Dimas lakukan.Dia bermanja-manja di dalam rengkuhan dada kekar sambil memainkan kemeja yang Dimas kenakan."Benarkah? Kamu pasti bohong! Ujung-ujungnya kamu akan kembali ke Negara asalmu dan meninggalkan aku disini.""Nggak akan lagi sayang! Aku akan tetap disini menemani kamu! Kita akan bersatu sep
"Sayang, aku pulang!"Wajahnya Fahri sangat layu, terlihat dia begitu lelah hati ini. Tanggung jawabnya yang begitu besar membuat Fahri tak punya waktu untuk mengurus diri. Kegiatan olah raga yang sering dia lakukan dulu kini sama sekali tak ada dalam jadwal kesehariannya."Fahri, kamu sudah pulang? Gimana kerjaan di kantor, apa semuanya baik-baik aja?""Baik, nggak ada masalah.""Wajah kamu udah nggak pucat, sepertinya kamu udah sembuh sayang? Padahal aku mau ngajak kamu ke Dokter kandungan.""Ke Dokter kandungan?" tanya Salsa sambil mengerutkan alisnya."Iya Dokter kandungan! Apa salahnya kita periksa, siapa tau kamu hamil."Mendengar suara Fahri pulang dari kantornya, bu Sita segera menghampiri untuk mengatakan apa yang istrinya lakukan di belakang dia.Tetapi sebelum mertuanya itu mengadu, Salsa secepat mungkin mencari alasan, atau mengalihkan pokok pembicaraan agar mertuanya itu berhenti bicara.Dengan ancaman yang dia gunakan selama ini memang efektif untuk membungkam mulut bu
"Siapa dia Dek?" Pagi-pagi sekali Gio sudah berada di rumah bu Nina, setelah mengantar anaknya bersekolah dia menyempatkan diri untuk mampir seperti yang sering dia lakukan selama ini.Rasa ingin tau siapa yang mengantar adiknya pulang ke rumah membuat dia tak bisa tidur semalaman. Sosok yang terlihat bertanggung jawab dengan caranya sendiri membuah dia suka walau belum mengenal siapa dia.Sudah bisa di pastikan kalau dialah orang yang tepat untuk adiknya setelah lepas dari pengecut seperti Fahri."Yang mana?""Itu yang semalam ngantar kamu pulang. Kelihatannya dia baik.""Oh, dia Dokter Nathan, pemilik Medical Center kak. Baik dari mana? Tampangnya aja dingin gitu!"Gio tertawa dengan perkataan Nadhira yang dia anggap lucu, memangnya sifat dingin tidak bisa di katakan kalau dia orang baik.Apa semua orang dingin itu identik dengan keburukannya atau masa bodoh terhadap orang lain.Tetapi bukan begitu penilaian Gio. Dokter itu memang tak banyak bicara, tetapi dia tau kalau Nathan soso
"Pah! Papah nggak apa-apa?""Nathan, nggak apa-apa, Papah baik-baik saja.""Syukurlah."Salah satu perawat yang sudah mengetahui kalau itu pemilik Medical Center sebelum di wariskan pada Nathan datang dengan kondisi yang tidak baik-baik saja segera memberitahu putranya.Mendengar berita itu, Nathan yang semula berada di ruang kerjanya secepatnya berlari khawatir sesuatu terjadi pada Papahnya.Di usinya yang kini menginjak 60 tahun Pak Sura Atmaja sudah resign dan mempercayakan semua bisnisnya pada Nathan, dari mulai perusahaan dan Medical Center seperti dalam cita-cita Nathan menjadi seorang Dokter.Kondisi pria tua itu memang sudah tidak baik-baik saja di usia sepuhnya tetapi merasa tubuhnya enak untuk di gerakkan Pak Sura Atmaja mengunjungi Rumah sakit miliknya hanya untuk sekedar jalan-jalan menyegarkan pikiran.Dan ternyata sesampainya di tempat ini, tubuhnya tak kuat menopang rasa lelah hingga hampir jatuh kalau tidak Nadhira segera tangkap tadi."Papah kenapa nggak bilang Nathan
"Siapa dokter tadi Nak? Dia sepertinya orang yang baik!"Nathan memicingkan matanya saat papahnya menyebut dokter tapi entah siapa. Dia hanya mengatakan Dokter yang tadi, sedangkan Dokter di rumah sakit ini lumayan banyak. Dia mengira Dokter Ridwanlah yang papahnya cari dan ternyata bukan dia yang di maksud."Dokter? Dokter yang mana pah? Dokter Ridwan maksud papah?""Bukan! Dokter wanita, dia yang membawa papah masuk kesini! Papah tadi di tolong olehnya."Degh!"Dokter wanita?" tanya Nathan dalam hati.Dia dan mamahnya terperangah mendengar ucapan papahnya. Pikiran Nathan menerawang mencari siapa saja nama Dokter wanita di rumah sakit ini.Banyak wajah yang membayang di pelupuk matanya tetapi ada satu kemungkinan kalau Dokter itu adalah..."Dokter wanita? Maksud papah, em, maksudnya ciri-cirinya seperti apa? Apa dia memakai kaca mata? Atau ... ?" tambah Nathan penasaran."Nggak! Dia nggak memakai kaca mata. Dia memakai hijab, cantik dan sepertinya baik. Kamu kenal dokter itu Nathan?"
"Dokter Nathan kenapa? Ko wajahnya terlihat cemas?"Dalam hati Nadhira bertanya-tanya, dia yang sesekali curi pandang dan melihat ekspresi wajah Nathan seperti ada yang sedang dia sembunyikan.Walau sesungguhnya itu bukan urusan dia, tetapi Nadhira berharap Nathan mau bercerita dan mencari jalan keluar kenapa Nadhira.Tetapi sepertinya tidak mungkin. Mana mau si kulkas dingin ini menceritakan masalahnya dengan orang lain. Paling dia pendam sendiri walau itu akan menyakitkan."Kalau begitu saya pamit dulu untuk melanjutkan tugas ya Pak! Bapak baik-baik di sini. Saya pamit yah, ibu saya pamit tugas dulu! Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab Pak Atmaja dan Nyonya Farida serentak. Begitu juga dengan Nathan yang menjawab lirih.Nadhira sedikit cepat meneruskan langkahnya karena masih banyak yang harus dia kerjakan tetapi dari arah belakang seseorang memanggilnya yang membuat dia berhenti dan menoleh ke belakang.Panggilan special yang biasa dia dengar setiap hari dari orang tersayang.
"Astaga bau apa ini bu!"Hoek!"Sayang kamu kenapa? Bau masakan Mamah enak loh ini, hem sedap!""Mana ada enak Fah! Baunya bikin aku mual. Hoek!"Secepat mungkin Salsa berlari ke kamar mandi karena bau masakan bu Sita yang membuatnya mual.Bu Sita dan Fahri saling pandang heran apa yang membuat Salsa begitu mual, sedang bau makanan ini sangat sedap menurut mereka."Astaga! Kenapa aku mual seperti ini. Jangan jangan ... !" ujar Salsa sambil pikirannya menerawang pada seorang pria blasteran yang sudah lama mewarnai hidupnya."Istrimu kenapa Fah, kok dia mual-mual gitu? Fix kalau Salsa pasti hamil Fah!"Fahri tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya dengan kemungkinan yang terjadi walau belum terbukti kalau Salsa benar-benar hamil.Dia sudah curiga dari sakitnya salsa kemaren di karenakan memang wanita itu sedang berbadan dua, hanya saja mereka belum sempat untuk memeriksa."Ya Allah, Alhamdulillah kalau itu benar terjadi Mah, aku harus cepat-cepat membawa Salsa ke Dokter kandungan."Dan
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad