"Siapa dokter tadi Nak? Dia sepertinya orang yang baik!"Nathan memicingkan matanya saat papahnya menyebut dokter tapi entah siapa. Dia hanya mengatakan Dokter yang tadi, sedangkan Dokter di rumah sakit ini lumayan banyak. Dia mengira Dokter Ridwanlah yang papahnya cari dan ternyata bukan dia yang di maksud."Dokter? Dokter yang mana pah? Dokter Ridwan maksud papah?""Bukan! Dokter wanita, dia yang membawa papah masuk kesini! Papah tadi di tolong olehnya."Degh!"Dokter wanita?" tanya Nathan dalam hati.Dia dan mamahnya terperangah mendengar ucapan papahnya. Pikiran Nathan menerawang mencari siapa saja nama Dokter wanita di rumah sakit ini.Banyak wajah yang membayang di pelupuk matanya tetapi ada satu kemungkinan kalau Dokter itu adalah..."Dokter wanita? Maksud papah, em, maksudnya ciri-cirinya seperti apa? Apa dia memakai kaca mata? Atau ... ?" tambah Nathan penasaran."Nggak! Dia nggak memakai kaca mata. Dia memakai hijab, cantik dan sepertinya baik. Kamu kenal dokter itu Nathan?"
"Dokter Nathan kenapa? Ko wajahnya terlihat cemas?"Dalam hati Nadhira bertanya-tanya, dia yang sesekali curi pandang dan melihat ekspresi wajah Nathan seperti ada yang sedang dia sembunyikan.Walau sesungguhnya itu bukan urusan dia, tetapi Nadhira berharap Nathan mau bercerita dan mencari jalan keluar kenapa Nadhira.Tetapi sepertinya tidak mungkin. Mana mau si kulkas dingin ini menceritakan masalahnya dengan orang lain. Paling dia pendam sendiri walau itu akan menyakitkan."Kalau begitu saya pamit dulu untuk melanjutkan tugas ya Pak! Bapak baik-baik di sini. Saya pamit yah, ibu saya pamit tugas dulu! Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab Pak Atmaja dan Nyonya Farida serentak. Begitu juga dengan Nathan yang menjawab lirih.Nadhira sedikit cepat meneruskan langkahnya karena masih banyak yang harus dia kerjakan tetapi dari arah belakang seseorang memanggilnya yang membuat dia berhenti dan menoleh ke belakang.Panggilan special yang biasa dia dengar setiap hari dari orang tersayang.
"Astaga bau apa ini bu!"Hoek!"Sayang kamu kenapa? Bau masakan Mamah enak loh ini, hem sedap!""Mana ada enak Fah! Baunya bikin aku mual. Hoek!"Secepat mungkin Salsa berlari ke kamar mandi karena bau masakan bu Sita yang membuatnya mual.Bu Sita dan Fahri saling pandang heran apa yang membuat Salsa begitu mual, sedang bau makanan ini sangat sedap menurut mereka."Astaga! Kenapa aku mual seperti ini. Jangan jangan ... !" ujar Salsa sambil pikirannya menerawang pada seorang pria blasteran yang sudah lama mewarnai hidupnya."Istrimu kenapa Fah, kok dia mual-mual gitu? Fix kalau Salsa pasti hamil Fah!"Fahri tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya dengan kemungkinan yang terjadi walau belum terbukti kalau Salsa benar-benar hamil.Dia sudah curiga dari sakitnya salsa kemaren di karenakan memang wanita itu sedang berbadan dua, hanya saja mereka belum sempat untuk memeriksa."Ya Allah, Alhamdulillah kalau itu benar terjadi Mah, aku harus cepat-cepat membawa Salsa ke Dokter kandungan."Dan
"Gimana hasilnya Fah?""Alhamdulillah Salsa beneran hamil Mah! Akhirnya, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah!"Senang memang senang bu Sita mendengar kabar baik itu, tetapi dia melirik pada Salsa yang kini sedang tersenyum sambil memandangnya dengan tatapan yang berbeda."Hem, selamat yah, sebentar lagi kalian jadi Ayah dan Ibu.""Terima kasih ibu!" jawab Salsa pura-pura.*****"Nathan yang baru saja sampai di Rumah sakit di buat terpukau dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam di deretan parkiran.Mobil itu baru pertama kali dia lihat hari ini membuat dia bertanya-tanya siapa pemiliknya. Belum sampai dia melangkahkan kakinya untuk masuk seseorang berlari menghampiri sambil memanggil namanya. "Nathan!"Dokter muda itu spontan menoleh kebelakang pada orang yang memanggilnya."Evelyn!"Sedikit senyum mengembang dari bibir Nathan mendapati gadis berkulit putih dengan berambut hitam mengombak.Rasanya lama sekali Nathan tak berjumpa dengan gadis itu 10 tahun yang lalu."Astaga N
"Ibu!""Ibu!" teriak Salsa begitu kencang, bu Sita yang merasa di panggil secepatnya berlari menghampiri dia yang masih berada di samping kolam renang sedang duduk menyender sambil memainkan ponselnya.Semakin tua semakin lelah itu ibarat kata yang terjadi pada bu Sita karena, mengetahui dirinya sedang hamil, Salsa semakin manja dan semakin menjadi. Apa-apa dia perintahkan pada bu Sita yang sudah di beri amanah oleh Fahri untuk menjaga istrinya."Apa sih Sa! Bisa nggak kalau panggil nggak usah teriak-teriak?" gerutu bu Sita kesal.Menantu itu betul betul-betul sangat menyebalkan. Kalau saja ada rumah kosong atau yang mau nampung dia bu Sita lebih baik keluar dari tempat ini.Rumah mewah ini serasa sebagai neraka buatnya yang dulu selalu senang hidup bebas dan sekarang harus terkekang oleh menantu pilihannya sendiri.Kehamilan Salsa menjadi senjata untuk dia punya alasan bermalas-malasan. Dan memerintah mertuanya semau dia. Sifat yang sesungguhnya dia tidak suka pada bu Sita pelan-pela
"Em, Dokter Nadhira maaf. Saya hanya mau tanya apa di depan itu mobil baru anda?""Oh, iya Dok! Itu mobil saya, kenapa Dok?""Oh nggak! Tidak apa-apa. Bagus itu mobilnya, saya juga suka mobil model seperti itu."Padahal tiada guna Dokter Nathan menanyakan itu pada Nadhira, hanya untuk menanyakan soal mobil rasanya aneh untuk orang dingin seperti Nathan tetapi sepertinya bukan itu tujuan utamanya, melainkan Nathan seolah ingin tau apa Nadhira cemburu ketika melihat dia makan dengan wanita lain.Nathan berharap kalau Nadhira bakal cemburu dari situ dia tau kalau Dokter muslimah itu menaruh hati kepadanya."Oh iya Dok, ada lagi yang mau di tanyakan Dok? Maaf saya buru-buru. Siang ini saya harus memeriksa pasien yang punya kista di rahimnya."Sama sekali tak terlihat ekspresi cemburu pada Nadhira, dia pergi begitu saja dengan senyum kecil menghias di bibirnya.Nathan merasa heran pada diri sendiri, untuk apa hal itu? Untuk apa dia ingin mengetahui apakah Nadhira cemburu, atau kah tidak. B
"Nah ini dia rumah saya Nak Nadhira, mari-mari silahkan masuk."Bu Anisa mulai terlihat ramah saat terbukti kalau Nadhira orang yang baik. Atas pertolongannya kini mereka telah sampai di rumah dengan cepat, tanpa harus menunggu sampai taksi online datang.Dia mempersilahkan Nadhira dan Siska untuk masuk. Untuk menghargai pasangan suami itu, mereka pun menurut untuk masuk dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu.Asisten rumah tangga segera membuatkan minuman melihat nyonya dan tuannya pulang membawa seorang tamu."Rumah ini besar sekali Bu, Pak. Anda pasti pengusaha yang sukses. Masya Allah Pak."Pak Baskara justru tertawa mendengar pujian dari Nadhira."Rumah ini memang besar Nak! Itu sebabnya kami kesepian. Tidak ada satu anak pun yang ikut dengan kita di sini."Nadhira mengerutkan alisnya penasaran."Memangnya Bapak punya berapa anak?""Kami hanya punya seorang anak perempuan, tapi sekarang dia tinggal bersama suaminya di kota. Mereka sudah memiliki rumah sendiri di sana."Tanpa
"Nathan kamu baru pulang Nak, coba lihat siapa yang ada di dalam."Bu Farida menyambut kepulangan putranya untuk menunjukan siapa yang sedang bicara dengan papahnya di dalam. Dia mengira kalau Nathan belum melihat Evelyn Karena memang Evelyn belum bercerita kalau mereka sudah bertemu di Rumah sakit."Siapa Mah?" tanya Nathan sambil memicingkan matanya penasaran."Kamu lihat saja sendiri."Dengan rasa penasaran Nathan masuk ke dalam dan melihat gadis itu dengan papahnya sedang mengobrol begitu akrab di ruang televisi sambil memakan makanan kecil. Dia hanya tersenyum kecil sambil menggeleng yang membuat Bu Farida sedikit heran tidak ada rasa terkejut pada Nathan sama sekali."Itu Evelyn, anaknya Pak Suroto temen kecil kamu dulu! Apa kamu lupa?"Melihat Nathan datang dengan Bu Farida, dengan lincahnya Evelyn menghampiri dan memeluk Bu Farida begitu manjanya.Dia menganggap kalau Bu Farida sudah seperti ibunya sendiri, kasih sayangnya sama seperti ibu kandung yang selama ini dia rasakan.
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad