"Alhamdulillah kita sudah sampai di rumah, Sayang kamu istirahatlah, aku keluar dulu supaya kamu bisa tidur dengan nyenyak.""Eh, tidak tidak! Aku mau kamu disini temani aku! Aku rindu dengan kamu, Mas," pekik Nadhira sambil bergelayut manja di lengan kekar Nathan.Suaranya mendayung indah seperti sedang menginginkan setelah tiga hari di rawat di Rumah sakit tanpa Nathan bisa menyentuh bagian pribadinya.Akan tetapi di usia kandungan yang masih muda membuat Nathan was-was kalau harus melakukan itu, dia takut terjadi apa-apa pada si jabang bayi kalau mereka melakukan hubungan sekarang mengingat Nadhira yang lama tak bisa punya anak.Sebisa mungkin Nathan menolak ajakan itu demi kebaikan istri dan calon anaknya."Eh, nggak nggak! Kali ini nggak. Nanti saja kalau kandungan kamu sudah kuat ya Sayang, pasti nanti aku berikan semuanya untuk kamu.""Tapi Mas ...""Sudah! Nurut saja, jangan bawel dan jangan membantah! Lebih baik kamu istirahat sekarang."Nathan membantu Nadhira untuk baring d
"Sayang besok aku temani kamu untuk periksa, tapi sebelum ke rumah sakit. Kita ke toko dulu untuk membeli perlengkapan si kecil," ucap Nathan sambil mengusap perut Nadhira yang mulai terlihat membesar mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk calon bayi mereka.Semenjak resign dari rumah sakit Nadhira hanya fokus pada keluarganya, apalagi badannya sekarang sudah semakin sulit untuk bergerak, banyak yang dia rasa dari mulai tidur yang tak bisa lelap, pinggang rang terasa pegal dan tenaga yang cepat lelah.Oleh karena itu saat ini Nathan lebih sering menemaninya di Rumah, untuk berjaga-jaga kalau saja istrinya mau melahirkan."Iya kebetulan sekali aku juga mau beli susu Mas, susu hamilku habis.""Ya Allah, kenapa kamu nggak beri tahu aku! Kalau kamu ngomong aku pasti beliin saat itu juga.""Nggak apa-apa Mas, besok aja sekalian. Untuk saat ini masih ada kok yang di minum, cuma untuk besok habis dan harus beli lagi."Sampai malam hari Nadhira tak bisa tidur dengan nyenyak, dia memb
"Memangnya kenapa kalau Nadhira hamil? Apa kalian heran?""Kalian pasti berfikir kenapa dia tidak mempunyai anak selama berumah tangga dengan kamu! Iya kan?"Senyum miring membias dari bibir Nathan membayangkan Fahri yang sedang berfikir demikian, laki-laki itu seolah tau apa yang ada dalam pikiran Fahri dan Salsa saat ini.Dan memang benar apa yang sedang mereka pikirkan itu yang di tebak oleh Nathan saat ini."Nadhira, bukankah kamu ...?""Salsa ingat! Kita bukan Tuhan. Kita cuma manusia biasa yang bisa berencana, tapi Allah-lah yang maha segalanya," ungkap Nadhira lembut tetapi justru membuat Salsa kesal.Merasa belum puas membuat wanita itu menyerah, Nathan kembali bicara satu kata special yang membuat mereka terus mengingat ucapannya itu."Apa kamu sudah yakin kalau Nadhira yang bermasalah dengan rahimnya? Apa anda tidak periksakan kondisi anda sendiri, Pak Fahri?"Degh!Fahri memicingkan matanya mendengar ucapan dari Nathan, sedang perasaan Salsa mendadak tersentuh. Memang selam
"Fah, kamu kenapa? Kok pulang belanja wajahmu murung seperri itu?" tanya Bu Sita sambil menemani cucunya bermain."Fah, sudah yah! Aku minta kamu nggak usah dengerin omongan dia."Salsa masuk ke dalam setelah mengucapkan itu, kini hanya tinggal ibu dan anak duduk santai dengan Maura yang sedang bermain boneka."Aku nggak apa-apa Mah!""Wajah kamu kusut gitu, nggak mungkin kalau nggak ada apa-apa! Cepat cerita sama Mamah, sebenarnya ada apa Fahri?"Rasa penasaran bu Sita semakin menggebu, dia yakin ada yang di sembunyikan dari putranya itu, apalagi larangan Salsa membuat bu Sita yakin kalau mereka ada masalah yang serius.Semula Fahri enggan bercerita, karena kalau dia bercerita tentu akan membuat Mamahnya menertawakan dia, tetapi rasanya Fahri tak kuat menahan beban pikiran sendirian oleh karena itu terpaksa dia menceritakan pada bu Sita."Mamah tau nggak? Tadi aku ketemu dengan Dokter Nathan dan Nadhira! Ternyata Nadhira sedang hamil Mah!""Apa?" gumam bu Sita terkejut."Na-Nadhira ha
"Awh! Ya Allah perutku sakit sekali!""Mas! Mas Nathan ya Allah perutku sakit sekali Mas!"Nathan yang semula lembur di ruang kerjanya seketika berlari keluar saat mendengar teriakan Nadhira yang baru sampai di depan pintu kamar.Bahkan Nathan tak perduli dengan laptopnya yang masih menyala dia tinggal saja karena khawatir sesuatu terjadi pada istrinya.Awalnya Nadhira berniat untuk turun ke lantai bawah untuk membuatkan kopi untuk suaminya tetapi belum sampai ke dapur, perutnya sudah mulai melilit mulas-mulas."Ya Allah Sayang kamu kenapa? Mamah tolong Nadhira Mah," teriak Nathan panik setelah Nadhira menunduk sambil memegangi perutnya, terlihat cairan bening keluar dari jalan lahir yang membuat Nathan semakin panik padahal di Rumah sakit tak jarang dia melihat perempuan yang akan melahirkan tetapi dengan istrinya justru dia yang merasa takut."Perut aku sakit banget Mas! Sepertinya aku mau melahirkan."Bu Farida dan Pak Atmaja datang berbondong-bondong setelah mendengar panggilan su
"Alhamdulillah Jeng, akhirnya kita mempunyai seorang cucu," pekik bu Farida pada bu Nina bahagia."Iya Jeng, aku bahagia sekali mendengar tangisan bayi itu! Kira-kira apa jenis kelamin bayi Nathan dan Nadhira yah?"Mereka menebak-nebak bayi yang masih di urus oleh Suster di dalam."Sini Sus, biar saya bawa bayi ini pada orang tuanya."Dengan senang hati Dokter Mita membawa bayi yang masih merah terbungkus kain bedong dan membawanya pada Nathan dan Nadhira.Sebagai seorang ayah baru tentu Nathan begitu antusias menyambut bayinya walau masih takut untuk menggendong tapi dia paksakan untuk memberanikan diri menggendong walau hanya sebentar saja."Selamat Pak Nathan, Nyonya Nadhira bayi anda laki-laki, lihat ! Dia ganteng seperti anda.""Laki-laki? Yes! Anakku laki-laki!"Nathan meloncat sambil tertawa lepas saat Dokter Mita mengatakan kalau anaknya laki-laki karena itu memang keinginannya selama ini.Tapi bukan berarti dia tidak terima kalau saja bayinya perempuan, baginya semua sama lak
"Pak, Pak Fahri tunggu!"Fahri seketika menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang pada orang yang memanggilnya.Dia mengerutkan alisnya saat melihat ternyata si Cleaning Service tadi yang kini memanggilnya.Sang Cleaning Service secepatnya mendekati Fahri mumpung situasi sedang sepi tanpa ada orang yang melihat mereka berdua bicara."Kamu Cleaning Service yang tadi bukan? Ada apa kamu memanggil aku?""Em, maaf Pak, saya cuma mau memberikan ini sama Pak Fahri! Saya temukan ini di bawah kolong meja Bu Salsa," ujarnya sambil menyerahkan amplop itu."Apa ini?""Bapak buka aja! Sepertinya ini penting untuk Pak Fahri."Dengan rasa penasaran Fahri lalu membukanya sambil sesekali melirik padanya penuh tanda tanya.Degh!Fahri terkejut saat melihat isi dari amplop tersebut ternyata truk pengeluaran dari rekening Salsa ke rekening yang tidak dia kenal dengan jumlah yang begitu besar dan begitu banyaknya.Dadanya mendadak bergemuruh kesal mengingat Salsa yang begitu lihai memainkan sandiwa
"Selamat datang di rumah Sayang, semoga kamu betah ya tinggal disini dan nggak rewel!"Nadhira menggendong dan mengajak bicara anaknya yang baru saja pulang dari Rumah sakit di temani oleh suami dan kedua mertuanya.Pembantu dan Pak sopir sudah menyambut mereka turut bahagia atas kedatangan anggota baru di rumah ini."Eh, sudah pulang! Masya Allah, tampan sekali bayinya Nyonya, persis kayak Den Nathan," pekik bik Sarti yang mengundang tawa semuanya.Bayi itu terlihat sangat anteng saat Nadhira memangkunya duduk di sofa tengah, semua orang terduduk sembari melepas lelah."Kamu mau beri nama siapa anak kita Mas? Udah punya cadangan nama belum?"Nathan berfikir sesaat mencari nama yang cocok untuk anaknya, karena dia memang belum sempat mencari nama, selama ini dia di sibukkan dengan pekerjaan.Bu Farida dan Pak Atmaja turut memberi saran nama tetapi nama dari mereka tidak ada yang cocok satu pun untuk Nathan."Terus kamu mau kasih nama dia siapa Mas, kalau saran dari Mamah dan Papah tid
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad