"Suster tolong Sus!"Suster datang membawa berankar dan membawa Nadhira masuk ke dalam. Nathan dan Dokter Ridwan segera melakukan tindakan, memasang infus, memberikan suntikan antibiotik untuknya.Banyak selang yang terpasang di sekujur tubuh yang tidak berdaya itu. Bunyi monitor ICU menunjukan garis berkelok, sesekali menunjukan garis lurus dan berkelok begitu seterusnya membuat Nathan semakin cemas.Dia berusaha semaksimal mungkin agar Nadhira segera tersadar tetapi, benturan kepala membuat dia mengeluarkan banyak darah."Nad, Nadhira bangun Nad, hei bangun ini aku!"Sesekali Nathan mengusap telapak tangan keras agar Nadhira merasa sebuah sentuhan tapi tetap tidak ada reaksi darinya."Bagaimana ini Dok! Dokter Nadhira tidak kunjung sadar!"Seperti berat ingin mengatakan sesuatu yang terjadi sama Nadhira pada Nathan, akan tetapi Dokter Ridwan harus mengatakan itu agar Nathan bersiap dengan kemungkinan yang bakal terjadi.Dokter Ridwan menarik nafas panjang lalu menghembuskan secara
"Nadhira sadarlah, aku tau kamu mendengar aku bicara! Maafkan aku, ini semua memang salahku! Aku terlalu mencintai kamu Nad!" gumam Nathan sambil menggenggam tangan yang tak bertenaga, sesekali menciumnya sambil memejamkan mata.Bu Farida menepuk pundak Nathan dari belakang, dia sudah tak menghiraukan rengekan Evelyn yang membuatnya bersungut-sungut pulang sendirian.Merasa rengekannya tidak di hiraukan, gadis itu lebih memilih pulang dengan taksi online yang dia pesan."Enggak Nak, ini bukan salahmu! Ini salah Mamah. Kalau saja Mamah tidak memaksa kamu, ini semua tidak akan terjadi! Maafkan Mamah Nak! Maafkan keangkuhan Mamah yang membuat Nadhira seperti ini.""Nadhira, bangunlah Nak, sekarang Tante sadar kalau kamu memang wanita yang baik! Tante tidak akan lagi menghalangi hubungan kamu dan Nathan.""Ya Allah, Nadhira anak Mamah, kenapa jadi seperti ini Nak!"Tiba-tiba saja Bu Nina dan Gio menyelonong masuk, mereka mengira kalau tidak ada orang yang menemani di dalam kamar VIP itu.
"Lucunya anak ini Fahri, persisi seperti kamu waktu kecil!""Cantik kan Mah? Siapa dulu Papahnya!"Betapa bahagianya Fahri dan Bu Sita menimang bayi yang lucu ini, bayi yang masih merah membuat mereka tak beranjak sedikit pun dari sisinya, Bu Sita begitu menyayangi cucu yang selama ini dia idamkan dari putranya.Sedangkan Salsa sendiri duduk di sebuah kursi dengan wajah yang masih pucat sambil sesekali meringis kesakitan pasca operasi sesar. Saat dia menelisik ke semua ruangan, tanpa sengaja matanya menoleh ke depan dan melihat sebuah bayangan putih melintas di jendela yang tertutup tirai gorden.Salsa sangat mengenal siapa bayangan itu yang membuat nafasnya seolah menjadi sesak seketika.Perlahan dia berdiri dan tanpa sepengetahuan Fahri dan Bu Sita, Salsa kelua untuk memastikan apakah itu benar-benar Dimas, ataukah bukan, dan benar saya Dimas menunggunya di halaman rumah."Mau apa lagi kamu kesini? Bukannya aku sudah bilang, lupakan aku! Jangan ganggu aku!"Betapa geramnya Salsa p
"Mau kamu beri nama siapa bayi ini Fahri?" tanya Bu Sita sambil menimang bayi yang sudah tertidur pulas."Kira-kira siapa ya Mah? Sayang kamu punya saran nama nggak untuk bayi kita?" tanya Fahri pada Salsa tapi tidak hanya diam sambil memainkan ponselnya."Bagaimana kalau Maura Salsabila Erlangga. Jadi nama kamu dan Salsa juga ikut kebawa?""Maura Salsabila Erlangga? Nama yang bagus Mah! Jadi kita panggil dia dengan sebutan Maura, gimana sayang, apa kamu setuju?""Terserah kamu aja Fahri!''Semenjak kepulangan bayi itu membuat Salsa menjadi malas, apalagi mendengar suara berisik tangisannya membuat dia semakin Stres.Jangankan untuk memberi nama, menyentuhnya pun rasanya enggan, apalagi kalau mengingat siapa ayah dari bayi itu."Loh kok terserah, kalau kamu nggak setuju ide saran dari Mamah ya kita cari yang lain aja! Gimana Salsa?""Ya udah terserah kamu aja lah, mau di kasih nama siapa bayi itu juga terserah kamu!"Mereka diam dan saling pandang seketika heran dengan sikap Salsa yan
"Aku mau manggil Dokter Ridwan, Nadhira sudah sadar!"Betapa senangnya Nathan sampai dia lupa bicara sama siapa, reaksinya berubah seketika saat mengingat kalau dia sedang bicara dengan Anita dan Siska yang merupakan perawat di rumah sakitnya.Senyum yang semula mengembang kini mulai redup seiring rasa melu yang dia rasakan. Ini pertama kalinya Anita dan Siska melihat senyum di wajah si Dokter dingin itu.Padahal selama ini dia selalu bersikap dingin dengan siapa Saja."Apa Nadhira sudah sadar Dok? Alhamdulillah ya Allah. Kalau begitu kami izin buat temui dia Dok. Permisi!"Nathan hanya mengangguk mengizinkan, setelah itu dia meneruskan langkahnya kembali ke ruangan Dokter Ridwan, tetapi Dokter itu tidak ada di tempatnya.Terpaksa Nathan mencari dimana dia, sesekali dia menanyakan pada Suster yang biasa mendampingi Dokter Ridwan."Eh, Sus, Suster tau nggak dimana Dokter Ridwan sekarang?" tanya Nathan."Dokter Ridwan ada di ruang IGD Dok, ada pasien yang baru masuk! Beliau lagi melakuk
Untuk kembali masuk ke dalam ruangan Nadhira di rawat rasanya malas untuk Nathan mengingat siapa saja yang ada di dalam sana.Arah yang semula menunjukan sebelah kanan, dia justru berbelok ke kiri kembali ke ruang kerjanya, memberi mereka waktu untuk mengobrol sejenak dengan wanita yang dicintai itu.Sambil termenung Nathan duduk di kursi kerja sendirian, banyak khayalan apa yang di lakukan oleh Reyhan di dalam sana setelah memberi Nadhira sebuah bucket bunga, apa dia akan mengungkapkan perasaannya pada wanita itu, apa Nadhira akan menerima ucapan Reyhan dan apa mereka akhirnya jadian?.Rasa khawatir itu terus menaungi perasaanya saat ini sampai Nathan merasa gelisah tak tentu arah, duduk pun tak tenang, tak bisa anteng sedikit-sedikit dia menggerakkan badannya, begitu seterusnya."Kenapa Reyhan harus datang di saat Nadhira baru saja membuka matanya. Kenapa kesempatan ini datang secara kebetulan seperti ini, ck!"Dia bergumam sendiri merasa khawatir kalau wanita itu di rebut oleh Rey
"Makasih ya Nak, sekarang Tante udah nggak melarang hubungan kamu lagi dengan Nathan, semoga kalian bahagia selamanya?""Maksud Tante?"Nadhira seketika mengangkat kepalanya sambil mengerutkan alisnya seakan kaget dengan apa yang di katakan oleh Bu Farida.Bukannya dia sudah mendengar sendiri kalau Nathan suka padanya, tetapi kenapa Nadhira terlihat begitu terkejut."Ya, Tante berharap kamu dan Nathan segera menikah, dan memberi kami seorang cucu."Kata-kata itu pernah Nadhira dengar sebelumnya, masalah itu yang membuatnya tak berani melangkah ke depan karena dia sadar akan kekurangannya itu.Dia bukan wanita yang sempurna, bahkan dia tak bisa memberi apa yang mertuanya inginkan, yang hanya akan membuat mereka kecewa di kemudian hari.Nathan yang semua senang mendengar restu dari orang tuanya, mendadak wajahnya mendung seketika saat melihat reaksi Nadhira yang menunjukan ketidak sukaan terhadap ucapan Bu Farida. Dia hanya diam tanpa menjawab omongan dari Mamahnya Nathan itu.Mencerita
"Sayang bangun! Itu Maura nangis mungkin dia haus pengin nyusu.""Hemm."Tengah malam suara bayi terdengar semakin kencang dari box yang berada di kamar Fahri, tapi Salsa hanya menggerakkan badannya membelakangi saat Fahri membangunkan.Alasan kenapa bayi menangis kemungkinan dia haus atau popok yang basah tetapi sebagai seorang ibu Salsa benar-benar tidak memiliki jika kasih sayang sama sekali pada si kecil Maura.Terpaksa Fahri membangunkan untuk yang ke dua kalinya sambil berusaha menggerakkan badannya agar Salsa merasa."Sayang itu Maura menangis! Sebaiknya kamu beri ASI dulu dia!""Emm, Fahri! Kamu buatin susu formula aja dia! Besok aku harus kerja, jadi aku harus cukup istirahat!""Ck!" dengkus Fahri kesal.Mau nggak mau Fahri bangun seorang diri dan menggendong bayi mungil itu menimangnya agar berhenti menangis. Perlahan tangisnya mulai mereda, Fahri membawanya ke dapur untuk membuatkan susu formula untuknya."Kita buat susu dulu untukmu ya Nak!" ujar Fahri sambil sesekali meng
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad