"Makasih ya Nak, sekarang Tante udah nggak melarang hubungan kamu lagi dengan Nathan, semoga kalian bahagia selamanya?""Maksud Tante?"Nadhira seketika mengangkat kepalanya sambil mengerutkan alisnya seakan kaget dengan apa yang di katakan oleh Bu Farida.Bukannya dia sudah mendengar sendiri kalau Nathan suka padanya, tetapi kenapa Nadhira terlihat begitu terkejut."Ya, Tante berharap kamu dan Nathan segera menikah, dan memberi kami seorang cucu."Kata-kata itu pernah Nadhira dengar sebelumnya, masalah itu yang membuatnya tak berani melangkah ke depan karena dia sadar akan kekurangannya itu.Dia bukan wanita yang sempurna, bahkan dia tak bisa memberi apa yang mertuanya inginkan, yang hanya akan membuat mereka kecewa di kemudian hari.Nathan yang semua senang mendengar restu dari orang tuanya, mendadak wajahnya mendung seketika saat melihat reaksi Nadhira yang menunjukan ketidak sukaan terhadap ucapan Bu Farida. Dia hanya diam tanpa menjawab omongan dari Mamahnya Nathan itu.Mencerita
"Sayang bangun! Itu Maura nangis mungkin dia haus pengin nyusu.""Hemm."Tengah malam suara bayi terdengar semakin kencang dari box yang berada di kamar Fahri, tapi Salsa hanya menggerakkan badannya membelakangi saat Fahri membangunkan.Alasan kenapa bayi menangis kemungkinan dia haus atau popok yang basah tetapi sebagai seorang ibu Salsa benar-benar tidak memiliki jika kasih sayang sama sekali pada si kecil Maura.Terpaksa Fahri membangunkan untuk yang ke dua kalinya sambil berusaha menggerakkan badannya agar Salsa merasa."Sayang itu Maura menangis! Sebaiknya kamu beri ASI dulu dia!""Emm, Fahri! Kamu buatin susu formula aja dia! Besok aku harus kerja, jadi aku harus cukup istirahat!""Ck!" dengkus Fahri kesal.Mau nggak mau Fahri bangun seorang diri dan menggendong bayi mungil itu menimangnya agar berhenti menangis. Perlahan tangisnya mulai mereda, Fahri membawanya ke dapur untuk membuatkan susu formula untuknya."Kita buat susu dulu untukmu ya Nak!" ujar Fahri sambil sesekali meng
Belum sempat dia membuka M-banking milik Salsa, wanita itu terlihat menggerakkan badannya yang membuat Fahri spontan meletakkan ponsel itu kembali ke tempat semula."Hemm, Fahri sedang apa kamu di situ? Ini masih malam, kenapa kamu nggak tidur?""Aku baru saja memberi susu formula untuk Maura!" gumamnya dengan hati bertanya-tanya. Dia masih penasaran dengan isi M-banking milik Salsa, tetapi saat itu tak memungkinkan untuknya membuka M-banking itu.Fahri naik ke tempat tidur dan meneruskan tidur sampai pagi hari.Keesokan harinya...."Fahri bangun! Fahri bangun ini udah siang, apa kamu nggak ngantor hari ini? Dasar suami malas!"Begadang tengah malam membuat Fahri masih mengantuk, bahkan dia tak melihat kalau Salsa sudah siap pergi ke kantor dengan pakaian formalnya. Tapi dia hanya bicara tanpa menyentuh saat membangunkan Fahri yang membuat dia malas untuk bangun, tapi Salsa terlihat masa bodoh setelah mengucapkan itu. Dia keluar lalu memakai hill tinggi yang biasa di pakai saat pergi
"Ya Allah, cantik sekali ciptaanmu ini, aku akan sangat bahagia kalau bisa memiliki wanita secantik dan sebaik dia ya Allah," gumam Nathan dalam hati."Sudah selesai, syukur jahitan di kepala Anda sudah mengering, satu atau dua hari lagi anda sudah sembuh seperti sedia kala.""Terima kasih Dok!""Iya sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi.""Pagi," jawab Nadhira dan Bu Nina serentak.Semua mata tertuju pada pintu dimana Dokter Ridwan akan keluar, Nadhira seketika mengambil hijabnya dan memakai saat melihat Nathan yang sudah berdiri di ambang pintu.Dia memberi salam dan bicara sedikit pada Dokter Ridwan yang melintasinya.Terlihat Nadhira yang salah tingkah saat Nathan masuk ke dalam, dia berfikir apakah Nathan melihat auratnya? Jika memang iya, dialah orang berikutnya yang melihat dia tanpa hijab setelah Dokter Ridwan, hanya Fahri, Bu Nina, Gio, dan Dokter Ridwan saja yang melihat Nadhira tanpa hijab dan kini Nathan lah orang selanjutnya."Gimana luka di kapala kamu?
Tiga hari berlalu...Dimana Nadhira sudah mulai bekerja seperti biasanya, banyak tugas yang di gantikan oleh Dokter lain selama dia masih di rawat kemaren. Nathan sengaja meminta pada temannya sesama Dokter dari Rumah sakit lain agar Dokter specialis kandungannya bekerja pada dia untuk sementara waktu dan kini Dokter itu sudah kembali Karana Dokter Nadhira mulai aktif."Selamat datang Dokter Nadhira!" ucapan kedua temannya itu membuat dia kaget. Mereka sengaja menyiapkan kejutan untuk menyambut kedatangannya.Mata Nadhira membulat sempurna dengan tangan spontan menutup mulutnya saat sebuah dekorasi kecil-kecilan sengaja mereka buat dalam ruang kerja hingga kini ruangannya penuh dengan bunga warna-warni.Tak perduli jika itu akan menggangu kerjanya yang terpenting sekarang semangat Nadhira jauh lebih penting."Ya Allah, kalian sengaja nyiapin semua ini untukku?""Iya dong, kalau bukan untuk kamu, lalu siapa lagi! Kami senang kamu sudah kembali Nad!""Gimana Nad, apa kamu suka?"Betapa
"Em, Pak, Tante kalau gitu Nadhira balik dulu kerja yah, masih banyak tugas yang harus saja kerjakan sekarang.""Oh, iya kalau begitu kamu hati-hati yah, jangan terlalu capek! Ingat kamu baru sembuh dari sakit, Nak!""Iya Tante, terima kasih untuk makan siangnya. Permisi."Nadhira hanya melirik dan mengangguk sesaat seolah minta izin untuk kembali bekerja pada Nathan, di angguki olehnya sambil menyantap makanan yang baru habis setengah porsi.Wanita itu semakin menjauh dari pandangan mereka tapi entah apa yang membuat Nathan tiba-tiba bangun, mengusap bibir dengan tisu dan segera mengejarnya.Bu Farida dan Pak Atmaja hanya menggeleng melihat sikap anak muda itu."Dokter Nadhira tunggu!"Nadhira spontan menghentikan langkahnya dan menoleh pada orang yang kini berlari menghampirinya."Iya Dok, ada apa?""Em, malam nanti aku mau mengajak kamu untuk makan malam, gimana apa kamu mau?"Jujur dalam hati Nadhira masih enggan menerima ajakan itu, dia sudah tau kalau Nathan bakal mengutarakan i
"Nak, apa kamu tidak mau berumah tangga lagi? Sudah cukup lama kamu menjanda. Fahri aja udah punya anak!"Sambil menyiapkan makan malam, Bu Nina berusaha menasehati putrinya, mereka hanya tinggal berdua serasa sepi. Bu Nina berfikir kalau seandainya Nadhira mempunyai keluarga baru tentu mereka tidak akan kesepian seperti ini. Apalagi usianya semakin kesini semakin tua, siapa yang akan mendampingi putrinya ini jika Bu Nina meninggal nanti. Sebelum pergi Bu Nina ingin melihat Nadhira berumah tangga dengan laki-laki yang tepat, yang bisa membuat dia bahagia."Aku belum siap Mah! Aku masih ingin sendiri. Aku masih trauma dengan rumah tanggaku yang dulu.""Kalau kamu takut, mana ada perubahan! Nak, setiap orang itu berbeda-beda, kamu nggak bisa samakan semua laki-laki seperti Fahri. Cobalah buka sedikit hati kamu buat laki-laki lain. Kalau kamu nggak coba, mana tau seperti apa!"Sambil mengunyah makanan Nadhira terdiam, entah dia sedang memikirkan ucapan mamahnya atau membantahnya dalam h
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!""Iya, mau ngomong apa Mas?""Aku, aku ... !"Belum sempat Reyhan bicara sebuah mobil yang sangat dia kenal mulai memasuki halaman rumah. Kedua pasang mata mereka spontan memandang siapa yang baru datang itu.Tenggorokan Reyhan berasa kering seketika saat melihat siapa yang turun dari mobil itu. Nadhira secepatnya bangun dari duduknya dan berlari saat Gio datang bersama anak dan istrinya.Sudah cukup lama Nadhira tak berjumpa dengan Linda dan juga Desta oleh karena itu dia begitu rindu dengan mereka."Ya Allah sayang, kenapa kesini-nya malam-malam seperti ini?"Digendong lah anak kecil itu sambil di cium oleh Aunty-nya."Ya Aunty, kami baru aja pulang berlibur! Rencananya malam ini kita mau nginep disini.""Wah, asik! Aunty jadi ada yang menemani. Ayok masuk! Kita tengok omah di dalam."Kedatangan mereka tentu menggagalkan rencana Reyhan yang kini mendengus kesal di dalam hati. Dia berfikir kenapa momennya mendadak tidak tepat, padahal semula hanya
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad