Untuk kedua kalinya Langga bertemu dengan wanita cantik, yang dulu mengaku sebagai asisten Budi Lukito. Saat berkunjung ke kantor Lily Rudino.Langga sengaja hadir menyaksikan sidang gugatan yang dilayangkan Sonya Lopa, anak tiri Tante Rica ini. Gugatan harta yang disebut pengacara wanita cantik ini tak main-main, hampir 55 miliaran.Padahal kisah Tante Rica, Sonya sudah dapat hampir 60 miliaran, tapi dia masih ingin mengambil semua warisan bapaknya itu.Setiap kali menatap wajah Tante Rica, wanita itu terlihat marah dan mendengus, Langga sudah mendengar cerita Tante Rica, ketika dulu menikah dengan Lopa, wanita ini masih berusia 12 tahun.“Anak Bang Lopa ini sejak aku menikahi papanya sangat tidak setuju. Ketika usianya remaja, dia sudah salah gaul dan terlibat pergaulan bebas. Bahkan pernah tertangkap kasus narkoba. Kerjanya hanya ngabisin duit papahnya.”Inilah cerita Tante Rica ke Langga, diam-diam Langga sendiri sengaja datang, untuk bertemu Budi Lukito! Namun selama proses persi
Sonya Lopa menatap wajah Langga, awalnya dia sangat curiga saat ikut mobil pria tampan ini. Namun kini pandangannya berubah 100 persen, saat bukti rekaman percakapan Budi Lukito dan 2 orang diperdengarkan padanya.“Jadi…aku akan di habisinya…?” gumam Sonya, hampir tak percaya, tapi bukti rekaman itu tak bisa di bantah lagi.Langga sengaja membawa Sonya ke sebuah cottae merangkap restoran, yang agak sepi di pinggiran kota Banjarmasin.“Kalau kamu ingin selamat…berpikirlah mulai sekarang Sonya, lagian uang warisan kamu yang jumlahnya 60 miliaran tak bakal habis hingga 2 turunan kan?”“Sekarang hampir habis Langga, di pakai si Budi Lukito, dia bilang ada bisnis real estate, dan dia menggunakan uangku itu buat investasi lahan. Kelak katanya akan dibeli hingga 1 triliun oleh bu Lily, di mana kita dulu itu bertemu dan kamu sempat bersitegang dengannya!”Terdiamlah Langga, tak menyangka, setelah Anisa, kini Sonya jadi korban Budi Lukito alias Adi Wibowo. Tapi sampai kini Sonya katakan tak ta
Sonya benar-benar buas, dia seolah menemukan pasangan yang selama ini di cari-cari, pria berbadan kokoh, tampan dan size di atas rata-rata. Serta permainan agak menjurus kasar.Langga jadi teringat gaya Tante Erna, apa yang dilakukan Sonya saat ini tak jauh beda, juga lenguhan nyaring wanita berbadan gemoy yang dihiasi beberapa tato di badannya ini.Sonya tak pernah sadar, selama permainan mereka di ruang tamu, Langga selalu menatap ke pintu, pistolnya pun di letakan di bawah tumpukan pakaiannya.Sonya makin tak terkendali, saat dia menaiki tubuh Langga yang masih duduk bersandarkan jok kursi, tapi matanya tetap fokus menatap ke pintu.Permainan sudah ke penertarsi, Sonya bergerak secara konstan dan terus meliuk-liukan badannya di atas tubuh Langga.Bunyi orang berjalan di lumpur terdengar lumayan nyaring di ruangan ini, sehingga makin membuat Sonya ‘kesetanan’.Sonya sudah tak menghitung lagi berapa kai dia klimaks, daya tahan tubuh wanita ini lumayan kuat. Tapi Langga lebih kuat lag
“Om…Andina sekolah dulu yaa…!” gadis cilik yang mulai beranjak remaja ini memeluk dan mencium pipi Langga.“Sayang…hati-hati yaa…!” Langga kembali memeluk erat dan mencium…bibir Andina, sehingga gadis cilik kaget, lalu tertawa.“Ihh Om genit, masa di bibir sihhh, kan Andina udah gede, bukan lagi 5 atau 10 tahun!” protes si calon cantik jelita ini.Langga tertawa lalu menepuk pantat anak angkatnya, agar segera ke sekolah, di antar sopir pribadinya.Andina pun mencebi sambil tertawa, gadis kecil ini ingat, sampai usianya 10 tahun, ayah angkatnya ini selalu mencium pipi dan bibirnya dengan lembut sebelum tidur dan berangkat sekolah.Namun setelah ultah 11 tahun, cium bibir itu tak lagi Langga lakukan, bertepatan dengan menstruasi pertamanya datang, tanda dia mulai masuk gerbang usia remaja. Dan hari ini setelah 2 tahun, Langga kembali mencium bibirnya.Langga kadang ingat, setiap mencium bibir Andina, dia sering teringat ibu kandung gadis cilik ini. Karena bibir Andina 100 persen sama de
Langga pun baru sadar, rumah Sony kini bak Istana, bahkan tadi saat masuk ke halaman rumah sepupunya ini, dia melihat puluhan mobil mewah berjejer.Walaupun dulu dapat hampir 100 miliaran yang di beri Langga. Tapi Langga menilai, rumah sepupunya bernilai lebih 20 miliaran, termasuk mobil-mobilnya, pasti nilainya di atas 20 miliaran.“Kok duit sekian banyak begitu dihamburkan buat memperbagus rumah dan kendaraan, kenapa tak diinvestasikan..?” pikir Langga keheranan sendiri.“Maaf Mas Langga, kalau sudah tak ada yang di bicarakan, saya mau jalan dengan istri!” Sony seakan mengusir Langga dengan halus.Tak lama keluar seorang wanita cantik dengan pakaian yang mewah, dan Langga bengong, saat Sony mengenalkan ini adalah istrinya yang baru.“Kemana Risa, istrinya yang dulu hamil tua..?” Langga benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Sony ini.Tapi dia simpan saja dalam hati, Langga kini permisi dan istri Sony terlihat setengah mencibir kepergian Langga, yang malam ini memang berpakaian
“Ceritakanlah Johan, aku dengarkan!” sahut Langga sambil memanggil seorang pelayan dan minta Langga sebut apa yang ingin di minum. Setelah pesanan itu datang, Johan pun mulai bercerita.“Menurut kabar yang ku dengar, ibu Nelly sepulang dari Jakarta, konon katanya memiliki uang tabungan hingga 25 miliar. Nah, setelah melahirkan anaknya yang laki-laki itu, datang kerabatnya dari jauh. Si kerabat itu mau minjam duit, tapi ibu Nelly tak mau meminjami…! Karena si kerabat itu dari dulu suka minjam, tapi tak pernah bayar.”Terdiamlah Langga, tentu saja dia ingat, karena uang 25 miliaran itu pemberian dirinya, saat itu Langga berpesan pada ‘istrinya’ ini, agar di pergunakan buat sehari-hari dan juga bekal Ange dan anak yang sedang di kandungnya.Setelah meninggal dalam kecelakaan tragis itu, rumah peninggalan Nelly di jual, lalu soal tabungan itu raib sampai kini.“Jadi banyak yang menduga-duga, ini ada kaitannya dengan kerabatnya itu. Sebab kurang dari 6 bulanan, terjadilah peristiwa itu. Ka
Langga kini mengantar Risa pulang, dia kaget saat tahu Risa tinggal ngontrak dengan ibu kandungnya serta anaknya yang masih berusia 3,5 tahunan.Rumah kontrakan kecil saja, tanpa ada kamar, saat keserempet tadi Risa ternyata sedang mengambil baju, untuk di jual kembali secara kredit pada pelanggannya.Mak Jana menyambut gembira saat tahu kalau Langga ini bukan orang lain bagi cucunya. Langga sampai menggendong anak Risa yang juga keponakan misannya ini.Anak kecil perempuan senang sekali di gendong. Apalagi saat Langga ajak belanja di kios sebelah dan dia bebas ambil apa yang dia maui. Hal yang tak pernah dia impikan, karena ibunya sangat hemat dan tidak membolehkan dia belanja sepuasnya.Langga sampai trenyuh melihat Vania anak Risa ini, bajunya sobek di bagian punggung.“Kelewatan sekali kamu Sony, kamu hidup mewah dengan istri kamu sekarang. Anak kandung dan bekas istri serta mertua kamu hidup tersia-sia begini!” sesal Langga sekaligus jengkel sekali.Langga lalu memanggil Johan. S
“Bangsaat kamu Sony, ternyata kamu dalangnya…benar-benar kamu ini anak durhaka!” desis Langga tak habis pikir dengan kelakuan sepupunya ini.Dengan kakinya Langga mendorong tubuh Sony, hingga terlentang, melihat Sony mulai sadar, Langga menarik krah Sony hingga berdiri. “Jadi kamu kah dalang pembunuhan kedua orang tua kamu sendiri hahhh!” bentak Langga marah bukan main.“Bu-bukan Langga…perempuan bangsat itu ngarang cerita!” Sony masih mencoba mengelak, dia kaget bukan main orang yang memukul dan kini menarik krahnya adalah Langga, sepupunya sendiri.Plakkkk…sebuah tamparan keras Langga layangkan, dia benar-benar gemas melihat kepengecutan Sony ini.Berbarengan dengan itu datang 5 orang polisi, atas laporan sekuriti di pub ini, mereka langsung meringkus Sony dan mengangkat tubuh Jenita yang pingsan dan sedang sekarat itu.“Langsung tahan dia ini, dia dalang pembunuh ayahnya sendiri Amar Wibowo dan istrinya,” ketus Langga, hingga Sony lunglai tak berdaya, tangannya di telikung dan di b
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d