“Aku trauma tinggal di sana, bila melihat rumah itu, aku teringat Sony dan Jenita, juga penyiksaan yang sering ku alami!”Risa tanpa di duga berdiri dan membuka bajunya, hingga hanya tersisa CD dan beha. dan kaget bukan main Langga melihat balur-balur bekas luka di punggung dan paha Risa.Risa lalu memasang bajunya lagi. “Inilah Bang, yang membuat aku trauma sampai kini!” Langga sampai geleng-geleng kepala melihat itu, begitu kejamnya Sony memperlakukan mantan istrinya hingga begini.Padahal tubuh Risa sangat menggiurkan, tapi di balik itu, tubuh indah ini jadi sansak hidup Sony saat masih bersama.“Baiklah Risa, Abang tak masalah, terserah kamu…!”Delia yang di beritahu soal ini juga tak masalah, dia memaklumi kalau Risa masih trauma dan Delia mengaku sudah tahu soal ini.“Itulah dulu aku sangat marah dan tak pernah mau tahu apapun yang Sony lakukan, Masa istri sampai di siksa begitu, benar-benar tak punya perasaan!” sungut Delia, saat Risa dan Vania di temani Langga berkunjung.Tak
Keduanya kini nyenyak tidur hingga pagi hari. Risa yang selama bertahun-tahun jarang kilmaks sampai berkali-kali. Malam ini Risa benar-benar puas lahir batin, dia sudah tak menghitung lagi berapa kali mencapai puncak.Saat pulang kembali ke Bagoya, Johan senyum sendiri melihat ‘dua sejoli’ ini tidak lagi duduk berjauhan di jok tengah. Tapi Risa kini tak sungkan lagi menyenderkan kepalanya di bahu Langga.“Wajar saja, pa Langga masih sendiri, bu Risa janda…cantik lagi, aneh banget suaminya yang bunuh diri itu. Istri secantik ini disia-siakan!” pikir Johan sambil tetap konsen ke setiran.Sampai di rumah Risa, Langga mempersilahkan Johan ingin pulang dan beristirat di rumahnya. Setelah 3 harian meninggalkan rumah, menemani Risa dan Langga.Johan memang asli Bagoya, sehingga dia dengan suka cita mengangguk, apalagi Langga memberinya kembali uang 20 juta.Sampai terbungkuk-bungkuk Johan menerima rejeki nomplok ini. “Kalau pa Langga perlu saya, jangan sungkan kontak saja. Mau tengah malam j
Setelah hampir 2 minggu berada di rumah Risa, Langga pun pamit langsung terbang ke Surabaya. Senyum manis Risa seolah mengobati luka di hati Langga, yang kehilangan Nelly dan Ange, juga anak kandungnya.“Kalau semua sudah beres, semoga kita kembali berkumpul,” janji Langga, Risa mengangguk dan bilang hati-hati. Mereka pun tanpa sungkan berciuman bibir.Bagi yang melihat ini beranggapan keduanya pasangan suami istri, apalagi Risa menggendong Vania. Si kecil menggemaskan ini juga seakan tak rela pisah dengan Langga.Bahkan tanpa sungkan memanggil papa ke Langga. Dan pria tampan ini pun tak ragu memeluk dan memanggil sayang ke Vania.Hingga Vania menangis saat Langga masuk ruang tunggu, tapi setelahnya tertawa-tawa saat melihat pesawat besar yang terlihat mendarat.Tujuan Langga jelas, mencari pria bernama Gubran, sekaligus ada bisnis yang harus dia bereskan di kota pahlawan ini.Langga kembali nyari hotel, dia malas tinggal di apartemen, apalagi membeli nya. Walaupun kalau dia mau, tak
Wajah dokter Ussy yang tadi masih terkaget-kaget dengan fakta mengejutkan soal Langga, kini terdiam sesaat.“Kenapa kamu bertanya soal itu Langga..?” Ussy malah balik bertanya, otak Langga jalan cepat.“Karena aku ada bisnis batubara di sana, nah siapa tahu Gubran yang kumaksud ini suami kamu. Katanya lokasi batubara ada tumpang tindih kepemilikan lahan. Sehingga perlu di luruskan!” Langga bikin alibi yang masuk akal.“Hmm…setahu aku sih iya, dia punya sebuah perusahaan batubara. Tapi katanya gagal, karena batubara di sana tak sebaik yang ada di Kalimantan.” “Baiklah, ini informasi berharga, mungkin aku akan memikir ulang untuk investasi batubara di sana!” sahut Langga enteng, padahal dia kini mulai nyusun rencana untuk beri pelajaran pada Gubran ini.“Langga…kamu lagi santai kan…apakah kamu tak kangen..?” kaget juga Langga, tapi dia memaklumi, scandal story nya dengan wanita ini cukup panas.Tapi…itu dulu! Saat dokter Ussy masih janda, kini, wanita cantik dan memiliki badan harum i
Langga memang flamboyan, dia tak langsung main seradak seruduk, dengan gaya elegan dan santai dia mengajak Ussy duduk di balkon yang memiliki pemandangan kota Surabaya.Walaupun dia tahu Ussy terlihat sudah tak sabaran, tapi Langga benar-benar mampu bikin wanita cantik ini makin penasaran dan klepek-klepek.“Kamu kenal di mana dengan Gubran itu Ussy?” pancing Langga, sambil menuju ke mini barnya.“Dulu sama kayak kamu lah, pasein…terus nyambung dehh. Nggak usah kamu tanya gimana prosesnya. Kan udah sama-sama dewasa…tak perlu lah aku cerita detil.” ceplos dokter Ussy tertawa kecil sambil menerima wine dari tangan Langga.Langga duduk di sampung wanita cantik ini, harum tubuh dokter Ussy memang beda dari wanita yang selama ini Langga gauli. Inilah yang membuat sang mantan pria pemuas ini betah kalau berada di dekat Ussy. “Apakah kalian…?”Dokter Ussy menggeleng kepala, hingga Langga terdiam. “Asal kamu tahu Langga, Gubran itu mengalami masalah pada ereksinya!”“Whatss…kok…kamu mau, maa
Langga sudah bisa menebak pasti Gubran tak memiliki uang 50 miliaran, dia malah curiga uang yang di tipunya dari Sony itu habis atau malah berkurang banyak.Langga sengaja tidak memusingkan Gubran, dia kini tersenyum ketika melihat si denok dokter Ussy yang merentangkan tangannya menyambut ke datangannya di kamar hotel mewah ini.Ussy hanya kenakan pakaian kimino dari hotel, tanpa ada apapun lagi di dalamnya, hingga dia terpekik manja, saat hutannya yang berbulu tipis kini jadi santapan pria berpengalaman ini.Apalagi saat Langga dengan lembutnya bermain di bukit kembarnya yang harum, dan memiliki size di atas rata-rata. “Bikin aku hamil sayanggg..!” bisik Ussy.Langga sampai kaget dalam hati, ini wanita ketiga setelah Nelly dan Risa yang meminta dirinya menghamili seorang wanita.Walaupuan rasa itu tak sebesar ke Nelly dan Risa, tapi Langga tetap bisa memanipulasi dirinya, dan melayani sepenuh hati Ussy saat ini.Karena Langga adalah mantan seorang pria pemuas!Kembali keduanya memad
Limit 3 hari janji Langga ke Gubran sudah terlewati, lewat pesan langsung dari Melisa, Sekretaris Langga, hari ke 4 Gubran diminta datang ke sebuah kantor yang sangat mewah, di pinggiran Kota Surabaya.Gubran sudah memakai jas dan dasi lengkap, dia yakin hari ini akan segera penandatangan kontrak sebesar 1 triliun bersama Langga. Gubran bahkan datang dengan sebuha mobil mewah, yang sengaja dia sewa khusus untuk hari ini.Apalagi saat datang ke kantor mewah ini, Gubran dalam hati sudah membayangkan keuntungan yang dia peroleh.Dia makin yakin misinya kali ini akan sukses, uang depe yang di janjikan sebesar 250 miliar Langga, lalu secara bertahap akan terius di cairkan sampai limit 1 triliun, sesuai janji Langga sebelumnya. Kini membayang di wajahnya.Begitu masuk ke sebuah ruangan yang sangat mewah di antar seorang satpam yang terlihat sangat hormat dengannya, hingga Gubran makin percaya diri.Apalagi sebelum masuk ke ruangan rapat yaang mewah, Melisa sudah menunggunya dengan senyum me
Langga menatap wajah Jenny yang sendu selama bercerita, anak laki-lakinya yang kini sudah berusia hampir 3 tahunan ini tertidur di ranjang hotel mewah ini.“Jadi setelah usaha kalian mulai maju, si Anto suamimu malah main gila dengan seorang wanita malam, dan kumat main narkoba jenis sabu. Dan puncaknya kamu di talaknya lalu di buang di Surabaya dan di tinggal begitu saja!”“Iya bang…sudah dua bulanan lebih aku luntang lantung di sini, uang hampir habis dan kadang tidur di mesjid atau mushala!”“Kebangetan si Anto itu, tak tahukah dia, kalau uang usaha itu dari Bang Jagor, mendiang bapak kamu itu Jenny.”Geramnya Langga, ia tak habis pikir dengan kelakuan si Anto ini.Setelah tadi hampir ketabrak di mini market, Langga lalu membawa Jenny ke hotelnya ini. Sepanjang Jenny lebih sering melamun saja. Sampai di hotel banyak yang memandang heran ke Langga.Kenapa membawa seorang emak-emak muda dengan anak kecil yang kucel di bawa ke hotel mewah ini, tapi tentu saja tak ada yang berani mene
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d