Limit 3 hari janji Langga ke Gubran sudah terlewati, lewat pesan langsung dari Melisa, Sekretaris Langga, hari ke 4 Gubran diminta datang ke sebuah kantor yang sangat mewah, di pinggiran Kota Surabaya.Gubran sudah memakai jas dan dasi lengkap, dia yakin hari ini akan segera penandatangan kontrak sebesar 1 triliun bersama Langga. Gubran bahkan datang dengan sebuha mobil mewah, yang sengaja dia sewa khusus untuk hari ini.Apalagi saat datang ke kantor mewah ini, Gubran dalam hati sudah membayangkan keuntungan yang dia peroleh.Dia makin yakin misinya kali ini akan sukses, uang depe yang di janjikan sebesar 250 miliar Langga, lalu secara bertahap akan terius di cairkan sampai limit 1 triliun, sesuai janji Langga sebelumnya. Kini membayang di wajahnya.Begitu masuk ke sebuah ruangan yang sangat mewah di antar seorang satpam yang terlihat sangat hormat dengannya, hingga Gubran makin percaya diri.Apalagi sebelum masuk ke ruangan rapat yaang mewah, Melisa sudah menunggunya dengan senyum me
Langga menatap wajah Jenny yang sendu selama bercerita, anak laki-lakinya yang kini sudah berusia hampir 3 tahunan ini tertidur di ranjang hotel mewah ini.“Jadi setelah usaha kalian mulai maju, si Anto suamimu malah main gila dengan seorang wanita malam, dan kumat main narkoba jenis sabu. Dan puncaknya kamu di talaknya lalu di buang di Surabaya dan di tinggal begitu saja!”“Iya bang…sudah dua bulanan lebih aku luntang lantung di sini, uang hampir habis dan kadang tidur di mesjid atau mushala!”“Kebangetan si Anto itu, tak tahukah dia, kalau uang usaha itu dari Bang Jagor, mendiang bapak kamu itu Jenny.”Geramnya Langga, ia tak habis pikir dengan kelakuan si Anto ini.Setelah tadi hampir ketabrak di mini market, Langga lalu membawa Jenny ke hotelnya ini. Sepanjang Jenny lebih sering melamun saja. Sampai di hotel banyak yang memandang heran ke Langga.Kenapa membawa seorang emak-emak muda dengan anak kecil yang kucel di bawa ke hotel mewah ini, tapi tentu saja tak ada yang berani mene
Langga langsung sigap menahan tubuh Jenny, dan bukannya melepaskan. Langga malah memeluk dan mencium tubuh denok wanita cantik ini.Kenangan bersama Jenny dulu seakan kembali membayang di matanya, Langga akui, Jenny memiliki kelebihan lain di bandingkan wanita-wanita yang selama ini dia gauli.Bedanya, kalau dulu saat bercinta Jenny sedang hamil besar, kini perut Jenny rata dan mulus. Kalau dulu hutannya agak jarang-jarang, kini makin rimbun saja.Bahkan tak terlihat ada gurat-gurat bekas hamil di perutnya, Jenny sangat pintar merawat tubuhnya, dan hebatnya itu semua tak perlu ke salon mehong.Jenny membiarkan saja tubuhnya kini, yang di telusuri semuanya oleh pria tampan dan berbody kokoh ini.Apalagi saat Langga betah sekali mendaki dua bukit kembarnya yang tetap kencang dan berukuran di atas rata-rata, walaupun sudah memiliki satu anak.Tubuh kokoh Langga tentu tak bisa di bandingkan dengan tubuh mantan suaminya, Langga menang jauh dibandingkan Anto. Termasuk ukurannya.Jenny bahka
Langga makin terperanjat saat malam minggu si cantik ini izin mau jalan-jalan dengan...seorang pria.“Ka-kamu mau jalan dengan teman pria kamu…kemana?” tanya Langga yang terkaget-kaget.“Huhh si Om ini, masa nggak tahu anak remaja, paling nonton kale…emank mau kemana lagi!” sahut Andina yang kini sudah berpakaian khas abege.Walaupun hanya pakai make up tipis, tapi kecantikan Andina benar-benar sangat paripurna. Langga saja sampai tak bosan-bosannya menatap Andina.Langga bangkit dari kursinya dan penasaran, siapa lelaki yang ‘berani’ ajak putri angkatnya ini jalan-jalan. Dengan manja Andina menggandeng tangan ayah angkatnya dan menuju ke teras.Sampai di teras rumah mewahnya, terlihat seorang remaja tampan ikutan kaget melihat pria tampan sedang di gandeng Andina.“Alfito, ini Om sekaligus papa angkatku!” Andina mengenalkan Langga ke teman prianya.“Haii Om…izin...mau ajak Andina jalan!” si pemuda ini terlihat agak songong dan tak ada hormat-hormatnya dengan Langga, hanya melambaikan
Dengan alasan tak tahan cuaca dingin, Tante Juliana tak ikut ke Eropa, ibu angkat Langga sudah membatin ‘ayah dan anak angkat’ ini pasti akan ada sesuatu sepulangnya dari Eropa.“Tak apalah…tuh tak berdosa juga, malah bagus.” Batin Tante atau selalu di panggil Andina dengan Oma Juliana ini.Langga berangkat dengan private jetnya bersama Andina, gadis yang tinggal 2 hari lagi berusia 17 tahunan tetap kolokan dengan Langga.Dia tak segan tidur di paha ayah angkatnya dan minta dipeluk, seperti saat usianya masih 5 tahunan lalu.Begitu mendarat di Brussel, cuaca sangat dingin langsung menyergap keduanya, Langga dan Andina sudah sejak di pesawat kenakan jaket tebal dan syal di leher.“Brrrr…dingin banget Om…lebih dingin dari puncak dan pegunungan dieng,” seru Andina sambil merapatkan tubuhnya ke Langga, saat mereka menuju ke hotel.Mereka beristirahat di hotel, saking dinginnya, Adinda selalu memeluk erat tubuh Langga. Tapi dengan pakaian tebal..!Padahal, diam-diam Langga jadi tersiksa de
Langga kebingungan, Andina kini menghilang, sudah ke sana kemari Langga mencari, tapi anak angkatnya ini tak terlihat juga.Gelisahnya bukan main hatinya, kemana Andina yang agaknya marah dengannya ini perginya.“Apakah dia cemburu? Tapi…apa mungkin, seorang anak remaja jatuh cinta dengan papa angkat sendiri, beda jauh lagi usianya?” batin Langga sambil berjalan tak bertujuan. Hatinya benar-benar pusing dan gelisah memikirkan kemana Andina ngilang-nya.Hari ini Andina ber ultah yang ke 17 tahun, Langga 3 bulan lagi akan berusia 36 tahun. 19 tahunan mereka beda usia.Walaupun belum terlalu tua, tapi Langga sadar diri, Andina anak angkatnya. Masa depan si cantik ini masih panjang. Masa dia harus mengorban masa depan anak angkatnya sendiri?Langga berniat kelak akan menguliahkan Andina, kemana saja anak angkatnya ini mau. Karena dia sudah berjanji ke Astrid untuk menjaga dan memelihara Andina layaknya anak sendiri.Langga ingat cerita Asrid, dia menikah siri dengan kekasihnya saat usiany
Imam mesjid ini menatap wajah Langga dan Andina bergantian, saat ini hampir pukul 00.00 malam waktu setempat.“Kalian ingin menikah malam ini juga…? Apa nggak mau bersabar besok saja!” si Ustaz yang ternyata asal Indonesia ini sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua pasangan sepadan ini.Langga dan Andina mengangguk dan menggeleng berbarengan. “Kami tak mau membuat dosa pa Ustaz, jadi tolong nikahkan kami berdua malam ini!” sahut Langga.Saat Langga menceritakan siapa sosok Andina, si Ustaz ini akhirnya maklum. Tak dia sangka, kalau Andina ini anak angkat Langga sejak usia 5 tahun dan kini dari cinta anak dan ayah angkat, berubah jadi cinta pria dan gadis dewasa.Setelah mendengar cerita dan alasan Langga kenapa nikah buru-buru tanpa mau nunggu besok. Sang Imam Masjid ini lalu memanggil dua marbut nya dan meminta keduanya jadi saksi buat Langga dan Andina.“Mereka sudah tidur bersama sejak calon istrinya kecil, kalau tak dinikahkan, siapa yang menjamin keduanya tahan godaan,”
Selama proses kehamilan, pas naik kelas 11, Andina akhirnya berhenti sekolah, dan semua rekan sekolahnya tahu, kalau Andina jadi istri sang crazy rich Banjarmasin ini. Langga sengaja adakan resepsi mewah, dengan undang Gubernur dan Wagub Kalsel plus pejabat teras lainnya. Serta rekan-rekan usahanya, mulai Jakarta hingga Surabaya dan Bagoya. 10 artis ibukota di undang untuk hadir dan hibur ribuan tamu. Sehingga resepsi di hotel mewah ini sangat meriah. Bahkan yang bikin Langga bahagia, Adi Wibowo duduk ‘bersanding’ dengan Oma Juliana, seolah-olah keduanya orang tua Langga dan Andina. Ini juga sekaligus kembali mengangkat derajat Adi Wibowo, yang sempat jatuh ke titik nadir. Langga tanpa segan mengenalkan Adi Wibowo sebagai Om nya sendiri. Hal yang membuat Adi Wibowo menyesali kelakuannya di masa lalu, dan diam-diam sering memerah matanya. Hingga Oma Juliana tak sekali dua kali memegang lengan Adi Wibowo. Diam-diam si Om yang sangat tampan di masa muda ini, berdesir hatinya, perhat
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d