Mami Ela kaget sekali, di depannya sudah berdiri Tante Erna dengan 3 centengnya.
“Halooo tante, ih makin cakep ajah setelah jadi ibu pejabat, tumben nih berkunjung ke tempat saya.” Mami Ela tergopoh dan langsung berbasa-basi menyambut tamunya yang terlihat angkuh ini.
“Ahhh hentikan basa-basi kamu, di mana Langga, sudah 2 minggu lebih dia tak bisa ku kontak!” Tante Erna menolak duduk saat di persilahkan.
“Langga sengaja ku minta istirahat Tante…emm...pasti paham kan kenapa dia ku minta istirahat dulu.” Sindir Mami Ela halus.
Wajah Tante Erna langsung berubah. “Di mana dia kini…aku…mau mengajaknya berobat, biar cepat sembuh!” suara Tante Erna agak melembut, bahkan kini duduk di kursi yang tadi di tolaknya.
“Tante…ku mohon kali ini tolong jangan dulu ganggu anak buah saya, dia agak shock.”
“Berani kamu merintangi aku heehh!”
“Maaf Tante…tapi saya juga harus melindungi anak buahku, kalau terjadi apa-apa…aku harus bertanggung jawab. Aku tak ingin nasib tragis Astrid juga menimpa pada Langga.” Berubahlah wajah Tante Erna mendengar kalimat Mami Ela barusan.
“Hmm…baiklah….” Tante Erna langsung bangkit dari kursinya dan berbalik dengan langkah gemulai, tapi tak merubah gayanya yang tetap angkuh.
“Tante…tante, tunggu!” Mami Ela buru-buru mengejar.
“Apa lagi?” Tante Erna langsung berbalik.
Mami Ela berbisik, karena tak enak hati melihat 3 centeng Tante Erna yang selalu menatapnya curiga.
“Hmm begitu yaa…oke, sore nanti suruh ke hotel aku, tau kan hotelnya?”
“Siappp…buat Tante aku selalu kasih yang terbaik, pokoknya yang ini tak bakal kecewakan Tante deh...emm…seperti biasa Tan, cash! Jangan pake transfer, demi keamanan kita bersama!”
Dengan dagu terangkat Tante Erna memberi kode pada centengnya, seorang centeng yang memegang tas langsung mendekat, Tante Erna mengambil dua gepuk dari tas itu dan menyerahkan ke Mami Ela.
“Ingat yaa…kalau anak buahmu ini tak bisa memuaskan aku seperti Langga, jangan salahkan aku kalau dia bernasib seperti si tampan itu, aku cari kenikmatan dan kepuasan, bukan buat test drive!” dengus Tante Erna.
Tante Erna lalu keluar dari kantor Ela Enterprise ini. Dan langsung masuk ke mobil mewahnya yang sudah stanby sejak tadi di lobby kantor.
“Gila…benar-benar wanita sadis…moga saja Joy bisa memuaskan wanita hyper ini.” Batin Mami Ela, lalu menelpon Joy, salah seorang anak buahnya, seorang model tampan dan memiliki tubuh kokoh berotot dan baru 1 bulanan ini bergabung dengan agen miliknya.
Di manakah Langgga..?
Setelah menemui Mami Ela, Langga di beri cuti untuk beristirahat, Mami Ela lah yang menyarankan agar gigolo kesayangannya ini tidak trauma berlebihan.
Dia memberi izin cuti pada Langga selama 1 bulan. Tapi Mami Ela bukan wanita bodoh, selama cuti tetap ada hitungannya.
Langga datang lagi berobat ke klinik sebelumnya, dokter Ussy kembali memeriksa luka-luka pemuda ini.
“Dok…saya mau..?” Langga berhenti sejenak, dia agak ragu melanjutkan ucapannya.
“Ngomong saja…aku dokter, semua rahasia pasien pasti aman!” dokter Ussy tersenyum.
“Aku agak sakit saat kencing!” Langga akhirnya ngomong apa adanya. Dokter Ussy tidak kaget, biasa saja. Baginya dunia pemuda tampan ini pasti tak jauh dari penyakit beginian.
“Apakah selama ini kamu pakai pengaman saat melayani klien-klien kamu itu?”
“Iya…tapi orang yang menyiksaku ini tidak mau…!”
“Baiklah, kamu kencing dulu di botol kecil, kami akan periksa kencing kamu, sebelumnya apakah kamu ada keluar nanah saat kencing?” dokter Ussy menatap tajam wajah Langga.
“Tidak…hanya sakit saja saat kencing!”
Setelah kencing dan botol kecil itu di serahkan ke seorang perawat, Langga pun di persilahkan menunggu selama 2 jam.
“Kamu aman, tidak ada penyakit kelamin.” Dokter Ussy membacakan lab kencingnya, kliniknya ini memang komplet.
“Kamu berbaring lagi, aku akan periksa lagi tubuh kamu.” Dokter Ussy kembali memeriksa Langga lebih teliti, dia lalu memasang sarung tangannya dan meminta Langga melepaskan celananya.
Dokter Ussy juga manusia biasa, kaget saat melihat benda Langga yang masih tidur, tapi sudah menunjukan kalau benda ini memang istimewa. Dan ini ukurannya memang di atas rata-rata.
“Maaf…!” dokter Ussy memeriksa dan memencet benda itu, jantungnya berdebar juga, apalagi secara perlahan benda ini mulai bereaksi.
“Sudah, silahkan pasang celana lagi!” agak gugup juga dokter Ussy. Saat duduk kembali ke ruang praktek dokter ini, Langga kaget saat menatap foto ukuran 10R yang terletak di dinding ruangan kerja dokter ini.
Foto dokter Ussy dengan seorang pria…pria itu sangat mirip dirinya.
“Kenapa, kamu kaget yaa melihat foto itu dan kenapa mirip denganmu?” seakan tahu apa yang dipikirkan Langga, dokter Ussy langsung nembak Langga.
“Iya…sangat mirip!” mata Langga masih lekat menatap foto ini.
“Dia sudah meninggal dunia 3 tahun yang lalu, kecelakaan saat ikut balapan di sirkuit!”
“Maaf…turut berduka cita!” kembali Langga terhenyak kaget.
“That’s oke…sudah takdir, oh ya…untuk sementara kamu minum obat dulu, kalau dalam 5 hari tak ada perubahan, kamu aku rekomendasikan ke dokter penyakit dalam!”
Langga pun menerima resep.
“Langga…apakah kamu bernaung dengan agen model Mami Ela?” Kagetlah Langga mendengar pertanyaan dokter Ussy, dia bertahan lagi di kursi ini tak jadi bangkit.
“Iya dok…apakah anda kenal dengan Mami Ela?” kembali mata Langga membulat, dokter Ussy langsung mengganggukan kepala.
“Setelah lulus kuliah, aku akan mundur dari agen Mami Ela, aku ingin pulang ke desaku, jadi guru di sana!” Langga pun dengan apa adanya bercerita kalau dia seorang mahasiswa, di program study Pendidikan dan Keguruan.
Kaget juga dokter Ussy, Langga ternyata seorang mahasiswa jurusan pendidikan dan punya cita-cita mulia.
“Langga…kamu jangan kaget, aku pernah ingin memakai jasa kamu dan mengontak Mami Ela!”
Hampir terlonjak Langga, jadi dokter ini yang pernah di katakan Mami Ela ingin membokingnya, tapi gagal karena Langga babak bundas setelah di paksa melayani Tante Erna.
“Upsss…kamu jangan salah duga, aku ingin memakai jasa kamu bukan untuk kencan denganku...!”
Langga tersenyum, aneh sendiri, memboking tapi bukan untuk memakai jasanya, ini hal yang baru baginya.
“Lalu…buat apa dokter mau booking aku?”
Dokter Ussy melepas kacamatanya, hingga kecantikan dokter ini makin terlihat jelas. “Buat hadiah ultah anakku…namanya Celica, usianya 3 tahun, sejak lahir hingga kini dia belum pernah bertemu mendiang papanya.”
“Hmm…lalu?”
“Aku memang salah, mengatakan suamiku kerja di luar negeri, tujuanku dulu agar dia tidak banyak tanya. Namun justru makin besar dia makin pintar dan dia makin merajuk meminta agar papanya di telpon agar pulang.”
“Sebentar aku kurang paham, terus aku harus menyamar sebagai papanya gitu?”
“Iya, minggu depan Celica ultah yang ke 3 tahun, maukah kamu datang ke pesta ultahnya dan…berlakon jadi papanya? Soal bayaran…aku akan membayar sesuai dengan tarif yang Mami Ela patok!”
Langga tertawa kecil. “Baiklah aku akan datang, ini nomor hapeku chat saja alamat kamu dok! Khusus untuk Celica, aku tidak akan minta bayaran…setidaknya walaupun pekerjaanku kotor, aku juga bisa berbuat baik pada seorang gadis kecil!”
Dokter Ussy tertawa kecil, hingga giginya yang rata terlihat jelas. “Thanks yaa…nanti kamu kuhubungi!”
Langga tak sadar, niatnya hanya menolong, tapi inilah awal hubungan mereka …!
*****
BERSAMBUNG
“Terima kasih Langga, kamu datang juga.” dokter Ussy langsung menyambut Langga yang baru datang ke rumahnya. Penampilan Langga bak eksekutif muda, berjas dan baju kaos di dalamnya. “Cakep banget ni orang.” Batin dokter Ussy sambil tersenyum senang. Pesta Ultah Celica yang ke 3 tahun berlangsung ramai, saat Celica asek berceloteh dengan teman sebayanya, sesuai skenario dokter Ussy, Langga mengenakan topeng bergambar karakter film kartun. “Celica…sini…nih hadiah ultah kejutan buat kamu.” Gadis kecil ini langsung menoleh kaget ke wajah ibunya. Langga pun membatin, cantik sekali gadis kecil ini. “Siapa orang bertopeng ini Mi…?” “Kamu buka sendiri dehh…pelan-pelan yaa…!” dokter Ussy mendekati anaknya, Celica rada-rada takut juga melihat seorang pria tinggi besar bertopeng kini jongkok di depannya. Semua undangan termasuk teman-teman Celica kini terdiam tegang. Tapi ada satu pria muda yang sejak dokter Ussy masuk menggandeng Langga, sudah menatapnya dengan tatapan tajam. Begitu top
Dokter Ussy bukanlah seperti klien-klien Langga selama ini, yang kebanyakan es te we dan hanya wajahnya kencang, tapi dalamnya sudah kendur. Dokter Ussy memiliki tubuh yang sangat denok, harum dan terawat. Usianya pun baru 30 tahunan, benar-benar bak wanita 20 tahunan saja. Langga benar-benar memberikan service yang sangat lembut buat wanita jelita ini. Semenjak Astrid tidak ada lagi, baru kali Langga seolah melaksanakan tugasnya seakan bersama wanita yang dia sayangi. Langga tak sadar sudah baper sendiri dengan bentuk tubuh si dokter jelita ini. Ussy benar-benar memperoleh kenikmatan tiada tara dengan Langga, tanpa sadar dia berucap service sang pria pemuas ini jauh melebihi suaminya dulu. Ucapan itulah yang langsung menyadarkan Langga, ia ingat saat ini bukan sedang bercinta dengan kekasihnya atau dengan Astrid. Tapi dokter Ussy, yang ingin memperoleh kenikmatan dengannya, si lelaki komersil. Dengan kesadaran itulah, Langga lalu mengambil pengaman yang diletakan dokter Ussy di
Tak sulit mencari orang tua Astrid, setelah menempuh perjalanan hingga 6 jam naik bus milik travel, Langga tiba di kantor travel ini, lalu dengan naik ojek 30 menitan, dia tiba di alamat ini jelang senja, yang ternyata rumahnya sangat sederhana. Hanya berdinding batako tanpa plester, saat Langga mengetuk, ia kaget yang membukakan pintu adalah seorang anak kecil cantik manis, tapi terlihat rambutnya berantakan, bahkan tubuhnya agak berbau, tanda belum mandi. “Kamu…Andina kan…?” si gadis cilik ini mengangguk. “Aku Om Langga, teman mendiang ibu kamu…mana nenek kamu Andina?” “Nenek sakit Om…tuh berbaring di kasur!” Andina menyingkir dan mempersilahkan Langga masuk. Di kamar yang sumpek dan tidak ada penerangan listrik, kecuali lampu teplok, Langga melihat seorang nenek renta hanya tiduran saja di kasur. “Siapa dia Andina..” terdengar orang yang berbaring di kasur bersuara. “Katanya Om Langga nek, temannya mendiang mama!” “Mak kenapa…sakit apa Mak?” Langga kini mendekat dan memegan
Mahasiswi cantik berkerudung ini memarahi ke 3 centeng tersebut tanpa rasa takut. Anehnya, tiba-tiba ketiganya saling pandang dan pelan-pelan menjauh dari Langga. Lalu naik mobil jenis MPV dan tancap gas menghilang dari parkiran Kampus Merah Putih ini. “Kamu tak apa-apa Bang…?” Rebecca membantu Langga berdiri. “Tak apa Becca, hanya…pipiku agak sakit kena tabok mereka!” Langga memegang pipinya yang membiru dan mengibaskan debu yang ada di pantatnya, setelah tadi sempat terjatuh ke tanah. “Aneh Abang ini, kok jadi lelaki payah banget, lawan lah badan gede gitu, masa kalah sih!” tegur Rebecca sambil jalan menjejeri langkah Langga menuju ke mobilnya. “Aku tidak pintar beladiri Becca, tadi aku juga sudah melawan tapi mereka memang sudah biasa main otot!” Langga malu hati sendiri di tegur gadis cantik berkerudung ini. Rebecca tertawa kecil. “Latihanlah, masa cuman latihan gedein otot doank!” gadis ini sampai menutupi mulutnya dengan jari lentiknya, Langga hanya bisa tertawa masam. Cand
“Iyaahhhh sayangg…terusss…terusss dikit lagi…aaahhh!” wanita setengah tua yang masih cantik ini terkapar di kasur, lututny seolah lepas dari tubuhnya. Pemuda tampan ini pun bangkit dari tubuh wanita ini, seperti biasa, dia tak pernah melepaskan air kenikmatan ke tubuh kliennya. Tugasnya hanyalah membuat kliennya puas dan bisa klimaks berkali-kali dan tugasnya pun selesai. “Thanks ya Tante Aura…jangan jera kontak saya lagi!” Langga pun memberi kecupan manis di bibir wanita ini, lalu mengambil bonus 15 juta dari wanita yang ternyata seorang politikus terkenal ini. “Langga…kamu mau nggak jadi simpanan tante, tapi syaratnya kamu keluar dari Mami Ela dan nggak boleh lagi menerima wanita manapun.” Tante Aura kini duduk di bibir ranjang dan membiarkan tubuhnya yang mulai kendor terpampang jelas di hadapan Langga yang sudah berpakaian rapi. “Ehmm…nanti saya pikirkan lagi ya Tan.” “Jawab sekarang dong sayang…jangan bikin tante kayak cacing kepanasan.” Desah Tante Aura dengan suara manja…
100-an lebih wartawan cetak, online dan TV berebutan memfoto dan menyorot 12 orang yang datang ke Polda Metro, semuanya menatap kagum, tapi ada juga celutukan lucu terdengar.Ke 12 orang itu bukan orang biasa, mereka adalah model-model tampan dan cantik jelita, kedatangan mereka secara bergelombang ke kantor polisi ini karena jadi saksi, sekaligus katanya korban dari…Mami Ela.7 orang pria tampan dan salah satunya Langga, serta 5 orang model cantik jelita terpaksa menutupi wajahnya dengan tangan, agar tak tersorot kamera.Langga yang mengenakan masker dan topi ternyata paling di sorot, wajahnya yang sangat mirip aktor terkenal tanah air membuat banyak orang penasaran.“Apess…mati dah aku kali ini…!” batin Langga sambil jalan menunduk masuk ke ruang pemeriksaan.Hampir 7 jam mereka di periksa, jelang pukul 5 sore, mereka pun keluar dari ruang pemeriksaan.Langga kini di kejar puluhan wartawanan saat berusaha menuju ke mobilnya. “Mas Langga komennya mas, benarkah kamu sudah lama jadi gi
Langga lama terduduk di belakang setir mobilnya, selembar surat dari rektorat barusan diterimanya.Langga di pecat sebagai mahasiswa di Kampus Merah Putih! Kesalahannya dianggap fatal, karena terlibat sebagai salah satu mahasiswa open BO.Langga hanya bisa tersenyum pahit, ancaman terhadap Langga bila berani menolak menemui si Tante Erna di villa nya, benar-benar di buktikan wanita jahat ini.Langga nekat menolak melayani Tante Erna, dia benar-benar kapok dengan perlakuan dari wanita setengah tua ini.Dan seminggu kemudian, Tanter Erna melaksanakan ancamannya, Langga menerima konsekwensi berat, dikeluarkan dari kampus.Padahal sebelumnya dia sudah di panggil dan hanya di beri surat peringatan, tak di nyana hari ini SP 1 sudah berubah jadi SP 3, alias di berhentikan dengan tidak hormat sebagai mahasiswa.Tapi yang membuatnya benar-benar hampir tak percaya, Rebecca Anggraini ternyata anak kandung Tante Erna!“Tak ku sangka…Becca anak wanita jahat ini!” batin Langga masih tak habis pikir
“Kita ke kampung Om ya…?”“Iya Andina, kita ke sana sekalian jalan-jalan, bawa saja baju 5 atau 7 stell yaa!”Gadis kecil yang baru 5 tahunan ini senang bukan main, apalagi saat tahu mereka akan naik pesawat pulang ke kampung Langga, di Kalimantan Timur.Andina tidak henti-henti kagum melihat pesawat-pesawat besar di bandara Soetta, apalagi saat naik pesawat yang identik dengaan logo warna hijau dan mengudara hampir 2 jam, untuk pertama kalinya.Begitu mendarat di Bandara Adjie Mohammad Sulaiman, atau yang dulu di kenal dengan nama Bandara Sepinggan Balikpapan, perjalanan masih harus di tempuh hampir 6 jam lagi jalan darat.Untung saja jalanan sangat mulus, sehingga bisa cepat sampai, tak sampai 6 jam lagi, tapi hanya 3,5 jam, karena ada jalan tol, Balikpapan-Samarinda.Langga sengaja memboking satu mobil travel dengan sewa 1,5 juta sekali antar. Andina sangat menikmati perjalanan ini, apalagi dia selama ini hanya di rumah saja.Setelah di hajar 5 mahmud-mahmud selama satu hari, Langg
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d