Hari terasa begitu cepat. Ijab kabul terucap lancar dari mulut Kevin. Mereka kini sudah sah menjadi suami istri. Pernikahan sederhana hanya disaksikan penghulu, wali hakim, Aldo, Papa, Kakek serta beberapa keluarga Kevin lainnya. Semua dilakukan secara tertutup mengingat keadaan kaki Kevin yang belum sembuh dan harus menggunakan kursi roda untuk berpindah tempat.
Kevin menyunggingkan bibir atasnya memandangi Kinan yang berbeda dari biasanya. Gadis itu terlihat cantik dengan kebaya yang menempel di badannya.
“Lo, cantik banget!” bisiknya saat orang-orang sibuk bercengkrama setelah ijab kabul selesai. Kinan tak mampu menjawabnya. Pipinya seperti kepiting rebus. Ia malu dan memalingkan wajahnya dari Kevin. “Lo seneng nggak jadi istri gue?” Kevin terus mengejar wajah Kinan yang berusaha menghindarinya.
“Apaan sih, Vin?” Gadis itu meremas-remas tangannya yang dingin. Tentu saja ia malu mengakui kebahagiaannya di depan Kevin. Kinan
Hampir setengah jam Kinan yang berada di dalam kamar mandi akhirnya keluar dengan lingerie merah yang diberikan Kevin untuknya. Suaminya itu tersenyum menyeringai melihat Kinan yang berjalan pelan mendekatinya.Kinan menggosok-gosokkan tangan pada leher yang tiba-tiba merinding saat melihat tatapan Kevin. Ia duduk di kursi meja riasnya menyisir rambutnya pelan serta menyemprotkan parfum vanila di seluruh tubuhnya.Kevin meraih tangan Kinan. “Kemarilah!” pintanya dengan menarik tangan itu.“Aku lagi menstruasi, Vin!” tegasnya lagi. Kinan duduk di tepi tempat tidur dekat Kevin.“Iya aku tau. Aku nggak segila itu,” ucapnya dengan menyelipkan anak rambut di telinga Kinan.Kinan menggidikkan bahu. “Ya udah, ayo tidur!” ajaknya. Kinan mengitari tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di samping Kevin.Laki-laki itu tak tinggal diam. Ia menggeser tubuhnya mendekati istrinya dan menciumi pipi itu dengan
Kevin menggeliatkan tubuhnya yang kaku karena semalaman Kinan tidur memeluknya. Pergerakan Kevin membuat tidur Kinan terusik, ia mulai membuka sedikit matanya dan menatap laki-laki tampan yang menjadi suaminya itu. Ia menarik garis lengkung bibirnya, begitu nyaman tidur di pelukan laki-laki yang selama ini ia cintai.Kinan kembali memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di dada yang bidang itu. Rasanya enggan sekali untuk bangun, tapi jika ia tak segera menyudahi penyatuan ini pasti laki-laki yang masih tertidur lelap ini akan kelaparan karena ia tak segera menyiapkan sarapan.Perlahan-lahan Kinan bangun mandi dan sibuk di dapur menyiapkan sarapan sendiri untuk Kevin walaupun ada asisten rumah tangga yang siap membantunya.“Kinan!” panggil Kevin yang sedang mencari wanita yang kini tak ia lihat saat pertama kali bangun. Ia berusaha sendiri ke kamar mandi dengan menggeser roda di kursi yang membantunya berjalan saat ini.Sementara Kinan sudah se
Kinan mengernyitkan wajah dan menutup hidungnya saat Kevin memintanya untuk berciuman. Laki-laki itu mengerutkan muka menatap penolakan dari istrinya. “Kenapa?” tanyanya dengan ketus.“Bau rokok. Kamu kalau mau cium aku, jangan merokok dulu! Aku nggak suka baunya,” gerutu Kinan dengan memalingkan muka.“Oh, jadi kamu nggak suka sama aku?”Kinan menjauhkan kepala dan melebarkan mata mendengarnya. “Aku cuma nggak suka bau rokok!”“Ya udah sana cari suami yang bukan perokok!” Mulut Kinan terbuka lebar mendengarnya. “Kenapa kamu nggak nikah aja sama Kak Keanu. Bukankah dia laki-laki yang anti rokok?” lanjut Kevin kembali.Kinan menggelengkan kepala. Jika ia menjawab yang ada pertengkaran menjadi melebar ke mana-mana. Ia membaringkan tubuhnya membelakangi laki-laki yang bersungut itu.Suara po
“Ma, aku dan Kinan sudah kenal sejak lama. Bukankah aku sudah cerita ke Mama? Kami kenal sejak SMA. Kami satu kelas, dan kami sering bersama. Beda dengan Kak Keanu, dia baru kenal Kinan saat Ibunya meninggal. Jadi, jangan salahkan kami jika menikah. Kinan lebih mencintaiku dari pada Kak Keanu.”Bu Melinda terus menatap Kevin dan Kinan secara bergantian. Kinan hanya tertunduk seraya meremas-remas tangannya. Sementara Keanu, perasaannya kini begitu hancur. Seperti tak ada harapan lagi untuknya mendapatkan wanita pujaan hatinya selama ini.“Ta-pi, kenapa kamu nggak bilang sama Mama jika kalian sedekat ini? Kasihan Keanu, pasti dia sakit hati melihat kalian berdua menikah!” ucap Bu Melinda dengan wajah raut kecewa.“Apa Mama nggak pernah kasihan padaku selama ini? Aku itu juga nggak pernah dapat kasih sayang dari Mama sejak kecil. Kak Keanu sudah dapetin semuanya. Dan sekarang, Mama nyalahin aku karena merebut Kinan dari Kak Keanu?&rdqu
Sore harinya, saat Kevin sedang di duduk bersantai di halaman rumah, Kinan menerima telepon dari nomor yang tak dikenal. Dua kali panggilan itu tak terjawab karena ia baru selesai dari kamar mandi.Kinan mencoba mengangkat telepon itu. Suara tak asing terdengar di indera pendengarannya. “Kak Keanu?” tanyanya dengan celingukan ke arah pintu kamar yang tak terkunci. Tentu ia takut jika Kevin mengetahuinya.“Kinan, kamu lagi sibuk?” tanya Keanu dengan berbinar dari balik teleponnya.Kinan menggelengkan kepalanya. “Nggak, Kak! Ada perlu apa?” Ia terus menoleh ke arah pintu sembari meremas ujung bajunya.“Aku boleh minta alamat rumah kalian?”Pertanyaan Keanu sungguh membuatnya semakin serba salah. Alasan apa yang akan ia buat untuk memberitahu Kakak iparnya itu jika suaminya pasti akan marah?Kinan masih terdiam dengan menggigiti bibir bawahnya. “Kinan!” panggil Keanu.“Em
Semalaman Kevin tak pulang membuat Kinan sulit untuk tidur tenang. Ponselnya yang rusak juga membuatnya kesulitan menghubungi di mana suaminya itu berada.Siang ini, Kinan berencana mencari Kevin di apartemennya. Entah kenapa perasaannya mengatakan suaminya berada di sana. Ia tak enak hati jika harus memberitahu Papa Kevin tentang pertengkaran ini.Saat Kinan keluar rumah, Keanu tampak turun dari mobilnya dan berlari kecil mendekati Kinan. “Kinan, kamu nggak apa-apa ‘kan?”Kinan mengerutkan wajah menatap Keanu. “Kak, kamu bisa ‘kan jangan ke sini lagi!” gertaknya karena lelah dengan kecemburuan Kevin. Ia juga tak mau rumah tangga yang baru seumur jagung itu harus retak karena kesalahpahaman ini. Bahkan indahnya bulan madu pun belum mereka lakukan.“Aku ke sini hanya khawatir dengan kalian. Terutama kamu, Kinan.”Gadis itu memalingkan wajahnya. “Tapi Kak, gara-gara kejadian semalam Kevin pergi da
Pagi-pagi sekali Kinan sudah sibuk membersihkan apartemen Kevin yang begitu kotor. Ia bahkan sudah menyiapkan sarapan roti panggang untuk suaminya yang belum juga terbangun padahal waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi.Kinan juga memutuskan untuk tinggal bersama Kevin dan meninggalkan rumah. Ia menyuruh asisten rumah tangganya mengirimkan baju-baju ke apartemen karena tak ada satu baju Kinan ada di apartemen Kevin.Gadis itu pagi ini terpaksa memakai kaus Kevin. Memang tampak kebesaran, tapi ia nyaman memakainya. Kinan menoleh ke belakang saat melihat Kevin berjalan kesusahan menggunakan tongkat mendekatinya.“Ngapain kamu di sini?” ketus laki-laki itu. Kinan mencoba tersenyum dan berjalan mendekati Kevin untuk membantunya duduk di kursi makan. “Aku bisa jalan sendiri!” bentaknya.Kinan menghela napas gusar. Namun, ia tetap membantu laki-laki keras kepala itu. “Aku ketiduran semalam,” ucapnya dengan menggeser kurs
“Kenapa lama sekali ya?” keluh Kinan yang duduk di meja makan sembari menyangga dagu. Ini sudah pukul dua belas siang, tapi bajunya belum juga sampai di apartemen Kevin.Kevin yang duduk di sofa tak mampu menahan tawanya melihat istrinya itu. Ia melanjutkan kembali mengisap rokok dan memainkan ponselnya.Kinan berjalan mendekati Kevin. Laki-laki itu berusaha mengalihkan pandangannya dari dada yang sebenarnya begitu menggoda. Kinan duduk di dekat Kevin, menatap laki-laki yang sekarang begitu dingin padanya.“Vin!” Kevin melirik tajam dengan wajah berkerut ke arahnya. “Aku pinjam ponselmu, bentar aja!”“Nggak. Kamu tadi udah lancang mengambilnya.”Kinan mengerucutkan bibirnya. “Terus kalau bajuku belum diantar juga, nanti aku pakai apa? Aku risih banget nggak pakai bra kayak gini.”“Ya udah, nggak usah pakai apa-apa!”“Ih ... nyebelin banget kamu tuh!” K
Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke
“Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem
“Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A
Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c
“Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.
Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.
“Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi
“Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in
“Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb