“Kenapa lama sekali ya?” keluh Kinan yang duduk di meja makan sembari menyangga dagu. Ini sudah pukul dua belas siang, tapi bajunya belum juga sampai di apartemen Kevin.
Kevin yang duduk di sofa tak mampu menahan tawanya melihat istrinya itu. Ia melanjutkan kembali mengisap rokok dan memainkan ponselnya.
Kinan berjalan mendekati Kevin. Laki-laki itu berusaha mengalihkan pandangannya dari dada yang sebenarnya begitu menggoda. Kinan duduk di dekat Kevin, menatap laki-laki yang sekarang begitu dingin padanya.
“Vin!” Kevin melirik tajam dengan wajah berkerut ke arahnya. “Aku pinjam ponselmu, bentar aja!”
“Nggak. Kamu tadi udah lancang mengambilnya.”
Kinan mengerucutkan bibirnya. “Terus kalau bajuku belum diantar juga, nanti aku pakai apa? Aku risih banget nggak pakai bra kayak gini.”
“Ya udah, nggak usah pakai apa-apa!”
“Ih ... nyebelin banget kamu tuh!” K
Semenjak berjanji menjauh dari kehidupan Kevin dan Kinan, Keanu lebih suka menyendiri dan terdiam di dalam rumah. Keputusan ini adalah yang terbaik baginya. Walaupun ia masih menahan rasa sakit di hati yang entah sampai kapan akan sembuh.Bu Melinda yang melihat anak sulungnya seperti itu malah berencana menjodohkannya dengan Clara, gadis cantik dan seksi yang mengejar Keanu selama ini. Clara menjauh setelah Keanu benar-benar menyuruhnya pergi saat ia dekat Kinan dulu. Namun, Bu Melinda kini meminta gadis itu untuk datang ke rumah dan sudah menceritakan semua yang terjadi pada Keanu.Bel pintu rumah Keanu berbunyi, Bu Melinda antusias membukanya sendiri karena sudah berjanjian malam ini Clara akan berkunjung.“Malam, Tante! Tante sudah sembuh?” sapanya dengan ramah sembari mencium pipi kiri dan kanan Bu Melinda.“Malam juga, Clara. Sudah, Tante sudah baikan. Ayo masuk!” ajak beliau dengan penuh semangat. Mereka berjalan menuju ruan
Pagi ini Kinan merintih kesakitan. Perut bagian bawahnya terasa tak nyaman, semalam Kevin benar-benar mengerjai dan tak mengizinkannya tidur. Rasanya ia tak sanggup untuk membuka mata, tapi suara keroncongan dari dalam perutnya membuat Kinan tak sabar untuk mengisinya.Dengan menyipitkan mata dilihatnya laki-laki yang semalam menggagahinya itu masih tidur terlelap di sampingnya. Ia tak mampu membayangkan, bagaimana jika setiap hari harus seperti ini. Padahal kaki suaminya itu masih belum benar-benar sembuh.Kinan mencoba berjalan menahan rasa tak nyaman dari pangkal pahanya ke kamar mandi. Lalu mengisi perutnya dengan sepotong roti dengan selai sarikaya dan segelas susu.Kevin menggeliatkan tubuhnya. Ia meraba-raba bantal di samping kanannya. Tak ada istrinya membuat Kevin terlonjak bangun.“Kinan!” teriak Kevin dari arah kamar. Tak ada jawaban, rupanya istrinya itu sedang keluar berbelanja di supermarket terdekat. Hampir semua bahan makanan h
Tiga bulan pernikahan, perdebatan dan pertengkaran kecil seolah menjadi bumbu dalam rumah tangga mereka. Namun, semua itu tak berlangsung lama, kemesraan selalu menyelimuti keduanya. Mereka juga memilih tinggal di apartemen Kevin dari pada rumah pemberian Papanya.Tak ada orang ketiga yang membuat Kevin cemburu pada Kinan. Keanu benar-benar menjauh dari kehidupan mereka. Sikap Kevin pun tak sekasar dulu semenjak Kinan mengancamnya. Bahkan laki-laki itu sudah mampu berjalan dan mengerjakan aktivitasnya tanpa alat pembantu.Pagi-pagi sekali Kevin harus berangkat. Ada rapat dengan salah satu klien penting di perusahaan Papanya. Ia tampak terburu-buru sibuk mengancingkan kemejanya.“Kinan, carikan dasi berwarna maroon! Aku nyari dari tadi nggak ketemu.”Kinan berdecak sembari menyambar handuk basah yang dilempar Kevin di tempat tidur. Semua dasi tertata tak beraturan di tempatnya. Sungguh ini membuatnya bersungut.“Kalau nyari i
“Ini tuh panas banget, kita mau jalan-jalan ke mana, sih?” gerutu Kevin sembari membanting pintu mobilnya. Setelah perdebatan dan makan yang tak bisa disebut lagi sarapan, ia akhirnya menuruti permintaan Kinan.“Kita ke mall aja, ya?” Kinan menarik sabuk pengamannya dan melirik ke arah Kevin saat mengunci sabuk itu.Dengan bibir mengerucut dan alis memaut Kevin tak menjawab. Dipikirannya pasti ia akan diajak berjalan berputar-putar tak jelas mengelilingi mall yang begitu melelahkan.Kevin dengan cepat mengendalikan mobilnya. Mereka hanya terdiam menikmati perjalanan sampai di sebuah mall yang bisa dibilang terbesar di kota ini.“Perasaanku nggak enak, nih!” sindir Kevin.Kinan memajukan bibir bawahnya tak peduli. “Bilang aja nggak ikhlas! Kalau nggak mau, tidur aja di mobil. Aku mau masuk sendiri!” ketus Kinan dengan berjalan meninggalkan Kevin di tempat parkir.Berhubung mall ini tak jauh dari
Kinan dan Kevin menoleh ke arah Keanu. Keanu pun terdiam memelankan langkah kakinya mengetahui ada mereka di meja itu. “Keanu, cepat kemari!” seru Clara. Mereka bertiga terus berpandangan, tak ada ekspresi. Clara menarik Keanu untuk duduk di sampingnya dan tepat di depan Kinan. “Ayo duduk dong!” pinta Clara dengan semringah pada Kinan dan Kevin.Mereka akhirnya menuruti permintaan Clara. Keanu terus memandangi Kinan yang tak dipungkiri semakin cantik. Kinan yang merasa diawasi sedikit menatapnya, tapi ia langsung melempar pandangannya karena takut Kevin akan curiga. Walaupun Kevin sebenarnya sudah tau dan terus mengawasi mereka.“Kalian mau makan apa?” tanya Clara memecah ketegangan ini.“Kami buru-buru!” ucap Kevin karena tak tahan dengan dentuman keras di dadanya melihat mata Keanu yang seperti tak bisa lepas dari Kinan.“Mau ke mana sih? Makan dulu lah bersama kami.” Clara menggandeng tangan K
Sudah hampir satu minggu ini mereka tak bersama. Dengan masih berpegang teguh pada ego masing-masing, tak ada rencana Kevin untuk mencari wanita yang masih menjadi istrinya itu. Namun, tak ada di benaknya juga berpikir untuk mengabulkan permintaan Kinan untuk bercerai.Laki-laki itu sebenarnya satu jam yang lalu penasaran berpura-pura pergi ke rumah mereka yang dihadiahkan oleh Papa Kevin. Seperti goresan luka di dalam dada saat mengetahui Kinan tak berada di sana. Perasaan itu berubah cemas, bagaimana jika istrinya itu benar-benar meminta berpisah? Sungguh itu adalah mimpi buruk yang menghantuinya selama ini.Usahanya memisahkan Keanu dan Kinan agar nasib pernikahannya tak seperti orangtuanya seolah sia-sia. Bagai menggenggam erat pasir, istrinya itu justru pergi meninggalkannya.“Lo kelewatan, Vin!” seru Aldo yang kini menemaninya di klub tempat biasa. Kevin mengerutkan kening dan memasang wajah masam mendengar seruan Aldo yang juga menyalahkannya.
“Apa Kevin sudah mengirim surat cerai untukmu?” Keanu masih belum yakin akan hal itu. Kinan menggelengkan kepalanya. “Apa pernikahan kalian seperti ini karena aku?” tanyanya kembali.“Bukan, Kak! Mungkin kami memang belum jodoh. Kakak nggak usah ngerasa bersalah begitu,” ucap Kinan lesu. Kinan tak mungkin berterus terang dengan kenyataan yang sebenarnya. Itu akan menyakitkan hati Keanu.Siang ini begitu terik. Selama ini ia kembali berkeliling menjajakan makanan seperti dulu. Tak mungkin juga ia mengharapkan jatah bulanan dari Kevin yang ia pikir sudah menceraikannya. Kinan mengelap peluh yang mengalir di dahinya.“Kamu sakit? Wajahmu pucat sekali, Kinan,” tanya Keanu dengan raut wajah khawatir.“Nggak, Kak! Mungkin lagi capek aja. Akhir-akhir ini aku memang sering gampang capek. Nggak tau kenapa?”“Jagalah dirimu baik-baik! Aku mengkhawatirkan keadaanmu, Kinan.” Kinan mengangg
Kevin langsung menyambar es kelapa muda dari tangan Aldo. Rasanya ia sudah tak mau berlama-lama menahan keinginan konyolnya ini. Aldo yang melihatnya pun merasa aneh.“Mana rujak buahnya? Ada?” tanyanya dengan terus menyedot minuman itu.Aldo melempar pelan rujak itu di dekat Kevin. Tanpa berpikir lama, Kevin membuka dan langsung memakannya. Aldo menggelengkan kepala. “Lo itu sakit atau kelaparan nggak mampu beli makan?” sindir Aldo.Kevin terus menikmati makanan dan minuman itu tanpa memperdulikan sindiran Aldo. Setelah habis, rasanya ia puas dan melirik ke arah temannya yang mulai bersungut itu.“Makasih, Do! Oh, iya kapan gue boleh pulang?” tanya Kevin yang merasa tubuhnya sehat kembali.“Besok,” ketus Aldo.“Lama banget!” gerutu Kevin dengan memanyunkan bibirnya.“Masak baru masuk udah keluar? Mirip kayak lo dong! Nggak tahan lama,” sindir kembali Aldo.
Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke
“Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem
“Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A
Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c
“Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.
Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.
“Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi
“Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in
“Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb