“Apa Kevin sudah mengirim surat cerai untukmu?” Keanu masih belum yakin akan hal itu. Kinan menggelengkan kepalanya. “Apa pernikahan kalian seperti ini karena aku?” tanyanya kembali.
“Bukan, Kak! Mungkin kami memang belum jodoh. Kakak nggak usah ngerasa bersalah begitu,” ucap Kinan lesu. Kinan tak mungkin berterus terang dengan kenyataan yang sebenarnya. Itu akan menyakitkan hati Keanu.
Siang ini begitu terik. Selama ini ia kembali berkeliling menjajakan makanan seperti dulu. Tak mungkin juga ia mengharapkan jatah bulanan dari Kevin yang ia pikir sudah menceraikannya. Kinan mengelap peluh yang mengalir di dahinya.
“Kamu sakit? Wajahmu pucat sekali, Kinan,” tanya Keanu dengan raut wajah khawatir.
“Nggak, Kak! Mungkin lagi capek aja. Akhir-akhir ini aku memang sering gampang capek. Nggak tau kenapa?”
“Jagalah dirimu baik-baik! Aku mengkhawatirkan keadaanmu, Kinan.” Kinan mengangg
Kevin langsung menyambar es kelapa muda dari tangan Aldo. Rasanya ia sudah tak mau berlama-lama menahan keinginan konyolnya ini. Aldo yang melihatnya pun merasa aneh.“Mana rujak buahnya? Ada?” tanyanya dengan terus menyedot minuman itu.Aldo melempar pelan rujak itu di dekat Kevin. Tanpa berpikir lama, Kevin membuka dan langsung memakannya. Aldo menggelengkan kepala. “Lo itu sakit atau kelaparan nggak mampu beli makan?” sindir Aldo.Kevin terus menikmati makanan dan minuman itu tanpa memperdulikan sindiran Aldo. Setelah habis, rasanya ia puas dan melirik ke arah temannya yang mulai bersungut itu.“Makasih, Do! Oh, iya kapan gue boleh pulang?” tanya Kevin yang merasa tubuhnya sehat kembali.“Besok,” ketus Aldo.“Lama banget!” gerutu Kevin dengan memanyunkan bibirnya.“Masak baru masuk udah keluar? Mirip kayak lo dong! Nggak tahan lama,” sindir kembali Aldo.
Esok adalah hari pernikahan Keanu dan Clara. Bertempat di salah satu gedung mewah di kota ini mereka sudah mempersiapkan segala keperluan. Sedikit demi sedikit, Keanu terus membuka hati untuk gadis yang akan dinikahinya itu. Tak mungkin juga ia memaksakan cinta untuk Kinan.Keadaan Kevin masih lemas karena sering mual dan memuntahkan apa yang ia makan jika tak sesuai dengan keinginannya. Keanu juga sudah mencoba memberi obat pada adiknya itu, nyatanya semua hanya berlaku sementara.“Kamu mau makan apa, Vin? Nanti Mama siapkan, jangan biarkan perutmu terus kamu isi hanya dengan es kelapa muda saja. Kamu juga harus makan nasi. Atau mau roti?” tanya Mamanya yang setiap hari tak lelah untuk membujuknya makan. Namun, sepertinya percuma. Hanya gelengan kepala yang diberikan Kevin.“Apa besok Kinan benar-benar datang, Ma?”“Semoga saja, ya! Apa kamu merindukannya?” goda B
Kehamilan Kinan kini sudah menginjak lima bulan. Perutnya yang semakin kelihatan membuncit tak mampu ia tutupi lagi. Saat ia berpisah dari Kevin dan memilih kembali ke rumahnya, tetangga sudah menjadikannya bahan gunjingan. Ditambah sekarang, ia hamil membuat tetangganya itu semakin betah untuk terus menyorotnya.Jika tanpa kepentingan, Kinan lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah. Ia seperti lelah pikiran dan juga hatinya untuk menghadapi pedasnya mulut mereka. Bahkan jualannya pun tak selaris dulu. Ia juga bingung harus bekerja di mana? Pekerjaan apa yang mau menerima wanita hamil sepertinya?Ia terus melamun meratapi nasibnya. “Kinan!” teriak Pak RT.Ia berjalan membuka pintu rumahnya. “Ada apa, Pak?”“Ini ada undangan makan malam dari Pak Wisnu tetangga kita yang baru itu. Beliau mengundang warga satu RT untuk datang ke rumahnya malam ini. Katanya syukura
“Kenapa kamu nggak ceraiin aku?” gertak Kinan tak terima.Kevin tergagap menjawab pertanyaan itu. Gengsi itu masih sedikit menyelimutinya. Namun, jika tidak ia lawan yang ada hidupnya akan menderita lagi jika tanpa wanita itu di sampingnya.“A-aku nggak mau nasib pernikahan kita seperti Papa dan Mama, Kinan! Lagi pula kamu kan lagi hamil!” alasannya.Kinan memalingkan wajahnya. Ia berharap permintaan maaf keluar dari mulut laki-laki yang selama ini membuatnya menderita, tapi ia tak mendengarnya sedari tadi.“Kinan, kita perbaiki lagi, ya! Kasian anak itu. Kamu emang bisa menjawab saat anak kita nanti mencari di mana Ayahnya?” rayu Kevin dengan memegang tangan Kinan. Ia berusaha melepas tangannya. Kevin melihat koper yang berada di samping Kinan. “Kamu mau pergi ke mana?”“Itu bukan urusanmu!” ketusnya.
“Mesum?” Kevin mengerutkan kening mendengar tuduhan warga. Ia masih bingung dengan maksud dari semua ini.“Halah, ngaku aja kamu, Mas! Pasti Kinan ini wanita simpananmu, ‘kan?” Para warga saling mengangguk mengiyakan.Kinan terus menggelengkan kepalanya. Lidahnya kelu, ia sangat kesulitan untuk menjelaskan semua ini. Karena Kinan juga tak membawa buku nikah mereka. Ia juga yakin Kevin tak membawanya juga. Bagaimana harus membuktikan jika mereka masih suami istri.“Aku ini suaminya Kinan!” teriak Kevin yang membuat para warga mencebikkan bibir tak percaya.“Alasan basi itu, Mas!”“Loh ... basi gimana? Kami memang suami istri.” Wajah Kevin semakin bingung.“Kinan ini sudah cerai dari suaminya!” jawab salah satu warga.“Sudah-sudah!” Pak RT mencoba mele
Ketukan pintu membuat Kevin menghentikan aktivitasnya mengeringkan rambut dengan handuk. Dengan masih bertelanjang dada dan memakai celana jeans semalam, ia bergegas membukanya. Berharap tamu yang datang bukan lah para warga yang menuduhnya tadi.“Pagi Tuan, saya mengantar koper berisi baju dan keperluan Tuan. Juga, ini kunci mobilnya.”Kevin berdehem dan mengambil kunci mobil serta menarik koper besarnya. “Makasih, sebentar aku ambil kunci mobil Mama dulu!” Ia berjalan cepat mengambil kunci mobil di kamar.“Siapa?” tanya Kinan yang keluar dari kamar mandi.“Sopir,” jawab singkat Kevin sembari terburu-buru berjalan keluar. Ia menyerahkan kunci mobil itu pada laki-laki paruh baya suruhannya.Kembali ke kamar dan melihat melihat Kinan menyisir rambutnya yang masih basah membuat Kevin tak sabar untuk memeluknya. Wangi sampo sungguh mem
“Sial!” umpat Kevin yang kini sudah membuka resleting celananya. Keinginan yang memuncak itu buyar seketika karena ketukan pintu. Dengan wajah geram merengut kesal, ia harus menghentikan semua ini.Kinan duduk dan membenahi kancing bajunya yang terbuka. Sebenarnya ia juga kecewa, rasanya sudah basah dan lembab di bawah sana, bersiap dengan penyatuan mereka tapi dihancurkan oleh tamu yang datang tak diduga.“Aku lihat dulu siapa?” Kinan berjalan keluar kamar sembari menyisir rambutnya yang berantakan dengan jari. Kevin mendengkus kesal dan masih dengan celana jeans yang resletingnya masih terbuka.Saat membuka pintu, matanya melebar sempurna. Ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Sahabat dari SMA yang ia rindukan kini ada di depan mata.“Alya!”“Kinan!”Mereka berpelukan erat seolah tak ingin terlepas. Ada Dev
“Ka-kalian?” Alya masih belum percaya dengan ini semua. Ia menujuk Kevin dan Kinan bergantian.“Sebentar ya, Al!” Kinan mengaduh karena Kevin keluar begitu saja. Ditambah lagi hanya dengan bertelanjang dada dan mengenakan celana jeans yang resletingnya masih terbuka.Ia mendorong Kevin untuk masuk dalam kamar, menutup pintu rapat dan menunjukan raut wajah kecewanya pada suaminya itu.“Kenapa kamu nggak bilang tamunya Alya? Aku kan bisa menemuinya!” Kevin berusaha membuka pintu, tapi Kinan menghadangnya.“Kamu malu dikit dong, Vin! Lihat resleting celanamu? Mana juga bajumu?” gertak Kinan dengan wajah berapi-api.“Maaf, aku lupa tadi!” Ia menarik pelan resleting celananya ke atas dan mengenakan kausnya.“Harusnya kamu tadi nggak usah keluar, akhirnya Alya tau kan kalau kita suami istri.” T
Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke
“Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem
“Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A
Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c
“Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.
Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.
“Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi
“Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in
“Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb