Jamie kesal dan marah setelah mendengar ucapan Carden. Ia tahu dirinya salah karena terlalu sering merasa penasaran dan mencampuri yang bukan urusannya.
Dulu Jamie bukan orang yang seperti itu. Ia memang anak yang ceria, sedikit cerewet dan berpendirian kuat, tetapi penakut. Jangankan untuk mencampuri urusan orang lain. Mendekati orang asing saja dirinya tak berani.
Semua bermula saat Jamie memiliki kemampuannya. Ia menjadi penasaran dengan apa yang dirinya lihat. Apakah mereka manusia, apakah mereka roh jahat, apakah mereka membahayakan dirinya dan masih banyak lagi.
Kemudian ia bertemu dengan Josh. Jamie dulu sangat membenci Josh, tetapi Josh selalu berada di sekitarnya. Jamie sangat penasaran karena Josh selalu membuat Jamie jengkel dengan mendengar pikirannya.
Sampai akhirnya, Josh juga penasaran dengan pikiran Jamie. Josh berpikir Jamie juga seorang penyihir dan diburu vampire. Josh mendekati Jamie karena ingin mencari lebih banyak tenta
Jamie hanya mengangguk. Ia tak secerewet tadi karena masih merasa malu.“Karena aku dan leluhurmu berteman baik,” ungkap Darick.“Apa?!” Jamie akhirnya buka suara. “Leluhurku?”Darick mengangguk. Dia menceritakan ratusan tahun yang lalu, dia memiliki seorang teman yang sangat baik dan mereka berpisah sementara. Setelah itu, Darick, Damien dan ayahnya menjadi vampire. Darick dan keluarganya terpaksa menjadi vampire karena seorang vampire perempuan yang jahat.Darick merasa takdir sangat jahat padanya dan keluarganya. Dia hanya ingin menjadi manusia, memiliki kekasih, kemudian menikah dan memiliki keturunan, lalu tua dan mati. Sayangnya, takdir berkata lain. Mereka seolah-olah dibekukan oleh waktu dan tetap sama selama bertahun-tahun.Ayah mereka lebih dulu musnah karena keberadaan mereka diketahui penduduk dan ayahnya berkorban demi anak-anaknya. Darick dan Damien tak memiliki siapa-siap
Jamie memandang langit-langit kamar tidurnya. Ia tak bisa tidur setelah mendengar ucapan Darick dan kelompoknya tadi. Jamie dan keluarganya sedang dalam bahaya, tetapi tak ada yang dapat dirinya lakukan. Jamie teringat pada Josh. Sayangnya, Josh juga pasti sedang kesulitan menyelamatkan William—ayah Josh. Jamie tahu keluarga dari Anna—ibunya, memiliki kemampuan supranatural yang hebat, tetapi tetap saja Jamie takut ada hal buruk menimpa mereka. Apalagi menimpa keluarganya sendiri. Jamie sendiri tak dapat mengandalkan kemampuannya. Kemampuan Jamie hanya sebatas melihat makhluk gaib dan mendapat pertanda melalui penglihatannya. Ia memang memiliki kemampuan baru—penglihatan melalui mimpi, tetapi itu masih jarang terjadi. Hanya Darick dan kelompoknya yang dapat melindungi dirinya dan keluarganya karena mereka adalah vampire. Mereka adalah satu-satunya harapan Jamie. Ia hendak memejamkan mata, tetapi teringat sesuatu. Jamie langsung menegakkan tub
Damien mendekati Jamie dan Darick yang sedang bernegosiasi. Dia tak setuju jika Jamie ingin ke Burlington karena berbahaya. Tak ada satu pun dari mereka tahu apa yang akan terjadi di Burlington. “Tidak! Minta yang lain saja.” Damien menolak dengan halus. “Kalau begitu … ponsel! Aku perlu menghubungi kedua orang tuaku … hm?” Jamie mulai merengek. Darick berpikir sejenak. Dia kesulitan menentukan keduanya. Pasalnya, Darick masih belum tahu, para vampire jahat yang memburu Jamie. Dia yakin kalau mengembalikan ponsel, Jamie tak mungkin hanya menghubungi orang tuanya. Jamie pasti akan menghubungi Josh dan itu berbahaya. Mereka semua menyalahkan Josh karena Josh yang menyebabkan Jamie diburu vampire jahat. Sedangkan, mengajak Jamie ke Burlington. Sama saja seperti menyerahkan Jamie karena niat awal para vampire jahat adalah membawa Jamie ke Burlington. Namun, Darick pasti bisa melindungi Jamie. Jamie menghela napas
Jamie masih belum terbiasa dengan peringatan dari penjaganya. Saat perasaannya tak enak, Jamie tak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tak mengambil pelajaran dari pertemuannya dengan Elena dulu karena tak tahu akan bertemu siapa dan di mana. Jika Jamie sedang sendiri mungkin dirinya memutuskan akan berbalik dan berlari, tetapi saat itu Jamie sedang berada bersama Darick dan kelompoknya. Ia pikir tak ada yang perlu dirinya takutkan. Saat Jamie terjatuh, tangannya tak sengaja menggapai lengan Carden yang berada di depannya. Carden berhenti mengoceh dan menoleh ke belakang. Zaros yang berada di belakang Jamie menangkap dan memegangi tubuh Jamie agar tak menyentuh lantai parkiran. “Jamie!” pekik Carden dan Zaros bersamaan. Darick berada di depan Jamie seperti Carden. Damien dan Talon berada di sisi kiri dan kanannya. Mereka langsung menoleh dan melihat Jamie sudah bersandar pada Zaros. Jamie tak dapat bernapas. Ia masih memegangi dadanya yang sesak
“Bakar mereka semua, Talon!” perintah Darick, “Zaros, ikut denganku!” Darick dan Zaros mencari dua penduduk yang dikepung vampire buas tadi, sedangkan Talon, membakar tubuh vampire buas untuk memusnahkannya. Darick dan Zaros yakin mereka belum jauh. Ketika mencium aroma manusia, Darick dan Zaros langsung melesat dan tiba di depan dua penduduk tadi. Darick hanya ingin berbicara pada mereka untuk menenangkan, tetapi mereka sangat ketakutan. Tubuh mereka gemetar dan sudah dibasahi keringat. Keduanya berjalan mundur menjauhi Darick dan Zaros. Darick berbicara baik-baik dengan mereka. “Tenang, kami tak bermaksud jahat.” “K-Ka-Kalian vampire,” ucap seorang penduduk terbata-bata. Zaros maju untuk menenangkan dan meyakinkan mereka. “Ya, tapi kami menolong kalian.” Zaros melihat seorang di antara mereka memegang botol air yang tutupnya sudah hampir terbuka. Ada cairan yang menetes keluar dari botol. Zaros sedi
Jamie kesal karena tak mendapat jawaban dari penjaganya. Ia memutuskan untuk menarik selimut dan tidur karena lelah.Jamie mendapat mimpi yang sangat mengerikan dan tubuhnya mulai menegang. Ia bergumam lirih dan mulai gelisah. Akhirnya Jamie terbangun.“Tidak!” Jamie memekik. Ia langsung menegakkan tubuhnya di atas ranjang.Jamie berkeringat karena mimpi yang sangat menakutkan. Ia mengusap dahinya sembari melihat ke arah jendela kayu yang tertutup. Ia yakin hari sudah pagi karena sinar matahari menyeruak masuk dari sela-sela jendela.Jamie buru-buru beringsut turun dari ranjang. Ia masih memakai pakaian tidur yang dibasahi keringat ketika menuju lantai bawah. Ia celingak-celinguk mencari Darick dan kelompoknya.Samar-samar, Jamie mendengar suara dari arah ruang makan. Ia langsung berderap masuk dengan wajah panik.“Di mana Damien??”Darick mendongak saat Jamie masuk dengan terburu-buru. Dia tersenyum pada Jamie
Josh mencari William—ayahnya, dengan mantra pembuka jalan. Josh ingat William pernah mengatakan mantra itu membukakan jalan untuk melihat kehidupan dari pemberi benda. Mantra tersebut pernah Josh gunakan untuk menemukan si laki-laki tua. Namun, tak berhasil karena si laki-laki tua sudah meninggal.Ia tak merapal menggunakan cincin karena William tak pernah memberikan cincin pada Josh. William hanya menyuruh Josh memakainya. Karena itu, jika Josh kembali merapal menggunakan cincin, Josh hanya akan melihat kehidupan si laki-laki tua yang memberikan cincin pada William.Berbeda dengan Jamie yang memang diberi cincin oleh neneknya setelah kejadian di Pittsburgh. Jadi, ketika Josh merapal mantra menggunakan cincin Jamie, hanya kehidupan nenek Jamie yang dilihatnya.Untungnya, William pernah memberikan Josh sebuah topi sebagai kado ulang tahun. Josh merapal mantra menggunakan topi tersebut. Ia melihat William dengan tangan terikat. Para vampire jahat ju
Josh berusaha menghubungi Jamie setelah pembicaraan mereka terputus, tetapi nomor tersebut tak bisa lagi dihubungi. Josh panik setelah Jamie mengatakan para vampire jahat memburu Jamie. Ia menjadi curiga mereka ingin menculik Jamie, karena itu membawa William—ayahnya, ke Burlington.“Mengapa? Mereka sudah mendapatkan Dad, tetapi masih ingin mendapatkan Jamie?” gumam Josh lirih.Ia menatap William yang sedang berbincang dengan Mike dan baru menyadari satu hal. “Dad, bagaimana caranya kau keluar?”William yang sedang berhenti berbicara dan menoleh pada Josh. Dia sedikit memiringkan kepalanya.“Entahlah … tiba-tiba mereka semua menghilang,” ungkap William.“Apa maksudmu?”William mengatakan tentang penutup kepalanya. Walaupun ditutupi dengan kain hitam, tetapi penutupnya sedikit menerawang. Dia tak bisa melihat dengan jelas mata atau gerakan bibir para vampire
Di tengah kecurigaan Jamie, dirinya teringat Darick pernah mengatakan Zaros memanipulasi pikiran seseorang di kantor pusat tempat dirinya bekerja agar melakukan perubahan pada data Jamie. Dengan begitu, Noir dan kelompoknya tak dapat menemukan keluarga Jamie. Jamie akhirnya mulai mencurigai Zaros. Ia juga berkali-kali melihat sosok Damien, Talon, Zaros, Carden, Gabriel dan Adam di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin menemuinya. Jamie menoleh pada Damien dengan tajam. “Apa kau pikir aku tak melihatmu dari jendela kamarku?!” ketusnya. “A-Aku … itu … hm, maaf, Jamie,” jawab Damien menyesal. Jamie menunjuk Talon, Zaros Carden dan Gabriel dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu Talon membersihkan apartemenku setiap datang! Aku tahu Gabriel dan Adam pernah mengunjungiku, tetapi kepergok oleh Josh, ‘kan?! Aku juga tahu Carden mengisap makhluk gaib di sekitarku! Aku tahu pasti yang membawa kalian berpindah pasti Zaros!” Talon, Zaros, Carden dan Gabriel gelagapan. “M-Maa
Adam mempersilakan mereka maju dan menghiraukan ucapannya karena dia akan bersembunyi di tempat persembunyiannya.“Apa dia minta mati kali ini?!” Darick menyeringai sadis.Darick melindungi kediaman itu dengan kekuatannya dan hanya manusia yang dapat masuk ke dalam kediaman itu. Sayangnya, Darick dan kelompoknya tak bisa membedakan aroma manusia yang satu dan lainnya. Jika manusia sudah masuk ke dalam kediaman yang Darick lindungi, tentunya manusia yang memiliki kekuatan bisa menggunakan kekuatan dalam kediaman itu.Darick juga melindungi pikiran dirinya dan kelompoknya dari kelompok lain. Oleh karena itu, hanya Darick dan kelompoknya yang bisa masuk ke dalam pikiran satu sama lain, seperti Carden yang selalu membaca pikirannya.Dan sekarang, ada manusia yang berani masuk ke dalam kediamannya bahkan memecahkan kaca kediaman itu. Tentu saja, Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang berani melakukan itu berdasarkan pengalaman.Mereka melesat mencari asal kaca pecah yang ternya
Darick berdecak kesal. “Sudah aku bilang jangan menemui Jamie lagi! Dia sudah cukup sedih sekarang!” perintahnya.“Kalau dia belum melupakan kita, dia pasti senang bertemu dengan kita, Darick!” Carden membujuk Darick.“Tetapi masalahnya tak semudah itu, Carden!” desis Darick sembari menggertakkan giginya.Zaros menunduk dan mengakui kesalahannya. “Aku tak memanipulasi pikirannya karena tak ingin Jamie melupakan kenangan bersama kita!” Zaros membela diri.“Ya, bagus itu!” jawab Adam yang tiba-tiba kembali lagi setelah selesai merajuk dan tak sengaja menguping mereka.“Masalahnya … aku memanipulasi pikiran orang lain dan membuat seolah kejadian yang Jamie alami adalah mimpi,” ungkap Zaros.Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja Zaros ungkapkan. “Apa maksudmu?” tanya Damien, Talon, Carden dan Adam bersamaan.Zaros memang mendapat perintah
“Mengapa setega itu pada Jamie, Darick?” tanya Zaros sedih.“Salah siapa?” hardik Darick.Darick melihat Zaros hanya mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu pengikutnya yang lain.“Halo, Darick,” sapa pengikutnya dari balik ponsel.“Earl, aku titipkan dia padamu,” tutur Darick.“Kau akan kembali sekarang? Kita tak jadi bertemu?” Earl sebenarnya tahu Darick datang bukan untuk menemui dirinya.“Maaf, aku harus segera kembali. Pastikan kau dan Kalen tak ketahuan olehnya, oke?” Darick memperingatkan Earl agar tak mengulang kesalahan seperti Damien dan Carden. “Dia sangat pintar mengenali vampire.”“Kau tak ingin berpamitan dulu dengannya? Aku sering melihat dia bersedih,” ungkap Earl membujuk Darick.Darick tersenyum tipis. “Tidak. Ini untuk kebaikannya juga. Penyihir itu pasti akan menja
Jamie menghela napas pasrah. Ia ingin menceritakan pada Josh yang sebenarnya terjadi. Namun, Jamie ragu sekaligus takut kalau sampai apa yang mereka katakan benar.Ia memilih menelan semua sendiri dan berusaha menganggap kejadian itu hanya mimpi, walaupun masih tak percaya itu hanya mimpi. Namun, sekeras apa pun dirinya mengelak, tak ada orang lain yang tahu kejadian itu selain dirinya, sekalipun Josh yang bersama dengannya saat kejadian.Satu yang pasti, itu bukan penglihatan karena Jamie sudah bisa membedakan mimpi biasa dan mimpi pertanda melalui penglihatan. Lagi pula, dalam penglihatan biasanya hanya kilasan kejadian yang akan terjadi dan tak sedetail yang dirinya alami.Jamie mulai menjalani aktivitasnya setelah cuti dan membiarkan kejadian itu menjadi misteri.“Jamie! Akhirnya kau kembali dari cuti!” sambut Mr Lewis.“Dasar tua bangka! Semua yang aku alami karenamu!” geram Jamie dalam hati.“Selamat pagi,
Jamie merasa sesak dan bersandar pada kursi meja makan. Lama-kelamaan tubuhnya terkulai lemas dan dirinya hampir terjatuh dari kursi. Leslie buru-buru menahan tubuh Jamie. “Ada apa, Jams? Jams! Jamie!” Jamie mendengar suara Leslie semakin lama semakin menghilang dan matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang terjadi? Apa itu benar-benar hanya mimpi?” batinnya. Leslie menampar pelan wajah Jamie. “Jams! Jamie!! Ya Tuhan, ada apa denganmu?!” Jamie terkesiap karena tamparan pelan dan suara memekakkan telinga yang berasal dari Leslie. Ia menoleh dan melihat raut wajah Leslie yang panik serta khawatir dengan dirinya. Jamie melihat Leslie sepanik itu saat dirinya hampir terjatuh dari kursi atau saat dirinya berteriak dari dalam kamarnya. Jadi, rasanya tak mungkin kalau memang dirinya baru kembali dari Roxbury setelah tak mengabari berhari-hari dan Leslie memasang raut wajah biasa saja. “Jadi, aku hanya bermimpi?” gumam Jamie lirih. “Sepertinya tid
Jamie kebingungan karena berada di dalam ruang gelap. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, kemudian menyadari tadi dirinya tak menyalakan lampu karena langsung tertidur. “Apa sekarang sudah malam? Jadi aku tidur seharian?” gumam Jamie sendiri sembari bangkit dari tidurnya. Jamie merasa lapar yang luar biasa dan perutnya mulai mengeluarkan bunyi. Ia merasa heran karena biasanya Darick atau Adam yang membangunkan dirinya. “Aneh, biasanya Darick akan mengetuk pintu untuk membangunkan aku,” gumamnya lagi. “Apa dia terlalu lelah setelah pertempuran?” Jamie mendesis seraya memiringkan kepalanya. “Tapi … dia vampire. Apa vampire bisa lelah juga?” “Aku rasa Adam masih sibuk mengurus Gabriel,” gumamnya sambil meraba dinding untuk mencari sakelar lampu dekat pintu kamar. Jamie menyalakan lampu dan matanya membulat saat melihat ruangan di sekelilingnya. Ruangan itu tak lagi berdinding kayu dan tak ada jendela kayu besar yang tertutu
Zaros merasa ngeri dengan tatapan Jamie. Dia sudah menjadi vampire ratusan tahun, tetapi baru kali itu ada manusia yang menatapnya tajam sampai dia merasa takut.Zaros berderap ke belakang Darick. “Aku hanya disuruh, Jamie.”“Iya, tetapi … apa harus pakai penyadap?” tanya Jamie tak percaya. “Itu namanya … melanggar hak privasi!”“Kami tak menaruh di kamar mandi, Jamie,” ucap Carden setelah membaca pikiran Jamie. Dia tahu Jamie panik. “Lagi pula, penyadap tak seperti kamera CCTV.”“Kami juga hanya menaruhnya di ruang terbuka.” Damien menimpali Carden untuk menenangkan Jamie.Seperti biasa dan seperti yang semua orang tahu, mereka bagai ayah dan anak. Sekalipun Carden berbohong, Damien tak akan menyentuh tangannya untuk mendeteksi kebohongan Carden. Namun, dia dan Carden sekarang memang hanya mengatakan yang sejujurnya pada Jamie.“Bagaimana caranya kal
Zaros kembali membawa Gabriel dalam keadaan selamat, tetapi kurang sehat karena Gabriel terlihat pucat. Bukan karena Gabriel menjadi vampire, melainkan kedinginan. Pasalnya, suhu di Arlington, Vermont saat itu satu derajat celcius. Baik Arlington, maupun Roxbury, keduanya merupakan kota dengan kelembaban di atas sembilan puluh dua persen. Selama awal tahun rata-rata per bulan untuk hari kering hanya tiga sampai lima hari, hari berkabut tujuh sampai sembilan hari dan sisanya hari salju. Sinar matahari muncul hanya di hari-hari tertentu tak lebih dari lima jam. “Kau baik-baik saja, Gabriel?” tanya Jamie khawatir. Darick dan Damien hampir memarahi Zaros yang selalu ceroboh dan terburu-buru. Mereka paham Zaros pasti sangat ingin membantu pertempuran mereka dengan Noir dan kelompoknya semalam, tetapi khawatir juga Gabriel terkena hipotermia. Darick dan Damien mengurungkan niat untuk memarahi Zaros karena mereka juga salah. Mereka tak menyadari Gabriel tak