Josh berusaha menghubungi Jamie setelah pembicaraan mereka terputus, tetapi nomor tersebut tak bisa lagi dihubungi. Josh panik setelah Jamie mengatakan para vampire jahat memburu Jamie. Ia menjadi curiga mereka ingin menculik Jamie, karena itu membawa William—ayahnya, ke Burlington.
“Mengapa? Mereka sudah mendapatkan Dad, tetapi masih ingin mendapatkan Jamie?” gumam Josh lirih.
Ia menatap William yang sedang berbincang dengan Mike dan baru menyadari satu hal. “Dad, bagaimana caranya kau keluar?”
William yang sedang berhenti berbicara dan menoleh pada Josh. Dia sedikit memiringkan kepalanya.
“Entahlah … tiba-tiba mereka semua menghilang,” ungkap William.
“Apa maksudmu?”
William mengatakan tentang penutup kepalanya. Walaupun ditutupi dengan kain hitam, tetapi penutupnya sedikit menerawang. Dia tak bisa melihat dengan jelas mata atau gerakan bibir para vampire
“Jamie!” Darick, Damien, Talon, Zaros dan Carden berteriak bersamaan.Mereka langsung keluar dari ruang makan. Kelimanya melihat Jamie tak jauh dari ruang makan sedang berjongkok dan berlindung dengan kedua tangannya. Darick langsung melesat ke arah Jamie.“Kau tak apa-apa, Jamie?” tanya Darick sembari membantunya berdiri.Jamie mengangguk. “Suara apa itu, Darick?” tanya Jamie seraya berbisik.Jamie gemetar dan wajahnya menjadi pucat. Ia terkejut dengan suara kaca yang pecah dan membayangkan para vampire jahat yang datang ke kediaman itu.Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang datang. Darick menyuruh Jamie ke kamar tidurnya, tetapi Jamie terlalu takut untuk melangkahkan kaki menaiki anak tangga.Akhirnya, Darick menyuruh Jamie bersembunyi di belakangnya. Damien bersama Carden berada di kanan dan kiri Darick, sedangkan Talon bersama Zaros di kanan dan kiri Jamie.Mereka berderap
“Aku percaya pada mereka. Mereka tak mengisap darah manusia, Josh,” ucap Jamie dengan yakin, “mereka hanya minum darah hewan.” Josh memejamkan mata sejenak untuk menahan emosi. “Mereka minum darah hewan karena belum bisa mencari mangsa lagi, Jams! Penduduk sedang mencari mereka!” Josh tak percaya dengan vampire setelah bertahun-tahun keluarga dan leluhurnya diburu. Di mata Josh, semua vampire sama dan dalam kelompok yang sama. Josh pernah bertemu tiga di antara mereka. Satu vampire ketika di Toronto, kemudian bertemu lagi di gedung apartemen Jamie. Dua vampire lagi dirinya temui saat berada di bandara. Ia sangat yakin, mereka kelompok yang sama dengan para vampire jahat. Mereka pasti yang mengawasi dirinya karena itu William—ayahnya, berhasil diculik. Untung saja, dirinya menemukan William di Burlington. Darick menimpali ucapan Josh. “Iya, benar. Kami memburunya.” Jamie dan Josh langsung men
Josh terjatuh di atas tumpukan pecahan kaca. Ia bangkit dari duduknya dengan bertumpu pada telapak tangan, kemudian membersihkan telapak tangannya dari pecahan kaca sembari menceritakan tentang Elena. Josh tak sadar tangannya terluka dan mengeluarkan darah.Darick dan Damien memang hanya menatap Josh dengan tatapan tak percaya. Berbeda dengan Talon, Zaros dan Carden. Mereka mulai menjadi emosi saat mencium aroma darah manusia.Bibir Zaros bergetar karena menahan diri. “D-Darick …,” panggil Zaros sembari menggertakkan gigi.Darick tak mendengar panggilan Zaros karena kepalanya dipenuhi pertanyaan seputar Elena.“Darick!!” panggil Zaros lagi dengan penuh emosi.Darick dan Damien baru tersadar setelah mendengar suara Zaros. Mereka menoleh dan melihat raut wajah Zaros yang berubah. Darick menoleh pada Talon dan Damien pada Carden. Talon, Zaros dan Carden melirik pada tangan Josh. Darick dan Damien mengikuti arah tatapan m
“Sepertinya kita kehilangan sesuatu di sini,” gumam Damien sembari menatap Jamie. Ketika Josh tahu dari William—ayahnya, keluarganya diburu oleh para vampire jahat sejak ratusan tahun lalu, dirinya pikir karena mereka penyihir. Mereka dapat menggunakan kekuatan mereka untuk membunuh vampire. Jika Jamie diburu karena para vampire jahat melihat foto Jamie dan Josh bersama, maka mereka memburu Jamie hanya untuk membalas Josh yang membunuh Elena. Namun, sekarang mereka ingin memburu Jamie dan seluruh keluarganya. Mereka jadi semakin bingung. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh para vampire jahat. Darick mengerutkan alisnya. “Jangan-jangan ada—“ “Jangan-jangan aku bersaudara denganmu, Josh,” potong Jamie. Jamie dan Josh sekarang saling bertatapan. Hanya itu satu-satunya alasan yang masuk akal. Kemungkinan besar Jamie masih keluarganya, karena itu mereka memburunya. Apalagi, Jamie memiliki kemampuan supran
Josh juga tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepala sembari berpikir.Apa kekuatanku cukup untuk melawan mereka semua?Carden tersenyum kecil setelah membaca pikiran Josh. “Aku rasa tidak.”Josh tak berkata apa-apa hanya langsung melirik Carden dengan tajam, tetapi Carden justru memalingkan wajahnya.Setelah perbincangan panjang mereka di ruang keluarga, Jamie dan Josh pindah ke kamar Jamie. Keduanya membicarakan tentang William—ayahnya. Awalnya, Jamie pikir Josh sengaja datang jauh-jauh ke Burlington untuk dirinya, ternyata para vampire jahat menipu Josh dan membawa William ke Burlington.Josh juga menceritakan pada Jamie bagaimana William berhasil melarikan diri dari kediaman para vampire jahat. Ia sempat menanyakan pada William letak kediaman para vampire sepulang mencari Jamie di Shelburne, tetapi William lupa karena dia hanya berjalan tanpa tujuan sampai tiba di Church Street.Jamie
Kilas Balik: Noir dan kelompoknya.Ketika Noir dan kelompoknya membawa William—ayah Josh, ke kediaman mereka di Seattle. Diam-diam, Noir meninggalkan Armand untuk mengawasi anak si penyihir.Armand mengikutinya dan dia menuju San Francisco. Setibanya di San Francisco, anak si penyihir menuju sebuah apartemen. Armand hanya berada di dalam mobil, tetapi dia melacak pikirannya dan mengetahui anak si penyihir menemui kakaknya. Tentu saja, Armand langsung mengadu pada Noir.Noir sudah memiliki rencana. Dia mengirim Jareth ke San Francisco malam itu juga.Jareth menuju San Francisco dengan mobil dan tiba keesokan harinya. Dia mendatangi alamat yang Armand berikan. Ternyata alamat tersebut membawanya ke sebuah bank. Dia memarkir mobil di dekat bank dan melihat kedua anak penyihir.Jareth tak menyangka kedua anak penyihir menemui seorang perempuan. Dia mengenali perempuan itu karena wajahnya berada di dalam foto bersama anak su
Thana menoleh pada Noir dengan raut wajah penuh keterkejutan dan ketakutan. Dia langsung mengakhiri sambungan ponselnya. “Ada apa, Thana?” tanya Noir penasaran. “Hm, Noir … sepertinya vampire vegetarian membawa kekasih dari anak si penyihir,” ungkap Thana sedikit takut. “Apa?!” pekik Noir. “Tenanglah, Noir!” “Bagaimana aku bisa tenang, Thana!” Noir memukul setir mobil dengan membabi buta dan membuat Thana ketakutan. “Aku sudah mencarinya ratusan tahun!” Noir merasa sangat marah dan menyesal menuruti ide Thana. Padahal, dia hanya tinggal membunuhnya saja saat di San Francisco dan sekarang harus kehilangan kekasih dari anak sulung si penyihir di Burlington. Yang membuatnya lebih murka adalah dia kehilangan karena Darick dan kelompoknya. Mata Noir berubah menjadi merah membara. Memang ide Thana ingin menyiksa anak sulung si penyihir lebih dulu. Dia menyarankan agar membawa kekasih dari anak sulung si penyihir seja
Masa kini. Jamie terbangun dari tidurnya. Ia yakin tadi dirinya sedang mengunjungi orang tuanya di Toronto. Ia disuruh oleh Anna—ibunya, untuk beristirahat. Jamie berderap ke kamarnya dan tidur di atas ranjangnya. Namun, sekarang Jamie terbangun di sebuah ruangan yang asing. “Apa yang terjadi?” tanya Jamie sendiri. Jamie merasa dirinya sudah pernah mengalami hal yang sama. Ia menuju pintu, tetapi pintu tersebut terkunci rapat. Ia juga melihat sebuah jendela kaca yang ditutupi dengan lemari besar. Ia mengintip dari belakang lemari dan mengetahui di luar masih gelap karena malam hari. Jamie tak peduli jika masih malam hari karena harus melarikan diri. Ia berusaha mendorong lemari tersebut, tetapi dirinya terlalu kecil dan kurus. Lemari bahkan tak bergeser satu sentimeter pun. Ia memanggil penjaganya dalam hati sembari mendorong lemari, tetapi tiba-tiba ada suara seseorang membuka kunci pintu. “Kau sudah bangun rup
Di tengah kecurigaan Jamie, dirinya teringat Darick pernah mengatakan Zaros memanipulasi pikiran seseorang di kantor pusat tempat dirinya bekerja agar melakukan perubahan pada data Jamie. Dengan begitu, Noir dan kelompoknya tak dapat menemukan keluarga Jamie. Jamie akhirnya mulai mencurigai Zaros. Ia juga berkali-kali melihat sosok Damien, Talon, Zaros, Carden, Gabriel dan Adam di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin menemuinya. Jamie menoleh pada Damien dengan tajam. “Apa kau pikir aku tak melihatmu dari jendela kamarku?!” ketusnya. “A-Aku … itu … hm, maaf, Jamie,” jawab Damien menyesal. Jamie menunjuk Talon, Zaros Carden dan Gabriel dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu Talon membersihkan apartemenku setiap datang! Aku tahu Gabriel dan Adam pernah mengunjungiku, tetapi kepergok oleh Josh, ‘kan?! Aku juga tahu Carden mengisap makhluk gaib di sekitarku! Aku tahu pasti yang membawa kalian berpindah pasti Zaros!” Talon, Zaros, Carden dan Gabriel gelagapan. “M-Maa
Adam mempersilakan mereka maju dan menghiraukan ucapannya karena dia akan bersembunyi di tempat persembunyiannya.“Apa dia minta mati kali ini?!” Darick menyeringai sadis.Darick melindungi kediaman itu dengan kekuatannya dan hanya manusia yang dapat masuk ke dalam kediaman itu. Sayangnya, Darick dan kelompoknya tak bisa membedakan aroma manusia yang satu dan lainnya. Jika manusia sudah masuk ke dalam kediaman yang Darick lindungi, tentunya manusia yang memiliki kekuatan bisa menggunakan kekuatan dalam kediaman itu.Darick juga melindungi pikiran dirinya dan kelompoknya dari kelompok lain. Oleh karena itu, hanya Darick dan kelompoknya yang bisa masuk ke dalam pikiran satu sama lain, seperti Carden yang selalu membaca pikirannya.Dan sekarang, ada manusia yang berani masuk ke dalam kediamannya bahkan memecahkan kaca kediaman itu. Tentu saja, Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang berani melakukan itu berdasarkan pengalaman.Mereka melesat mencari asal kaca pecah yang ternya
Darick berdecak kesal. “Sudah aku bilang jangan menemui Jamie lagi! Dia sudah cukup sedih sekarang!” perintahnya.“Kalau dia belum melupakan kita, dia pasti senang bertemu dengan kita, Darick!” Carden membujuk Darick.“Tetapi masalahnya tak semudah itu, Carden!” desis Darick sembari menggertakkan giginya.Zaros menunduk dan mengakui kesalahannya. “Aku tak memanipulasi pikirannya karena tak ingin Jamie melupakan kenangan bersama kita!” Zaros membela diri.“Ya, bagus itu!” jawab Adam yang tiba-tiba kembali lagi setelah selesai merajuk dan tak sengaja menguping mereka.“Masalahnya … aku memanipulasi pikiran orang lain dan membuat seolah kejadian yang Jamie alami adalah mimpi,” ungkap Zaros.Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja Zaros ungkapkan. “Apa maksudmu?” tanya Damien, Talon, Carden dan Adam bersamaan.Zaros memang mendapat perintah
“Mengapa setega itu pada Jamie, Darick?” tanya Zaros sedih.“Salah siapa?” hardik Darick.Darick melihat Zaros hanya mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu pengikutnya yang lain.“Halo, Darick,” sapa pengikutnya dari balik ponsel.“Earl, aku titipkan dia padamu,” tutur Darick.“Kau akan kembali sekarang? Kita tak jadi bertemu?” Earl sebenarnya tahu Darick datang bukan untuk menemui dirinya.“Maaf, aku harus segera kembali. Pastikan kau dan Kalen tak ketahuan olehnya, oke?” Darick memperingatkan Earl agar tak mengulang kesalahan seperti Damien dan Carden. “Dia sangat pintar mengenali vampire.”“Kau tak ingin berpamitan dulu dengannya? Aku sering melihat dia bersedih,” ungkap Earl membujuk Darick.Darick tersenyum tipis. “Tidak. Ini untuk kebaikannya juga. Penyihir itu pasti akan menja
Jamie menghela napas pasrah. Ia ingin menceritakan pada Josh yang sebenarnya terjadi. Namun, Jamie ragu sekaligus takut kalau sampai apa yang mereka katakan benar.Ia memilih menelan semua sendiri dan berusaha menganggap kejadian itu hanya mimpi, walaupun masih tak percaya itu hanya mimpi. Namun, sekeras apa pun dirinya mengelak, tak ada orang lain yang tahu kejadian itu selain dirinya, sekalipun Josh yang bersama dengannya saat kejadian.Satu yang pasti, itu bukan penglihatan karena Jamie sudah bisa membedakan mimpi biasa dan mimpi pertanda melalui penglihatan. Lagi pula, dalam penglihatan biasanya hanya kilasan kejadian yang akan terjadi dan tak sedetail yang dirinya alami.Jamie mulai menjalani aktivitasnya setelah cuti dan membiarkan kejadian itu menjadi misteri.“Jamie! Akhirnya kau kembali dari cuti!” sambut Mr Lewis.“Dasar tua bangka! Semua yang aku alami karenamu!” geram Jamie dalam hati.“Selamat pagi,
Jamie merasa sesak dan bersandar pada kursi meja makan. Lama-kelamaan tubuhnya terkulai lemas dan dirinya hampir terjatuh dari kursi. Leslie buru-buru menahan tubuh Jamie. “Ada apa, Jams? Jams! Jamie!” Jamie mendengar suara Leslie semakin lama semakin menghilang dan matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang terjadi? Apa itu benar-benar hanya mimpi?” batinnya. Leslie menampar pelan wajah Jamie. “Jams! Jamie!! Ya Tuhan, ada apa denganmu?!” Jamie terkesiap karena tamparan pelan dan suara memekakkan telinga yang berasal dari Leslie. Ia menoleh dan melihat raut wajah Leslie yang panik serta khawatir dengan dirinya. Jamie melihat Leslie sepanik itu saat dirinya hampir terjatuh dari kursi atau saat dirinya berteriak dari dalam kamarnya. Jadi, rasanya tak mungkin kalau memang dirinya baru kembali dari Roxbury setelah tak mengabari berhari-hari dan Leslie memasang raut wajah biasa saja. “Jadi, aku hanya bermimpi?” gumam Jamie lirih. “Sepertinya tid
Jamie kebingungan karena berada di dalam ruang gelap. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, kemudian menyadari tadi dirinya tak menyalakan lampu karena langsung tertidur. “Apa sekarang sudah malam? Jadi aku tidur seharian?” gumam Jamie sendiri sembari bangkit dari tidurnya. Jamie merasa lapar yang luar biasa dan perutnya mulai mengeluarkan bunyi. Ia merasa heran karena biasanya Darick atau Adam yang membangunkan dirinya. “Aneh, biasanya Darick akan mengetuk pintu untuk membangunkan aku,” gumamnya lagi. “Apa dia terlalu lelah setelah pertempuran?” Jamie mendesis seraya memiringkan kepalanya. “Tapi … dia vampire. Apa vampire bisa lelah juga?” “Aku rasa Adam masih sibuk mengurus Gabriel,” gumamnya sambil meraba dinding untuk mencari sakelar lampu dekat pintu kamar. Jamie menyalakan lampu dan matanya membulat saat melihat ruangan di sekelilingnya. Ruangan itu tak lagi berdinding kayu dan tak ada jendela kayu besar yang tertutu
Zaros merasa ngeri dengan tatapan Jamie. Dia sudah menjadi vampire ratusan tahun, tetapi baru kali itu ada manusia yang menatapnya tajam sampai dia merasa takut.Zaros berderap ke belakang Darick. “Aku hanya disuruh, Jamie.”“Iya, tetapi … apa harus pakai penyadap?” tanya Jamie tak percaya. “Itu namanya … melanggar hak privasi!”“Kami tak menaruh di kamar mandi, Jamie,” ucap Carden setelah membaca pikiran Jamie. Dia tahu Jamie panik. “Lagi pula, penyadap tak seperti kamera CCTV.”“Kami juga hanya menaruhnya di ruang terbuka.” Damien menimpali Carden untuk menenangkan Jamie.Seperti biasa dan seperti yang semua orang tahu, mereka bagai ayah dan anak. Sekalipun Carden berbohong, Damien tak akan menyentuh tangannya untuk mendeteksi kebohongan Carden. Namun, dia dan Carden sekarang memang hanya mengatakan yang sejujurnya pada Jamie.“Bagaimana caranya kal
Zaros kembali membawa Gabriel dalam keadaan selamat, tetapi kurang sehat karena Gabriel terlihat pucat. Bukan karena Gabriel menjadi vampire, melainkan kedinginan. Pasalnya, suhu di Arlington, Vermont saat itu satu derajat celcius. Baik Arlington, maupun Roxbury, keduanya merupakan kota dengan kelembaban di atas sembilan puluh dua persen. Selama awal tahun rata-rata per bulan untuk hari kering hanya tiga sampai lima hari, hari berkabut tujuh sampai sembilan hari dan sisanya hari salju. Sinar matahari muncul hanya di hari-hari tertentu tak lebih dari lima jam. “Kau baik-baik saja, Gabriel?” tanya Jamie khawatir. Darick dan Damien hampir memarahi Zaros yang selalu ceroboh dan terburu-buru. Mereka paham Zaros pasti sangat ingin membantu pertempuran mereka dengan Noir dan kelompoknya semalam, tetapi khawatir juga Gabriel terkena hipotermia. Darick dan Damien mengurungkan niat untuk memarahi Zaros karena mereka juga salah. Mereka tak menyadari Gabriel tak