Aisyah mengunci pintu rumah, tak lupa menyimpannya di dalam tas. Duduk termenung sembari menunggu ojek online yang telah di pesannya beberapa menit yang lalu.Sudah hampir lima belas menit dia menunggu, namun posisi ojek masih sama, belum ada pergerakan. Itu tandanya ojek masih setia di tempatnya.KriiiinggKriiiinggPonsel Aisyah menjerit-jerit, tanpa menunggu lama Aisyah menggeser ke atas tombol hijau yang tertera di layar ponsel."Sampai mana Pak?" tanya Aisyah dengan suara sedikit meninggi."Maaf Mbak, dicancel saja ya, ban sepeda motor saya bocor terkena paku. Ini baru mencari bengkel mbak." jawab ojek dengan suara serak, merasa bersalah karena harus mengecewakan pelanggan. Meski ini buka sepenuhnya kesalahannya,semua murni musibah."Aduh, ya sudah kalau begitu." dengan raut kecewa Aisyah mematikan sambungan telepon. Membatalkan pesanan dari aplikasi online.Aisyah kembali mengotak atik benda pipih miliknya. Memesan kembali ojek online. Tapi belum ada juga yang menerima orderann
Bella mulai membicarakan pokok-pokok kerjasama yang akan dilakukan dengan Putra. Dengan seksama Aisyah memperhatikan. Berbeda dengan Putra yang lebih fokus memperhatikan wanita yang ada di hadapannya.Putra terdiam, bukan mendengarkan ucapan Bella tapi justru memikirkan cara meminta maaf dan merebut hati Aisyah kembali. Bagi Putra Aisyah lebih penting dari meeting saat ini."Apakah ada pertanyaan Pak Putra mengenai kerja sama kita yang baru?" tanya Bella.Netra Putra berputar-putar, kebingungan mau menjawab apa? Bagaimana dia bisa menjawab sedang yang dibicarakan saja dia tidak tahu menahu."Tidak Bu Bella, saya sangat setuju dengan apa yang ada ucapkan barusan."ucap Putra lantang.Walau di dalam hatinya ada keraguan, tapi Putra malu memperlihatkannya di hadapan Aisyah."Baiklah kalau begitu, meeting hari ini selesai. Untuk kontrak kerja samanya akan di berikan Aisyah besok Pak." ucap Bella menutup meeting pagi ini."Baik Bu." ucap Putra.Aisyah berjalan perlahan meninggalkan ruang me
"Mbak Tiara Aisyah ya?" tanya driver taxi online yang kupesan."Iya Pak," ku buka pintu belakang mobil, perlahan ku jatuhkan bobot di kursi penumpang "sesuai aplikasi ya Pak.""Baik Mbak."Sang driver mulai melajukan mobil, meninggalkan restoran berserta Putra. Tanpa bisa di tahan bulir bening mengalir begitu saja. Dada terasa sesak kalau mengingat tingkah Putra dan Mas Adam.Apakah lelaki sama saja? Hanya memikirkan ego dan keinginannya saja. Tak pernahkan mereka merasakan apa yang kaum hawa rasakan?Samar-samar terdengar suara adzan magrib. Teringat ayah yang selalu mengingatkanku agar shalat tepat waktu. Selalu ingat pada Sang Pencipta."Ayah..." lirihku sambil terisak. Aku merasa tak bisa menjalankan amanat terakhir yang beliau ucapkan padaku."Jadilah istri yang sholehah nak." ucapnya kala itu sebelum ijab qabul dilaksanakan.Maafkan anakmu ini yah.Maafkan Aisyah yang tak bisa menjadi istri sholehah."Sudah sampai Mbak."ucap Pak driver menyadarkanku dari lamunan."Terima kasih P
Allahu AkbarAllahu AkbarSamar-samar terdengar adzan subuh berkumandang.Mengerjapkan mata yang masih terasa lengket. Perlahan menggerakkan badan yang kian berat. Sungguh nikmat rasanya mengandung anak kembar.Dengan langkat tertatih menuju kamar mandi untuk berwudhu. Dan segera melaksanakan ibadah wajib dua rakaat.TingSatu pesan masuk di aplikasi berwarna hijau Segera ku baca.[Mau sarapan apa bumilku?]Senyum mengembang saat membaca pesan dari Daniel. Entah mengapa apa yang dia lakukan selalu membuatku bahagia. Karena dia aku bisa sedikit melupakan pahitnya hidupku.[Bubur ayam enak kali Dan]Tak butuh waktu lama pesanku sudah dibaca olehnya.[Asiiiaappp...][Di kirim ke butik aja ya Ais, gak enak sama tetangga julid kamu.]Alhamdulillah, lega rasanya membaca pesan dari Daniel. Untunglah dia mengerti situasiku saat ini."Assalamu'alaikum..."ucapku mendekati Daniel yang sudah menunggu di depan butik."Waalaikumsalam bumilku." jawabannya membuat wajahku bersemu merah."Kenapa tidak
Berjalan perlahan, hingga mata ini memanas melihat sepasang suami istri di depannya. Dada kembali sesak saat melihat mereka. Ingin balik badan, tapi mereka sudah terlanjur melihat keberadaanku. Bagaimana ini?"Aisyah..." ucap Jesica sambil meletakkan pakaian bayi berwarna pink di tempatnya.Jesica mulai mendekat, sedang Mas Adam hanya diam mematung sambil terus memindaiku dari atas ke bawah. Apa yang salah dengan penampilanku?"Bagaimana kabarmu Ais?" tanyanya ramah."Baik, seperti yang kamu lihat sekarang."jawabku datar."Alhamdulillah, mau membeli perlengkapan bayi ya?""Iya."Apakah Jesica sudah hamil? tapi perutnya masih terlihat datar. Mungkin usia kehamilannya baru beberapa minggu saja, jadi belum terlihat. Ah, itu bukan urusanku lagi. Tidak penting memikirkan orang yang tidak memperdulikan orang lain."Kamu sendirian Ais? Kasihan ya." ucap Mas Adam mengejek.Astagfirullah...Aku beristighfar dalam hati. Ya Allah, kenapa ada lelaki seperti itu? Sudah tak mau mengakui buah hatiny
Tok ... Tok ... Tok....Segera ku sambar hijab dan memakainya. Berjalan perlahan untuk membuka pintu. Perut yang semakin membesar membuat langkahku seperti siput.Senyum mengembang Daniel saat pintu telah ku buka. Tanpa dikomando Daniel duduk di kursi yang ada di teras. Ya, memang disinilah kursi kebesaran Daniel saat bertamu ke rumahku. Akan menimbulkan fitnah jika Daniel masuk ke dalam rumah."Kamu duduk, akan aku ambilkan piring beserta sendok dan gelasnya." ucap Daniel ketika aku putar badan."Tapi Dan,""Gak usah protes, bumilku gak boleh capek bukan?" Daniel melangkah menuju dapur yang letaknya di belakang.Duduk berjejer dengan sekat meja kecil diantara kursi. Dengan cepat Daniel membuka bungkus sate dan meletakkannya di piring. Jeruk hangat juga sudah berpindah tempat. Selalu Daniel melakukan itu, membuatku merasakan kenyamanan saat bersamanya."Di makan sayang, jangan cuman dilihatin." lagi pipi memerah karena ucapannya.Ku alihkan pandangan ke lontong dan sate, Pura-pura mul
Aisyah berjalan tertatih masuk ke dalam masjid. Sesekali tangannya mengelus perut yang terasa mulas.Dia merasakan mulas seperti ingin buang air besar, padahal sudah tadi pagi dia mengeluarkan isi perutnya."Kamu kenapa Ais?" tanya Bella sedikit khawatir melihat wajah calon adik iparnya yang sedikit pucat."Gak apa-apa mbak, sedikit mulas karena tadi pagi terlalu banyak makan sambal." terang Aisyah sedikit menghilangkan khawatir Bella."Apa mungkin sudah waktunya melahirkan?" gumam Bella dalam hati."Kalau mulasnya terasa lebih sering bilang mbak ya Ais, jangan di tahan." nasihat Bella."Iya mbak. Makasih sudah perduli dengan keadaanku." tanpa terasa bulir bening mengalir dari sudut netranya. Aisyah merasa terharu melihat kebaikan dan ketulusan yang diberikan Bella kepadanya. Dia merasa memiliki seorang kakak yang sangat memperdulikannya."Sudah jangan menangis, Daniel sudah menunggu di dalam." dengan lembut Bella menghapus air mata Aisyah. Bella tak ingin melihat Aisyah menangis di ha
Aisyah duduk di kursi belakang menutup mata karena menahan sakit, tangannya tak henti mengelus perut yang membukit."Sabar sayang, kita akan berjuang bersama, kalian pasti kuat." gumamnya sambil mengelus-elus perut.Berkali-kali Daniel melirik cintanya dari balik kaca spion. Melihat Aisyah memejamkan mata menahan rasa sakit membuat hatinya takut tak menentu."Ya Allah beri kemudahan Aisyah saat melahirkan buah hati kami." doanya dalam hati.Dengan kecepatan sedang Daniel melajukan mobil. Beberapa kali bunyi klakson keluar dari kendaraan roda empatnya.Membuat pendengaran lain menggerutu kesal. Tapi Daniel tak memperdulikannya, yang dia tahu Aisyah harus segera tiba di rumah sakit.Mobil sport berwarna merah berhenti sembarangan di halaman rumah sakit. Tertatih Daniel membopong tubuh Aisyah masuk ke ruang IGD. Menidurkannya perlahan di atas brankar."Istri saya mau melahirkan Sus."teriak Daniel. Bahkan lelaki berkulit putih itu tak menyadari jika dia salah menyebut Aisyah dengan sebutan