Begitu melihatku, ekspresi Joel yang tadinya tenang langsung berubah menjadi tegang. Dia berjalan cepat menuju ke arahku dan ketika melihat luka-luka di tubuhku, ada emosi samar yang muncul di matanya.“Apa yang terjadi? Kok kamu bisa keluar sendirian dari gunung?”Aku hanya bisa menjelaskan kejadian yang terjadi. Setelah mendengarnya, dia hanya menghela napas panjang.“Tak ada malapetaka yang tak mendatangkan berkah. Ayo, kita pergi bersihkan lukamu dulu.”“Iya.”Tadinya aku mengira dia akan memapahku berjalan, tapi ternyata dia malah menggendongku, membawaku ke mobil yang terparkir di kaki gunung.Aku bersandar di pelukannya, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan bertenaga. Tanpa sadar, pipiku memerah.Aku merasa agak malu dan berkata, “Kak Joel, turunkan aku saja, aku bisa berjalan sendiri ….”Namun, Joel malah menggendongku lebih erat.“Ada banyak rumput liar, kakimu bisa tambah terluka.”Akhirnya, aku hanya bisa menyerah, membiarkan dia membawaku sampai ke mobil dan meletak
Namun, Paula yang di belakangnya tanpa sengaja melirik ke arah Joel yang berdiri di belakangku, lalu dia langsung berdiri di depan Steve dan mulai bicara,“Silvia, Joel yang menyelamatkanmu?”“Lalu bagaimana caranya kamu bisa selamat dari ketinggian sepuluh ribu meter? Kok bisa kebetulan sekali ketemu Joel? Jangan-jangan kalian berdua memang sudah berkomplot dari awal?”Apa maksudnya? Dia mengira aku yang merencanakan ini semua?“Lagipula, kamu juga tahu Joel dan Steve sedang bersaing memperebutkan warisan keluarga. Lalu kamu malah kebetulan keluar dari hutan bersama dia.”“Silvia, kamu berani bilang semua ini nggak ada hubungan denganmu?”Aku menarik napas panjang, lalu kembali menatap Paula. Di kehidupan sebelumnya, meski akhirnya dia mati hingga tak bersisa, aku tetap merasa bersalah padanya.Padahal, meskipun dia hanya lebih muda beberapa bulan dariku, aku selalu menganggapnya seperti adik kandung sendiri.Namun sekarang, sepertinya dia tak pernah benar-benar menganggapku sebagai k
Saat keluar dari kantor polisi, hari pun sudah malam.Aku menggandeng tangan Joel, perlahan berjalan keluar dari gerbang.Baru saja hendak naik mobil Joel, Steve yang berdiri di samping tiba-tiba buka suara,“Silvia, orang tuamu sudah tahu soal kejadian hari ini. Mereka sangat khawatir padamu. Mereka ada di rumahmu sekarang, kamu nggak mau pulang dan melihat mereka sebentar?”Mendengar itu, aku merasa konyol.Katanya sangat khawatir, tapi tak datang menjengukku, tak juga menelepon untuk tanya kabarku, melainkan hanya duduk manis di rumah menunggu aku pulang. Wah, benar-benar khawatir sekali.Lagipula ….Mereka juga sudah menemukan cinta sejati masing-masing. Kalau bukan karena dulu sudah sepakat soal warisan untukku, mungkin aku bahkan tak bakal kebagian harta apapun.Entah kenapa, mengingat masa kecilku, aku malah tertawa pahit.Dulu, aku tak paham kenapa mereka bercerai, kenapa mereka tak mau bertemu denganku.Makanya, demi bisa bertemu mereka, aku berusaha keras belajar, hanya supay
Begitu turun dari mobil dan membuka pintu rumah, aku langsung melihat kedua orang tuaku duduk di masing-masing ujung sofa.Tak satupun dari mereka yang bicara, malah sebaliknya suasana terasa tegang dan penuh tekanan.Baru saja aku duduk di sofa, ayahku langsung berdiri dan mulai memarahiku.“Kamu sudah sebesar ini, kenapa masih bertindak semaunya! Kamu tahu nggak, hari ini aku sampai batalkan jamuan bisnis senilai puluhan miliar untuk menunggumu!”“Dan satu lagi, sejak kapan kamu bisa menyetir pesawat? Kok aku nggak pernah tahu?!”Saking kesalnya, ayahku sampai menepuk meja dan menunjukku sambil berteriak marah.“Paula hanya tanya kamu beberapa hal di kantor polisi, kamu malah mengancamnya! Mana ada sikap seorang kakak seperti itu?!”“Lalu apa hubunganmu dengan Joel? Jangan lupa ….”Belum sempat ayahku menyelesaikan kalimatnya, ibuku sudah mengambil vas bunga di meja dan melemparkannya ke arahku.“Joni! Apa maksudmu?!”“Demi anak haram, berani-beraninya kamu memarahi Silvia! Kamu suda
Aku tak menyangka Steve akan mengejar sampai keluar.“Silvia, aku bisa jelasin alasan kenapa aku melakukan semua itu ….”Aku langsung membalikkan badan dan masuk ke mobil Joel. Setelah jendela mobil diturunkan, aku menatapnya dengan tatapan mengejek.“Kalau kamu menyesalinya dulu, seharusnya kamu lebih menghargainya sekarang, ‘kan?”Usai aku bicara, jendela pelan-pelan dinaikkan kembali. Joel menggenggam tanganku dan berkata, “Nggak perlu bicara panjang lebar dengan dia. Dia nggak pantas.”“Hm, iya benar juga.”Jawabku sambil membalas genggamannya.Aku dan Joel menghabiskan sepanjang hati bersama di rumahnya. Keesokan paginya, aku mulai bersiap-siap untuk berangkat kerja.Di kehidupan sebelumnya, meskipun aku berhasil mendarat dengan selamat, aku tetap syok berat dan gagal mendapatkan proyek di Kota A.Karena tak ada saingan, akhirnya Steve memenangkan proyek itu dan nilai kekayaannya berlipat ganda.Itu sudah cukup jadi bukti bahwa proyek ini benar-benar luar biasa dan tentu saja, ak
Saat aku sadar diriku telah terlahir kembali, pesawat sudah mulai berguncang hebat.Di sampingku, para kru sedang membagikan parasut, tapi ketika sampai ke aku dan Paula, mereka menemukan salah satu parasut rusak.Setelah beberapa saat ragu, akhirnya Steve menyerahkan parasut terakhir itu padaku.“Silvia, parasut ini untukmu.”Melihat ekspresi penuh rasa sakit di wajah Steve saat memberikan parasut itu padaku, aku justru mundur selangkah dan menolak dengan tegas.“Nggak perlu.”“Steve, selamatkan Paula dulu saja.”Kali ini, aku tak ingin memikul nyawa orang lain. Aku ingin hidup demi diriku sendiri!Mendengar itu, Steve langsung menghela napas lega.Dia menatapku dalam-dalam, lalu kerutan di dahinya pun perlahan mengendur, bahkan suaranya terdengar agak senang.Tanpa banyak pikir, dia langsung menarik Paula ke sisinya dan mengenakan parasut terakhir itu ke badannya.“Silvia, kamu itu tunanganku, seharusnya aku menyelamatkanmu dulu. Tapi, karena kamu sendiri yang memintaku menyelamatka
Aku tak menyangka Steve akan mengejar sampai keluar.“Silvia, aku bisa jelasin alasan kenapa aku melakukan semua itu ….”Aku langsung membalikkan badan dan masuk ke mobil Joel. Setelah jendela mobil diturunkan, aku menatapnya dengan tatapan mengejek.“Kalau kamu menyesalinya dulu, seharusnya kamu lebih menghargainya sekarang, ‘kan?”Usai aku bicara, jendela pelan-pelan dinaikkan kembali. Joel menggenggam tanganku dan berkata, “Nggak perlu bicara panjang lebar dengan dia. Dia nggak pantas.”“Hm, iya benar juga.”Jawabku sambil membalas genggamannya.Aku dan Joel menghabiskan sepanjang hati bersama di rumahnya. Keesokan paginya, aku mulai bersiap-siap untuk berangkat kerja.Di kehidupan sebelumnya, meskipun aku berhasil mendarat dengan selamat, aku tetap syok berat dan gagal mendapatkan proyek di Kota A.Karena tak ada saingan, akhirnya Steve memenangkan proyek itu dan nilai kekayaannya berlipat ganda.Itu sudah cukup jadi bukti bahwa proyek ini benar-benar luar biasa dan tentu saja, ak
Begitu turun dari mobil dan membuka pintu rumah, aku langsung melihat kedua orang tuaku duduk di masing-masing ujung sofa.Tak satupun dari mereka yang bicara, malah sebaliknya suasana terasa tegang dan penuh tekanan.Baru saja aku duduk di sofa, ayahku langsung berdiri dan mulai memarahiku.“Kamu sudah sebesar ini, kenapa masih bertindak semaunya! Kamu tahu nggak, hari ini aku sampai batalkan jamuan bisnis senilai puluhan miliar untuk menunggumu!”“Dan satu lagi, sejak kapan kamu bisa menyetir pesawat? Kok aku nggak pernah tahu?!”Saking kesalnya, ayahku sampai menepuk meja dan menunjukku sambil berteriak marah.“Paula hanya tanya kamu beberapa hal di kantor polisi, kamu malah mengancamnya! Mana ada sikap seorang kakak seperti itu?!”“Lalu apa hubunganmu dengan Joel? Jangan lupa ….”Belum sempat ayahku menyelesaikan kalimatnya, ibuku sudah mengambil vas bunga di meja dan melemparkannya ke arahku.“Joni! Apa maksudmu?!”“Demi anak haram, berani-beraninya kamu memarahi Silvia! Kamu suda
Saat keluar dari kantor polisi, hari pun sudah malam.Aku menggandeng tangan Joel, perlahan berjalan keluar dari gerbang.Baru saja hendak naik mobil Joel, Steve yang berdiri di samping tiba-tiba buka suara,“Silvia, orang tuamu sudah tahu soal kejadian hari ini. Mereka sangat khawatir padamu. Mereka ada di rumahmu sekarang, kamu nggak mau pulang dan melihat mereka sebentar?”Mendengar itu, aku merasa konyol.Katanya sangat khawatir, tapi tak datang menjengukku, tak juga menelepon untuk tanya kabarku, melainkan hanya duduk manis di rumah menunggu aku pulang. Wah, benar-benar khawatir sekali.Lagipula ….Mereka juga sudah menemukan cinta sejati masing-masing. Kalau bukan karena dulu sudah sepakat soal warisan untukku, mungkin aku bahkan tak bakal kebagian harta apapun.Entah kenapa, mengingat masa kecilku, aku malah tertawa pahit.Dulu, aku tak paham kenapa mereka bercerai, kenapa mereka tak mau bertemu denganku.Makanya, demi bisa bertemu mereka, aku berusaha keras belajar, hanya supay
Namun, Paula yang di belakangnya tanpa sengaja melirik ke arah Joel yang berdiri di belakangku, lalu dia langsung berdiri di depan Steve dan mulai bicara,“Silvia, Joel yang menyelamatkanmu?”“Lalu bagaimana caranya kamu bisa selamat dari ketinggian sepuluh ribu meter? Kok bisa kebetulan sekali ketemu Joel? Jangan-jangan kalian berdua memang sudah berkomplot dari awal?”Apa maksudnya? Dia mengira aku yang merencanakan ini semua?“Lagipula, kamu juga tahu Joel dan Steve sedang bersaing memperebutkan warisan keluarga. Lalu kamu malah kebetulan keluar dari hutan bersama dia.”“Silvia, kamu berani bilang semua ini nggak ada hubungan denganmu?”Aku menarik napas panjang, lalu kembali menatap Paula. Di kehidupan sebelumnya, meski akhirnya dia mati hingga tak bersisa, aku tetap merasa bersalah padanya.Padahal, meskipun dia hanya lebih muda beberapa bulan dariku, aku selalu menganggapnya seperti adik kandung sendiri.Namun sekarang, sepertinya dia tak pernah benar-benar menganggapku sebagai k
Begitu melihatku, ekspresi Joel yang tadinya tenang langsung berubah menjadi tegang. Dia berjalan cepat menuju ke arahku dan ketika melihat luka-luka di tubuhku, ada emosi samar yang muncul di matanya.“Apa yang terjadi? Kok kamu bisa keluar sendirian dari gunung?”Aku hanya bisa menjelaskan kejadian yang terjadi. Setelah mendengarnya, dia hanya menghela napas panjang.“Tak ada malapetaka yang tak mendatangkan berkah. Ayo, kita pergi bersihkan lukamu dulu.”“Iya.”Tadinya aku mengira dia akan memapahku berjalan, tapi ternyata dia malah menggendongku, membawaku ke mobil yang terparkir di kaki gunung.Aku bersandar di pelukannya, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan bertenaga. Tanpa sadar, pipiku memerah.Aku merasa agak malu dan berkata, “Kak Joel, turunkan aku saja, aku bisa berjalan sendiri ….”Namun, Joel malah menggendongku lebih erat.“Ada banyak rumput liar, kakimu bisa tambah terluka.”Akhirnya, aku hanya bisa menyerah, membiarkan dia membawaku sampai ke mobil dan meletak
Melihat mereka melompat tanpa ragu sedikit pun, aku langsung mulai mencari cara untuk menyelamatkan diri.Bagaimanapun juga, kali ini aku tak yakin apakah setelah Steve selamat, dia masih akan ingat memanggil tim penyelamat demi aku.Karena dari dua kehidupan yang kujalani, satu-satunya yang selalu dia pedulikan hanyalah Paula, adik tiriku.Di kehidupan sebelumnya, meski peluangnya kecil, begitu dia sampai di area yang ada sinyal, dia tetap langsung menghubungi tim penyelamat.Tapi sekarang, yang memegang parasut keselamatan adalah Paula.Jadi, aku bahkan tidak berharap dia akan langsung memanggil bantuan begitu mendarat.Aku bahkan sudah sangat bersyukur kalau dia tidak buru-buru menyebarkan kabar kematianku.Cinta matinya selama dua kehidupan hanya untuk Paula.Dan di kehidupan sebelumnya, aku baru tahu setelah menikah, ternyata Steve dan Paula sudah saling kenal sejak lama.Mereka sekolah di tempat yang sama dan sama-sama anak haram dari luar nikah yang kemudian diakui oleh keluarga
Saat aku sadar diriku telah terlahir kembali, pesawat sudah mulai berguncang hebat.Di sampingku, para kru sedang membagikan parasut, tapi ketika sampai ke aku dan Paula, mereka menemukan salah satu parasut rusak.Setelah beberapa saat ragu, akhirnya Steve menyerahkan parasut terakhir itu padaku.“Silvia, parasut ini untukmu.”Melihat ekspresi penuh rasa sakit di wajah Steve saat memberikan parasut itu padaku, aku justru mundur selangkah dan menolak dengan tegas.“Nggak perlu.”“Steve, selamatkan Paula dulu saja.”Kali ini, aku tak ingin memikul nyawa orang lain. Aku ingin hidup demi diriku sendiri!Mendengar itu, Steve langsung menghela napas lega.Dia menatapku dalam-dalam, lalu kerutan di dahinya pun perlahan mengendur, bahkan suaranya terdengar agak senang.Tanpa banyak pikir, dia langsung menarik Paula ke sisinya dan mengenakan parasut terakhir itu ke badannya.“Silvia, kamu itu tunanganku, seharusnya aku menyelamatkanmu dulu. Tapi, karena kamu sendiri yang memintaku menyelamatka