"Callen jaga Faellyn, kalau begitu selamat bersenang-senang" Marchioness mengecup keningku setelah mengatakan hal tersebut hal tersebut pada kami, aku tersenyum lalau melambaikan tangan ku kearahnya.
Aku pernah berekspetasi marchioness dan tuan muda Arise tidak menerimaku layaknya Marquess yang langsung menerimaku dan dan berbaik hati padaku, tapi sebua ekspetasiku hancur hanya dengan bertemu dengan mereka."Ellyn" Aku menatapnya yang baru saja memanggilku, aku memiringkan kepalaku."Maaf jadi merepotkanmu untuk datang ke akademi, padahal aku sendiri tidak masalah" Pria dengan rambut dan warna bola mata yang senada itu adalah Callen, kakak angkatku Callen Arise, hari ini adalah hari kelulusannya, namun marquess dan marchioness yang sibuk menyiapkan pesta debutku membuat mereka tidak dapat menghadiri acara kelulusannya.'Aku merasa bersalah karena datang diwaktu yang kurang tepat' ucapku dalam hati."Tidak, saya kan juga ingin menemani kak Callen. Saya dengar kak Callen ahli dalam sihir" Sanggahku, sebenarnya aku tidak mendengar bahwa ia ahli dam sihir namun melihatnya yang memiliki bola mata dan rambut yang senada sepertinya ia juga memiliki kekuatan sihir layaknya legenda yang beredar.Lagi pula Hildegyan bukanlah kekaisaran yang melarang pengunaan sihir, hanya saja pengunaannya terbatas karena tak semua orang memiliki bakat dalam sihir seperti Faellyn."Apa kamu mendengarnya dari Ann?" Aku mengangguk dengan pertanyaan yang ia tujukan padaku, meskipun sudah 10 hari berlalu semenjak hari aku sampai di kediaman Arise, Ann tidak menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi seperti keahliann masing-masing anggota keluarga."Ya, aku sedikit menguasanya, tapi sebagai pewaris aku tidak terlalu minat belajr sihir karena pada akhirnya aku akan terjun ke perdagangan juga sama seperti ayah" Ia terkekeh, aku tersenyum meskipun aku tau ia tengah berbohong padaku."Wah bukankah bisa menggunakan sihir itu snagat menyenangkan, mungkin kakak bisa menjadi penyihir hebat" Ia menatapku lalu tertawa, kurasa penghiburanku tersampaikan."Ya, dulu kuharap juga begitu api setelah aku bertemu anak itu sepertinya aku tidak bisa melampauinya" Ia mengatakan sambil menatap keluar jendela."Anak itu?" Ia menatapku dan mengangguk."dulu kami berada dikelas yang sama, dia adalah anak yang selalu menyendiri, namun sangat hebat dalam berbagai hal sampai-sampai aku tidak percaya bahwa ia anak seumuranku, dan akhirnya ia lulus hanya dalam waktu 1 tahun padahal temannya yang lain lulus setelah 4 tahun sama sepertiku" ia menceritakan dengan sangat detail sepertinya ia benar-benar menganguminya."Ya bagaimanapun juga dia satu-satunya yang mampu bersaing dengan pangeran" Lanjutnya yang membuatku sedikit tertegun, bersaing dengan pangeran yang yang ku tangkap dari perkataan Callen adalah bersaing tahta, tapi bukahkan sudah ada putra mahkota sebagai pewaris tahta?"Apa dia sangat hebat?" Callen mengangguk dengan pertanyaanku."Setelah lulus dari akademi dia kembali ke wilayah kekuasaan untuk mengurus wilayah, ah namanya Zadkiel Andreas satu-satunya pewaris grand duke Andreas" Jelasnya yang membuatku sedikit terkejut.Berbeda dengan ke kahawatiran Michael yang lebih mengkhawatirkan Duke Erden, ah apa benar seperti ini? tidak-tidak jangan berfikiran yang aneh-aneh."Tuan muda kita sudah sampai" Callen keluar lalu membantuku turun dengan tangannya."Jangan jauh-jauh dariku" aku mengangguk fengan kekhawatirannya.Akademi Astherysh, adalah akademi terbesar di kekaisaran, Akademi yang dulu dibangun sebagai bentuk cinta raja pada sang ratu yang bernama Astherysh, begitulah dari yang kubaca diperpustakaan Arise.Tidak ada perbedaan tingat di akademi dengan kata lain, bangsawan maupun bukan bangsawan bisa bersekolah di akademi Astherysh."Nah, kita duduk disini saja" aku mengangguk dengan ucapan Callen, Aku menatap sekelilingku, begitu karena ini pesta kelulusan banyak orang yang datang dengan wali mereka."Callen!" Aku menatap seseorang yang berjalan kearah kami sambil melambaikan tangannya pada Callen."Yang mulia?" Sapa Callen, Aku menatap pria asing tersebut, ia memiliki rambut yang sama dengan warna rambut Michael, dia seorang pangeran?"Dia pangeran ketiga" Bisik Callen, aku menunduk hormat bersamaan dengan Callen."Salam kepada pangeran ketiga" Ucap Callen sambil menunduk."Ah tidak perlu terlalu formal, aku datang untuk mengantikan Putra Mahkota yang belum pulih" Sanggahnya sambil tersenyum, berbeda dengan Michael yang berkesan tegas dia memiliki kesan yang manis.Tapi apa bebar separah itu sampai dia tidak benar-benar pulih padahal sudah selama ini, apa benar hanya luka itu yang ia derita?"Lynn... Faellyn" Aku tersentak sejenak dengan namaku yang terpanggil oleh suara Callen."Ah, maaf karena terlambat memperkenalkan diri, saya Faellyn Arise" ucapku, ia tetap tersenyum, kurasa senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya."Namaku Carlios Hildegyan, senang bertemu dengan mu nona Arise" balasnya.Berbeda dengan Michael yang memiliki mata merah yang menambahkan kesan tegas dalam dirinya, Carlios memiliki mata biru yang menambah kesan menyegarkan saat melihatnya."Ah, sebuah kehormata.. Arghh" Aku terkejut dengan suara teriakan yang sangat keras tersebut sampai tidak bisa melanjutkan perkataanku.Kami pun spontan menoleh kearah sumber suara.Seorang gadis terduduk sambil memeluk dirinya sendiri dan menangis, rambut coklat keemasan bergelombang dengan mata berwarna zamrud, kata pertama yang terlitas dalam benakku hanya satu kata, cantik."Ah dasar, padahal ini hari istimewa" Kesal Callen lalu menarikku untuk lebih dekat dengannya seakan ia tau setelah teriakan tersebut adalah kerusuhan.Aku menatap Callen yang terlihat kesal lalu kembali menatap gadis itu seseorang pria berlari kearahnya , layaknya seorang pahlawan ia menolong gadis itu."Anita, kamu tidak apa?" ucap pria tersebut sambil memantu gadis itu, aku terkejut setelah mendengar namanya, rambut coklat keemasan dan mata zamrud, Anita Reis.Anak diluar nikah Viscount Reis dan merupakan anak termuda Viscount Reis, sekaligus pemeran utama wanita, sang saintess yang dicintai seluruh kekaisaran termasuk Michael, dan seorang pria yang kini tengah menolongnya."Ah, Adrian saya tidak apa" ucap gadis itu, ya benar Adrian Erden pria yang ingin menjadikanku tunangannya beberapa hari lalu."Hah" Helaan nafas Callen terdengar sangat kesal."Kak, bukankah lady itu cantik?" Ia menatapku seakan aku orang aneh yang mempertanyakan hal tersebut."Omong kosong apa itu, kurasa ibu lebih cantik darinya" Jawabnya dengan sangat percaya diri, aku menatap kembali gadis itu lalu membandingkannya dengan Marchioness didalam ingatanku.Dan aku menyadari tindakan bodohku karena bertanya pada orang yang salah, Callen terbiasa memandang Marchioness yang dijuluki mawar putih kekaisaran, meskipun memiliki seorang putra berusia 17 tahun ia tetap terlihat menawan, kurasa aku tau darimana wajah Callen berasal."Ngomong-ngomong Callen, kamu dan adikmu sangat mirip jika dilihat-lihat" Aku langsung menatap Callen begitu mendengar tangapan Carlios."Ya, ibu langsung menangis saat kami pertama kali bertemu dengan Faellyn" Mereka tertawa."Nona, sepertinya kakakmu akan kesulitan menentukan wanita sebagai pasangannya karena di kelilingi wanita cantik" Ejek pangeran."Diam!" Dari pada menyanggah Callen hanya membentak? apa itu benar."Lagi pula seumur hidupku hanya ada 1 wanita yang lebih cantik dari ibu, dab ia sudah tiada" Lanjutnya."Wah apa itu cinta pertama?" Ejek pangeran sambil melirik ke arahku."Mana bisa begitu, Ah lupakan dia adalah bibi saudara kembar ibu" Jujur Callen dengan telingga yang memerah, sepertinya Callen jatuh cinta pada bibinya.Carlios mentatapku lalu kami tertawa bersamaan, entah mengapa tawanya nular tanpa kusadari.Aku kembali menatap kerumunan dimana adengan penyelamatan Adrian pada Anita Reis terjadi, ya mau dilihat bagaimanapun mereka sangat serasi."Eh?" Tanpa sadar aku mengeluarkan suara yang membuat kedua orang disampingku menatapku."Ah, sepertinya saya kan mengambil minum sebentar disana kak" elakku sambil menunjuk stan minuman, Callen pun mengangguk."Jangan pergi jauh-jauh" aku mengangguk dengan kekhawatirannya.Jika aku mengambil alus sesuai novel aslinya, bukankah saat ini harusnya aku melihat Adrian menyelamatkan Anita Reis sebagai tunangan Adrian?"Ah dadaku sesak" gumamku.Aku tidak tau kenapa tapi sepertinya karena ini tubuh Faellyn yang pernah mencintai Adrian sampai diujung kematiannya, tubuh ini bereaksi begitu melihat Adrian yang menolong Anita?"Apa itu artinya aku masih terikat alur?" monologku, sebenarnya aku berharap aku menerima jawaban dari tuhan,dewa, atapun malaikat didunia ini, tapi kurasa itu tidak mungkin karena sang saintes adalah anita, bukan Faellyn."Alur?" Aku terkejut lalu berbalik, aku menganga melihat pria yang seharusnya memulihkan diri malah berdiri disini."katakan padaku, apa maksudmu terikat alur," sebanrnya ia bertanya apa mengintrogasiku, tatapannya mengerikan!,"Michael?""Michael!" Spontan Faellyn yang tanpa disadarinya mengundang perhatian semua orang, setelah menyadari bahwa ia menjadi pusat perhatian ia membungkam mulutnya dengan kedua tangannya. "Wah lihat gadis itu memanggil nama putra mahkota" bisik seorang gadis pada gadis lain. "Siapa gadis itu" balas gadis lain "Wah dia gadis yang lumayan" ucap seorang pria kepada temannya "Cobalah untuk menjadi pahlawan yang menyelamatkannya dari serigala itu" balas pria lain. "Yang Mulia?" Ah Suara Callen, dengan nada paniknya karena menurutnya adiknya barusaja membuat kesalahan "Maaf atas ketidaksopanan adik saya" Lanjut Callen, saat Faellyn ingin membantah, Michael mencegahnya ia terkekeh lalu menatap kesekelilingnya. "tidak masalah lagipula dia tunanganku" semua mata terbelalak dengan pengakuan tersebut termasuk Callen dan Carlios yang hanya mematung didepan Michael, Carlios dan Callen sangat mengenal siapa pria tersebut. Seorang pria berusia 16 tahun yang mendapatkan julukan iblis medan perang,
"Kamu gila? Seret dia" tersentak dengan suara yang barusaja ku dengar, suaranya seakan terdengar tidak asing ditelongaku namun juga asing, aku mengintip dari balok tanaman yang tingginya lebih tinggi daripada aku.Aku terkejut kala melihat sumber suara, suara yang terdengar tidak asing namun asing ditelinggaku adalah Michael.Pandangan mata tajam dan merendahkan, berbanding terbalik dengan saat ia menatapku."Nona?" Aku terkejut dengan suara pelayan tersebut, entah sejak kapan ia berada disana, ia tidak melihatku menguping kan?"Ah, bunganya cantik apa aku boleh memetiknya?" elakku."Maaf tapi saya rasa anda tidak bisa memetiknya, ini adalah bunga yang sangat disukai mendiang permaisuri" Pelayan tersebut mendekat padaku sambil menoleh kekanan dan ke kiri."Yang mulia putra mahkota, akan memotong tangan siapapun yang memetik bunga tersebut" bisiknya membuatku merinding."Siapa itu?!" Aku tersadar, itu suara Michael.
"Nona, anda terlihat sangat cocok dengan gaun tersebut, anda juga sangat menawan" aku penatap pantulan diriku dicermin, karena kurasa pujian itu tidak cocok untukku.Namun, wajah Faellyn yang dirias dengan sederhara dan tidak terlalu menor membuatnya tampak cantik."Ah yang mulia putra mahkota?" Aku menatap pintu yang terbuka, dengan sosok yang sangat ku kenal berdiri dengan nafas yang tak beraturan.'Apa yang membuatnya berlari?' pikirku"Fae?" ia berjalan kearahku, sambil memberi kode para pelayan untuk keluar dari ruangan, dan menyisakan kami berdua saja."Fae, bolehkah aku memelukmu" Aku menatapnya, mata merah itu bergetar hebat. Aku mengangguk membuatnya langsung mendekapku dengan sangat erat."Apa terjadi sesuatu?" cemasku, nafasnya terasa panas saat menyentuh kulitku, ia seperti seseorang yang terkena demam.ia tak mengatakan apapun, sepertinya ia tak ingin aku tau apa yang sedang ia rasakan, kalau begitu aku akan
"Terimakasih" Aku tersenyum dan melambaikan tanganku melepas kepergian para bangsawan yang datang menjengukku."Hah, aku lelah" Rasanya aku ingin kembali ke Arise secepat mungkin dan melanjutkan tidurku.tuk tukAku menoleh ketika mendengar sesuatu mengetuk jendela kamarku."El?" Ah ada surat, mungkin misi dari ketua?Setelah membuka jendela dan mengambil kertas dikaki El, aku membacanya. Aku berharap kali ini adalah misi."Penculikan?" Aku meremas kertas kecil tersebut, sebuah penculikan terjadi dengan koordinat yang berdekatan dengan panti asuhan dan kuil."Ketua sangat tahu tentangku" Gumamku sambil menyisir rambutku ke belakang dengan jari-jariku.Tak berbeda dengan Faellyn asli yang bergantung dengan kekuatan matanya, yang akhirnya terbukti bahwa hal itu itu adalah kebohongan belaka, setelah mengatakan itu kemarin sepertinya Michael akan menganggapku aneh.Setidaknya dia tidak aka
"Selamat datang, Lily. Lama tidak bertemu, bagaimana dengan kehidupanmu di Arise?" Faellyn menatapnya, lalu menghela nafasnya dengan kasar. "Rumit" ketusnya, yang membuat sang ketua tertawa dibuatnya. "Apa kamu tidak memegang pedang di Arise?" ia mengeleng dengan pertanyaan yang diajukan, sang ketua. "ya, aku hanya memegang cangkir teh dan jarum sulam" keluhnya. "Tetaplah berlatih, padahal sebentar agi kamu bisa membuat kontrak dengan pedang apa kamu ingin berhenti?" Ia menatap sang ketua dengan tatapan penasaran. "ketua, ini bahkan belum setahun sejak aku mulai belajar apa maksudmu kontrak dengan pedang?" ujarnya sambil memegang erat pedang ditangannya. "panggil aku Cal, kita akan dalam misi yang sama" ia mengabaikan perkataan sang ketua dan memakai topeng rubahnya. "Ayo pergi" lanjut Cal dan mereka pun ber teleport dengan sihir Cal. berbeda dengan misi-misinya yang biasa ia jalankan saat malam hari, ha
"Kakak, saya datang!!" Callen menatap sumber suara."Ellyn?" ia berdiri lalu menghampiri Faellyn yang berdiri tak jauh darinya.Faellyn memiringkan kepalanya, ia melihat seorang gadis yang tengah bersama sang kakak.'Anita Reis' Teriaknya tanpa suara."Ah, maafkan saya karena tidak menyadari kakak tengah menyambut tamu" Paniknya."Saya akan pergi silahkan lanjutkan" lanjutnya lalu berlari meninggalkan tempat tersebut."Nona!" teriak seoarang pelayan yang melihatnya berlari."Ah, bertingkahlah layaknya bangsawan" monolognya, lalu berbalik badan menatap kepala pelayan yang barusaja menghentikan langkahnya."Mohon bersikaplah layaknya bangsawan" Ia tersenyum dengan perkataan kepala pelayan yang entah sudah berapa kali memberikannya peringatan.Melihat kepala pelayan pergi dengan rasa kesalnya ia mengelus dadanya dengan hembusan nafas kasarnya."Callen dan Anita?" Gumamnya sambil berjalan menjauhi
"Wakil ketua?!" Faellyn sedikit terkejut dengan suara salah satu anggotanya.'Kematian gadis berambut hitam akan menghancurkan kekaisaran' kalimat tersebut terus terngiang dalam kepalanya."Itu, Ketua memanggil anda" Faellyn hanya mengangguk, hari ini ia kehilangan fokusnya karena perkataan Michael, ia ingin beristirahat namun tiba-tiba sebuah misi datang padanya."Cal, saya datang" Ucapnya sambil menutup kembali pintu ruangan tersebut."Lily? apa kamu baik-baik saja? kamu terlihat tidak baik?" Cemas Cal lalu berjalan mendekat kearahnya."Bukankah anda terlalu peka?" Cal hanya tersenyum mendengar keluhan Faellyn."Aku sudah memperbaiki topengmu lain kali jangan pecahkan lagi, topengmu agak rumit diperbaiki.Faellyn melihat dengan teliti, topeng yang diberikan Cal padanya.Topeng yang sebelumnya terbelah menjadi 3 bagian kini utuh kembali."Apa kita pergi sekarang?" Cal menatapnya."Apa kamu yak
"Aneh" Faellyn hanya menatap Cal, yang langsung melompat begitu pendeta menutup kembali pintu perpustakaan Ia ikut melompat kebawah karena jeadaan sudah aman, namun saat ia mendaratkan kedua kakinya sebuah ledakan yang sangat keras terdengar dari luar,getarannya sampai membuat beberapa buku di rak berjatuhan."Apa ini pemberontakan?" Kekeh Cal. Namun Faellyn tak setuju fengan pernyataan tersebut, saat ini yang ia yakini hanya satu lah, kejadian yang sama seperti novel aslinya."Panti!" Mendengar jawaban tersebut membuat Cal sedikit terkejut.Berlari keluar akan sangat beresiko mengingat ada beberapa pendeta yang barusaja minggalkan tempat tersebut, pikirnya.Cal melepas kalungnya."Pegang ini, bayangkan kamu mengunakan kekutan suci untuk melindungi dirimu" Faellyn hanya mematung dengan tangan yang menerima kalung tersebut."Ya, qpa maksud anda?" Cal hanya tersentum dambil meletakkan kalung tersebut ditangan Faellyn.
"Yang mulia putra mahkota!" Teriak seorang kesatria begitu melihat Michael berjalan dengan wajah tertunduk dan seorang wanita ditangannya. "Panggil Callisto Andreash!" Perintahnya. mendengar hal tersebut Ruth, langsung mengangguk dan melaksanakan perintah sang tuan tanpa pentanyaan lebih lanjut. "Semuanya keluar!" perintah Michael bigut memasukki kamarnya. ia meletakkan Faellyn di kasur dengan hati-hati. "Akting anda cukup bagus Chael" Wajah kaku Michael melunak begitu mendengar suara Faellyn."Apa itu pujian?" Tanya Michael memastikan, Faellyn mengangguk pelan sambil tersenyum."Ellyn! " Faellyn menatap ke arah pintu. "Oh halo kak Call" Callisto dan Ruth yang semula berlari dengan sekuat tenaga kini mematung tidak percaya melihat Faellyn yang baik-baik saja tanpa luka sedikitpun. "Apa-apaan ini? " tanya Callisto yang tidak memahami situasi."Emm... sebuah permainan peran" ujar faellyn sambil tersenyum ke arah sang kakak yang dalam kondisi berantakan."Hahaha... " Tawa Callisto
"Ronald" bisik Faellyn tepat didepan Liontin yang dipegangnya didepan mulutnya, sekilas liontin tersebut terlihat sama dengan liontin yang diberikan Call padanya namun ada perbedaan diantara mereka. Liontin yang Call berikan kala itu mengandung kekuatan suci dan kini liontin itu kembali pada pemiliknya untuk membantu Call menekan kutukan Cranos sedang kan liontin ini mengandung kekuatan sihir yang memungkinkan penggunanya untuk memanggil siapa saja yang barada dikediaman Andreash yang sengaja dibuat Asrahan untuk melindungi Faellyn. "Senang bertemu anda kakak" Sapannya dengan sopan, Ronald yang sempat mengubah warna rambutnya kini kembali dengan rambut merah muda yang senada dengan warna bola matanya setelah mendapatkan ijin dari Faellyn. "Ronald, kenalkan beliau adalah putra mahkota Michael, dan Chael kenalkan ini adalah Ronald" Chael menatap tajam anak kecil didepannya, rasanya aneh menatap seorang anak berusia 15 tahun yang lebih dekat dengan Faellyn
"Yang mulia putra mahkota, Nona saintes meminta untuk menghadap anda, beliau menunggu anda diruang tamu" Michael sedikit tersentak, pasalnya ia tidak pernah mengundang sang saintes ke pesta apalagi keruang pribadinya."Apa kamu gila? Faellyn sudah menungguku kenapa kamu membiarkannya masuk seenaknya" Omel Michael pada Ruth, padahal Ruth sejak awal berada disamping Michael yang dapat dikatakan bahwa Ruth juga tidak mengetahui sejak kapan sang saintes berada diruang tamu. "Beliau mengatakan bahwa ini sangat penting berkaitan dengan Yang mulia putri mahkota" Michael menatap tajam sang penjaga yang mengatakan hal tersebut padanya, lalu menatap Ruth secara bergantian. Ruth mengangkat kedua pundaknya membuat, Michael sangat ingin menebas pundak tersebut."Ini pemaksaan" Keluh Michael, lalu berjalan keruang tamunya. "Saya menyapa yang mulia putra mahkota, semoga berkat Lorelia menyertai anda" Michael duduk tepat didepan sang saintes.
"Benar" Suasana menjadi hening, aku tidak pernah menyangka akan mendapatkan fakta semudah ini."Kenapa?" Ia hanya terdiam tanpa bereaksi apapun. "Ellyn apa kamu tau, aku tidak bisa merasakan perasaan manusia, meskipun ayah mengajariku sekalipun tidak ada yang berubah sama sekali, karena ayah... ", "Ayah tidak bisa merasakan perasaan manusia karena kutukan" potongku. "Ah, kamu sudah tau ya?" Benar itu yang tertulis dalam buku yang tak berjudul itu."Ellyn, mari temui ayah sekali lagi" Aku menatapnya tanpa bereaksi apapun. "Apa ayah menyegel ingatan saya seperti ayah menyegel kekuatan sihir Call?" ia mengeleng kecil. "Ayah menyegel ingatan semua orang" apa dia gila, menyegel ingatan semua orang apa dia dewa? "Sebenarnya ayah tidak perlu menyegel ingatan semua orang, karena saat kamu mengingat seluruh potongan ingatanmu ingatan semua orang tentang kehidupan yang berulang akan otomatis tersegel, namun ayah tidak ingin k
"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"~"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"~"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"Michael meneguk Sampanye ditangannya dalam sekali tegukan, suara Faellyn terus terngiang-ngiang dipikirannya sampai rasanya seperti orang gila yang langsung tersenyum kala mengingat satu kalimat itu. Namun ia cukup kesal karena kakak beradik Andreash itu kini tengah menjadi pusat perhatian karena melakukan dansa kedua bersamaan, meskipun dansa pertama Faellyn tetap milik Michael namun ia merasa tidak terima karena Sibling Andreash lebih menarik perhatian bangsawan daripada Putra mahkota dan tunangannya. "Kapan lagunya berhenti?!" Ruth menatap sang putra mahkota yang terlihat sangat siap untuk membunuh seseorang yang telah mencuri tunangannya."Yang mulia ini belum sampai satu menit sejak putri berdansa dengan Tuan muda Andreash" Jelas Ruth berdasarkan fakta secara real time.
"itu terjadi sekitar 16 tahun yang lalu ..." tundukku, aku tidak berani menatap mata emas Faellyn secara langsung. Aku tersesat saat mengikuti Duke ronan yang tengah berburu, Michel yang sakit-sakitan tidak pernah menghadiri perburuan sebagai gantinya aku yang menghadiri setiap undangan perjamuan maupun perburuan yang mengundang Michel. Saat itu hari semakin malam, aku yang berusia 4 tahun sangat takut berada ditempat yang sangat asing bagiku, aku yang ketakutan menangis berharap ada seseorang yang mendengar tangisanku dan menemukanku. Namun yang datang bukanlah seseorang yang ingin menjemputku melainkan binatang buas yang siap memangsaku. Aku berlari sambil terus berteriak meminta tolong, cukup lama aku berlari, sampai pada akhirnya aku tiba diujung jurang. Aku terpojok dan ibumu menyelamatkan" aku menjeda ceritaku. "ibumu menitipkan bayi kecil berusia 1 tahun padaku, beliau juga memberi perlindungan kekuatan suci dan menu
"Ayah apa anda tidak akan ikut dalam parade?" Callisto menatap sang ayah yang kini mengarahkan kudadanya untuk menjauh dari rute parade. "Tidak, jangan kembali sendiri"~terjemah (Jangan kembali sendiri tanpa adikmu, apapun yang terjadi kamu harus membawa adikmu kembali bersamamu) Callisto tersenyum masam."Saya akan berusaha" sanggupnya sambil melihat kuda yang ditunggangi Asrahan yang kian menjauh."Callisto Andreash!" Ia terkejut lalu menoleh ke sisi lain. "Putra mahkota? " spontannya lirih. "Apa grand duke... ", "Ayah sedikit lelah karena terlalu lama menahan barier" Tegasnya memotong pertanyaan sang putra mahkota lalu memacu kudanya melewati putra mahkota.Meskipun itu sebuah kebohongan karena sebenarnya Asrahan hanya malas memperlihatkan dirinya didepan publik, apalagi bangsawan. Michael menatap Asrahan yang memacu kudanya menjauh dari rute parade. "Begitu ya... Beliau berusaha sangat keras"
"Kamu sudah berkerja keras" Aku tersenyum formal dengan pujian yang kaisar berikan padaku. Seminggu berlalu semenjak prosesi pemakaman Michel, istana kekaisaran kembali disibukkan dengan perkerjaan yang membuat setiap orang tidak dapat bersedih berkepanjangan."Anda terlalu memuji baginda, kalau begitu saya akan kembali" Pamitku dengan hormat. Nani, Michel, Michael benar-benar kehilangan orang-orang disampingnya. Tentang makam Nani, aku sudah memperbaikinya dan soal nama Chael yang ditulis mendiang Michel akan dijelaskan baginda saat Chael sampai dan itu sekitar besok pagi menjelang siang hari. Ah lalu, aku tidak mendapat jawaban dari ayah tentang ijin pernikahanku dengan Michael. "Fae?" Ah, aku mematung. Apa aku gila? bagimana mungkin aku mendengar suara Chael sekarang?"Fae? apa kamu tidak merindukan ku? " Ah. Tangan?"Chael?" ia mendekapku sangat erat, entah mengapa aku merasa senang ia kembali
"Kakak ipar?" Aku sedikit tertegun. Gambaran aneh saat Kaisar menyentuh pundakku adalah kematian kaisar, kematian yang sama dengan karya aslinya. "Kalau begitu saya akan kembali ke istana saya" Pamitku, aku keluar tanpa menunggu jawaban Carlios, entah sejak kapan aku mulai terbiasa dengan sikap kurang ajarku terhadap Carlios. "Surat yang kaisar berikan padaku, membuatku sangat penasaran namun sebelum itu ada hal yang harus ku lakukan. "Tania, apa kita bisa memasuki hutan terlarang?" Tania menatapku sejenak. "Saya bisa memasukinya putri, apa perintah anda" Bagus, orang-orang Andreash memang tidak mengecewakan. "Pergilah saat malam hari tanpa ketauan, cari makam bernama 'Nani' apa kamu mengerti?" Tania mengangguk paham dengan apa yang ku bisikkan padanya. "Adel, Layani Putri mahkota" Sinis Tania lalu keluar dari kamarku."Keluarlah, bawalah buku-buku ini padaku" aku memberikan kertas padanya. "Bai