"Kamu gila? Seret dia" tersentak dengan suara yang barusaja ku dengar, suaranya seakan terdengar tidak asing ditelongaku namun juga asing, aku mengintip dari balok tanaman yang tingginya lebih tinggi daripada aku.
Aku terkejut kala melihat sumber suara, suara yang terdengar tidak asing namun asing ditelinggaku adalah Michael.Pandangan mata tajam dan merendahkan, berbanding terbalik dengan saat ia menatapku."Nona?" Aku terkejut dengan suara pelayan tersebut, entah sejak kapan ia berada disana, ia tidak melihatku menguping kan?"Ah, bunganya cantik apa aku boleh memetiknya?" elakku."Maaf tapi saya rasa anda tidak bisa memetiknya, ini adalah bunga yang sangat disukai mendiang permaisuri" Pelayan tersebut mendekat padaku sambil menoleh kekanan dan ke kiri."Yang mulia putra mahkota, akan memotong tangan siapapun yang memetik bunga tersebut" bisiknya membuatku merinding."Siapa itu?!" Aku tersadar, itu suara Michael.<"Nona, anda terlihat sangat cocok dengan gaun tersebut, anda juga sangat menawan" aku penatap pantulan diriku dicermin, karena kurasa pujian itu tidak cocok untukku.Namun, wajah Faellyn yang dirias dengan sederhara dan tidak terlalu menor membuatnya tampak cantik."Ah yang mulia putra mahkota?" Aku menatap pintu yang terbuka, dengan sosok yang sangat ku kenal berdiri dengan nafas yang tak beraturan.'Apa yang membuatnya berlari?' pikirku"Fae?" ia berjalan kearahku, sambil memberi kode para pelayan untuk keluar dari ruangan, dan menyisakan kami berdua saja."Fae, bolehkah aku memelukmu" Aku menatapnya, mata merah itu bergetar hebat. Aku mengangguk membuatnya langsung mendekapku dengan sangat erat."Apa terjadi sesuatu?" cemasku, nafasnya terasa panas saat menyentuh kulitku, ia seperti seseorang yang terkena demam.ia tak mengatakan apapun, sepertinya ia tak ingin aku tau apa yang sedang ia rasakan, kalau begitu aku akan
"Terimakasih" Aku tersenyum dan melambaikan tanganku melepas kepergian para bangsawan yang datang menjengukku."Hah, aku lelah" Rasanya aku ingin kembali ke Arise secepat mungkin dan melanjutkan tidurku.tuk tukAku menoleh ketika mendengar sesuatu mengetuk jendela kamarku."El?" Ah ada surat, mungkin misi dari ketua?Setelah membuka jendela dan mengambil kertas dikaki El, aku membacanya. Aku berharap kali ini adalah misi."Penculikan?" Aku meremas kertas kecil tersebut, sebuah penculikan terjadi dengan koordinat yang berdekatan dengan panti asuhan dan kuil."Ketua sangat tahu tentangku" Gumamku sambil menyisir rambutku ke belakang dengan jari-jariku.Tak berbeda dengan Faellyn asli yang bergantung dengan kekuatan matanya, yang akhirnya terbukti bahwa hal itu itu adalah kebohongan belaka, setelah mengatakan itu kemarin sepertinya Michael akan menganggapku aneh.Setidaknya dia tidak aka
"Selamat datang, Lily. Lama tidak bertemu, bagaimana dengan kehidupanmu di Arise?" Faellyn menatapnya, lalu menghela nafasnya dengan kasar. "Rumit" ketusnya, yang membuat sang ketua tertawa dibuatnya. "Apa kamu tidak memegang pedang di Arise?" ia mengeleng dengan pertanyaan yang diajukan, sang ketua. "ya, aku hanya memegang cangkir teh dan jarum sulam" keluhnya. "Tetaplah berlatih, padahal sebentar agi kamu bisa membuat kontrak dengan pedang apa kamu ingin berhenti?" Ia menatap sang ketua dengan tatapan penasaran. "ketua, ini bahkan belum setahun sejak aku mulai belajar apa maksudmu kontrak dengan pedang?" ujarnya sambil memegang erat pedang ditangannya. "panggil aku Cal, kita akan dalam misi yang sama" ia mengabaikan perkataan sang ketua dan memakai topeng rubahnya. "Ayo pergi" lanjut Cal dan mereka pun ber teleport dengan sihir Cal. berbeda dengan misi-misinya yang biasa ia jalankan saat malam hari, ha
"Kakak, saya datang!!" Callen menatap sumber suara."Ellyn?" ia berdiri lalu menghampiri Faellyn yang berdiri tak jauh darinya.Faellyn memiringkan kepalanya, ia melihat seorang gadis yang tengah bersama sang kakak.'Anita Reis' Teriaknya tanpa suara."Ah, maafkan saya karena tidak menyadari kakak tengah menyambut tamu" Paniknya."Saya akan pergi silahkan lanjutkan" lanjutnya lalu berlari meninggalkan tempat tersebut."Nona!" teriak seoarang pelayan yang melihatnya berlari."Ah, bertingkahlah layaknya bangsawan" monolognya, lalu berbalik badan menatap kepala pelayan yang barusaja menghentikan langkahnya."Mohon bersikaplah layaknya bangsawan" Ia tersenyum dengan perkataan kepala pelayan yang entah sudah berapa kali memberikannya peringatan.Melihat kepala pelayan pergi dengan rasa kesalnya ia mengelus dadanya dengan hembusan nafas kasarnya."Callen dan Anita?" Gumamnya sambil berjalan menjauhi
"Wakil ketua?!" Faellyn sedikit terkejut dengan suara salah satu anggotanya.'Kematian gadis berambut hitam akan menghancurkan kekaisaran' kalimat tersebut terus terngiang dalam kepalanya."Itu, Ketua memanggil anda" Faellyn hanya mengangguk, hari ini ia kehilangan fokusnya karena perkataan Michael, ia ingin beristirahat namun tiba-tiba sebuah misi datang padanya."Cal, saya datang" Ucapnya sambil menutup kembali pintu ruangan tersebut."Lily? apa kamu baik-baik saja? kamu terlihat tidak baik?" Cemas Cal lalu berjalan mendekat kearahnya."Bukankah anda terlalu peka?" Cal hanya tersenyum mendengar keluhan Faellyn."Aku sudah memperbaiki topengmu lain kali jangan pecahkan lagi, topengmu agak rumit diperbaiki.Faellyn melihat dengan teliti, topeng yang diberikan Cal padanya.Topeng yang sebelumnya terbelah menjadi 3 bagian kini utuh kembali."Apa kita pergi sekarang?" Cal menatapnya."Apa kamu yak
"Aneh" Faellyn hanya menatap Cal, yang langsung melompat begitu pendeta menutup kembali pintu perpustakaan Ia ikut melompat kebawah karena jeadaan sudah aman, namun saat ia mendaratkan kedua kakinya sebuah ledakan yang sangat keras terdengar dari luar,getarannya sampai membuat beberapa buku di rak berjatuhan."Apa ini pemberontakan?" Kekeh Cal. Namun Faellyn tak setuju fengan pernyataan tersebut, saat ini yang ia yakini hanya satu lah, kejadian yang sama seperti novel aslinya."Panti!" Mendengar jawaban tersebut membuat Cal sedikit terkejut.Berlari keluar akan sangat beresiko mengingat ada beberapa pendeta yang barusaja minggalkan tempat tersebut, pikirnya.Cal melepas kalungnya."Pegang ini, bayangkan kamu mengunakan kekutan suci untuk melindungi dirimu" Faellyn hanya mematung dengan tangan yang menerima kalung tersebut."Ya, qpa maksud anda?" Cal hanya tersentum dambil meletakkan kalung tersebut ditangan Faellyn.
"Chael!!" Suara yang memecahkan keheningan diantara dua pria yang tengah berhadapan, Faellyn dengan kekhawatirannya menghampiri sang tunangan tanpa menghiraukan sekitarnya."Fae?" binggung Michael, melihat gadis yang terbiasa sangat dingin padanya kini tengah mengkhawatirkannya."Apa yang terjadi? bagaimana..." Michael tersenyum membuat Faellyn seketika menghentikan ocehannya."Jangan menagis, Aku baik-baik saja, Ini sudah malam tidurlah" Faellyn menatapnya, kondisi Michael lebih berantakan dari terakhir kali ia melihatnya saat di panti.Jarak panti asuhan dan kediaman Arise biasanya akan memakan waktu hampir 8 jam dengan kereta kuda, sedangkan pria didepannya sampai dalam kurun waktu yang tak lebih dari 3 jam tanpa sihir."Saya baik-baik sa.." Tanpa sempat menyelesaikan perkataannya, Faellyn tak sadarkan diri."Fae?" panik Michael."Yang Mulia, Ellyn hanya tertidur. Biar saya yang mengantar nya kekamar, ah dan sebaiknya
"Anu, Michael tentang pernikahanmu dengan lady Arise?" Michael hampir tersedak air teh yang masuk ke dalam tenggorokannya mendengar pertanyaan aneh dari sang kaisar."Kami akan menikah saat dewasa" Jelas Michael tenang."Ah begitu " Kecewa kaisar."Saya masih kecil untuk mengurus keluarga, saya akan menikah setelah penaklukan bebteng blue rose, karena menurut laporan tempat tersebut dihuni banyak monster" Kaisar menghela nafasnya mendengar jawaban Michael yang sangat tenang."Kamu sangat mirip dengan kakak" Gumam kaisar lirih."Kalau negitu biarkan Lady Arise tinggal di istana saat kamu pergi berperang" Michael meletakkan cangkir tehnya."Ya, saya juga berfikir seperti itu tapi apa ada jaminan bahwa tunangan saya akan baik-baik saja?" Kaisar tertegun."Baiklah, jika tunanganmu terluka aku akan memberikan posisi kaisar langsung padamu" Terukir sebuah senyum di wajah Michael mendengar pernyataan tersebut.sebuah t
"Yang mulia putra mahkota!" Teriak seorang kesatria begitu melihat Michael berjalan dengan wajah tertunduk dan seorang wanita ditangannya. "Panggil Callisto Andreash!" Perintahnya. mendengar hal tersebut Ruth, langsung mengangguk dan melaksanakan perintah sang tuan tanpa pentanyaan lebih lanjut. "Semuanya keluar!" perintah Michael bigut memasukki kamarnya. ia meletakkan Faellyn di kasur dengan hati-hati. "Akting anda cukup bagus Chael" Wajah kaku Michael melunak begitu mendengar suara Faellyn."Apa itu pujian?" Tanya Michael memastikan, Faellyn mengangguk pelan sambil tersenyum."Ellyn! " Faellyn menatap ke arah pintu. "Oh halo kak Call" Callisto dan Ruth yang semula berlari dengan sekuat tenaga kini mematung tidak percaya melihat Faellyn yang baik-baik saja tanpa luka sedikitpun. "Apa-apaan ini? " tanya Callisto yang tidak memahami situasi."Emm... sebuah permainan peran" ujar faellyn sambil tersenyum ke arah sang kakak yang dalam kondisi berantakan."Hahaha... " Tawa Callisto
"Ronald" bisik Faellyn tepat didepan Liontin yang dipegangnya didepan mulutnya, sekilas liontin tersebut terlihat sama dengan liontin yang diberikan Call padanya namun ada perbedaan diantara mereka. Liontin yang Call berikan kala itu mengandung kekuatan suci dan kini liontin itu kembali pada pemiliknya untuk membantu Call menekan kutukan Cranos sedang kan liontin ini mengandung kekuatan sihir yang memungkinkan penggunanya untuk memanggil siapa saja yang barada dikediaman Andreash yang sengaja dibuat Asrahan untuk melindungi Faellyn. "Senang bertemu anda kakak" Sapannya dengan sopan, Ronald yang sempat mengubah warna rambutnya kini kembali dengan rambut merah muda yang senada dengan warna bola matanya setelah mendapatkan ijin dari Faellyn. "Ronald, kenalkan beliau adalah putra mahkota Michael, dan Chael kenalkan ini adalah Ronald" Chael menatap tajam anak kecil didepannya, rasanya aneh menatap seorang anak berusia 15 tahun yang lebih dekat dengan Faellyn
"Yang mulia putra mahkota, Nona saintes meminta untuk menghadap anda, beliau menunggu anda diruang tamu" Michael sedikit tersentak, pasalnya ia tidak pernah mengundang sang saintes ke pesta apalagi keruang pribadinya."Apa kamu gila? Faellyn sudah menungguku kenapa kamu membiarkannya masuk seenaknya" Omel Michael pada Ruth, padahal Ruth sejak awal berada disamping Michael yang dapat dikatakan bahwa Ruth juga tidak mengetahui sejak kapan sang saintes berada diruang tamu. "Beliau mengatakan bahwa ini sangat penting berkaitan dengan Yang mulia putri mahkota" Michael menatap tajam sang penjaga yang mengatakan hal tersebut padanya, lalu menatap Ruth secara bergantian. Ruth mengangkat kedua pundaknya membuat, Michael sangat ingin menebas pundak tersebut."Ini pemaksaan" Keluh Michael, lalu berjalan keruang tamunya. "Saya menyapa yang mulia putra mahkota, semoga berkat Lorelia menyertai anda" Michael duduk tepat didepan sang saintes.
"Benar" Suasana menjadi hening, aku tidak pernah menyangka akan mendapatkan fakta semudah ini."Kenapa?" Ia hanya terdiam tanpa bereaksi apapun. "Ellyn apa kamu tau, aku tidak bisa merasakan perasaan manusia, meskipun ayah mengajariku sekalipun tidak ada yang berubah sama sekali, karena ayah... ", "Ayah tidak bisa merasakan perasaan manusia karena kutukan" potongku. "Ah, kamu sudah tau ya?" Benar itu yang tertulis dalam buku yang tak berjudul itu."Ellyn, mari temui ayah sekali lagi" Aku menatapnya tanpa bereaksi apapun. "Apa ayah menyegel ingatan saya seperti ayah menyegel kekuatan sihir Call?" ia mengeleng kecil. "Ayah menyegel ingatan semua orang" apa dia gila, menyegel ingatan semua orang apa dia dewa? "Sebenarnya ayah tidak perlu menyegel ingatan semua orang, karena saat kamu mengingat seluruh potongan ingatanmu ingatan semua orang tentang kehidupan yang berulang akan otomatis tersegel, namun ayah tidak ingin k
"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"~"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"~"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"Michael meneguk Sampanye ditangannya dalam sekali tegukan, suara Faellyn terus terngiang-ngiang dipikirannya sampai rasanya seperti orang gila yang langsung tersenyum kala mengingat satu kalimat itu. Namun ia cukup kesal karena kakak beradik Andreash itu kini tengah menjadi pusat perhatian karena melakukan dansa kedua bersamaan, meskipun dansa pertama Faellyn tetap milik Michael namun ia merasa tidak terima karena Sibling Andreash lebih menarik perhatian bangsawan daripada Putra mahkota dan tunangannya. "Kapan lagunya berhenti?!" Ruth menatap sang putra mahkota yang terlihat sangat siap untuk membunuh seseorang yang telah mencuri tunangannya."Yang mulia ini belum sampai satu menit sejak putri berdansa dengan Tuan muda Andreash" Jelas Ruth berdasarkan fakta secara real time.
"itu terjadi sekitar 16 tahun yang lalu ..." tundukku, aku tidak berani menatap mata emas Faellyn secara langsung. Aku tersesat saat mengikuti Duke ronan yang tengah berburu, Michel yang sakit-sakitan tidak pernah menghadiri perburuan sebagai gantinya aku yang menghadiri setiap undangan perjamuan maupun perburuan yang mengundang Michel. Saat itu hari semakin malam, aku yang berusia 4 tahun sangat takut berada ditempat yang sangat asing bagiku, aku yang ketakutan menangis berharap ada seseorang yang mendengar tangisanku dan menemukanku. Namun yang datang bukanlah seseorang yang ingin menjemputku melainkan binatang buas yang siap memangsaku. Aku berlari sambil terus berteriak meminta tolong, cukup lama aku berlari, sampai pada akhirnya aku tiba diujung jurang. Aku terpojok dan ibumu menyelamatkan" aku menjeda ceritaku. "ibumu menitipkan bayi kecil berusia 1 tahun padaku, beliau juga memberi perlindungan kekuatan suci dan menu
"Ayah apa anda tidak akan ikut dalam parade?" Callisto menatap sang ayah yang kini mengarahkan kudadanya untuk menjauh dari rute parade. "Tidak, jangan kembali sendiri"~terjemah (Jangan kembali sendiri tanpa adikmu, apapun yang terjadi kamu harus membawa adikmu kembali bersamamu) Callisto tersenyum masam."Saya akan berusaha" sanggupnya sambil melihat kuda yang ditunggangi Asrahan yang kian menjauh."Callisto Andreash!" Ia terkejut lalu menoleh ke sisi lain. "Putra mahkota? " spontannya lirih. "Apa grand duke... ", "Ayah sedikit lelah karena terlalu lama menahan barier" Tegasnya memotong pertanyaan sang putra mahkota lalu memacu kudanya melewati putra mahkota.Meskipun itu sebuah kebohongan karena sebenarnya Asrahan hanya malas memperlihatkan dirinya didepan publik, apalagi bangsawan. Michael menatap Asrahan yang memacu kudanya menjauh dari rute parade. "Begitu ya... Beliau berusaha sangat keras"
"Kamu sudah berkerja keras" Aku tersenyum formal dengan pujian yang kaisar berikan padaku. Seminggu berlalu semenjak prosesi pemakaman Michel, istana kekaisaran kembali disibukkan dengan perkerjaan yang membuat setiap orang tidak dapat bersedih berkepanjangan."Anda terlalu memuji baginda, kalau begitu saya akan kembali" Pamitku dengan hormat. Nani, Michel, Michael benar-benar kehilangan orang-orang disampingnya. Tentang makam Nani, aku sudah memperbaikinya dan soal nama Chael yang ditulis mendiang Michel akan dijelaskan baginda saat Chael sampai dan itu sekitar besok pagi menjelang siang hari. Ah lalu, aku tidak mendapat jawaban dari ayah tentang ijin pernikahanku dengan Michael. "Fae?" Ah, aku mematung. Apa aku gila? bagimana mungkin aku mendengar suara Chael sekarang?"Fae? apa kamu tidak merindukan ku? " Ah. Tangan?"Chael?" ia mendekapku sangat erat, entah mengapa aku merasa senang ia kembali
"Kakak ipar?" Aku sedikit tertegun. Gambaran aneh saat Kaisar menyentuh pundakku adalah kematian kaisar, kematian yang sama dengan karya aslinya. "Kalau begitu saya akan kembali ke istana saya" Pamitku, aku keluar tanpa menunggu jawaban Carlios, entah sejak kapan aku mulai terbiasa dengan sikap kurang ajarku terhadap Carlios. "Surat yang kaisar berikan padaku, membuatku sangat penasaran namun sebelum itu ada hal yang harus ku lakukan. "Tania, apa kita bisa memasuki hutan terlarang?" Tania menatapku sejenak. "Saya bisa memasukinya putri, apa perintah anda" Bagus, orang-orang Andreash memang tidak mengecewakan. "Pergilah saat malam hari tanpa ketauan, cari makam bernama 'Nani' apa kamu mengerti?" Tania mengangguk paham dengan apa yang ku bisikkan padanya. "Adel, Layani Putri mahkota" Sinis Tania lalu keluar dari kamarku."Keluarlah, bawalah buku-buku ini padaku" aku memberikan kertas padanya. "Bai