Share

Aku Memilih Mencintaimu
Aku Memilih Mencintaimu
Author: FJ

Bagian 1

Author: FJ
last update Last Updated: 2021-06-26 17:28:00

Suara gemuruh saling bersautan. Namun, dia tetap berdiri bersama angin dingin yang mulai menusuk tubuhnya. Ponselnya terus dinyalakan seakan dia menunggu jawaban yang tak nampak. Kakinya mulai gemetar. Rasa dingin mulai menjalar ke tubuhnya. Kemudian ponselnya berdering.

"Kau ada di mana?," tanya suara berat yang menghilangkan keheningannya.

"Aku di halte dekat kampus. Aku masih menunggu Ansara," ujarnya sambil memasukkan tangannya ke kantung jaket.

"Pulanglah. Udara sedang dingin. Kau bisa sakit," ujar pria itu.

Namun, dia tidak menjawab dan malah mengakhiri pembicaraan.

Dia tetap menatap ponselnya. Lampu di atasnya mulai mati satu demi satu. Halte itu mulai gelap. 

Tiba-tiba sebuah kilatan muncul. Dia terkejut dan mulai mundur ke bagian dalam halte. Saat kilat itu hilang, dia melihat beberapa mobil melintas. Salah satunya ambulance.

Penasaran, dia melangkahkan kakinya menuju arah ambulance itu pergi.

Saat dia sampai, keramaian sudah memenuhi tempat itu.

"Aku dengar ada kejadian buruk yang terjadi," ujar wanita paruh baya.

Terlihat blitz kamera mulai memenuhi tempat itu. Garis kuning sudah melintang.

Beberapa saat kemudian, seseorang dibawa dari tempat kejadian. Saat kain penutupnya terbuka, dia menatap gelang yang dipakai orang itu.

"An..sa...ANSA," teriaknya yang membuat semua orang menoleh ke arahnya.

Polisi yang melihat hal itu langsung menghampirinya.

"Apakah anda mengenal korban?," tanya polisi.

****

Radinya tidak percaya dengan kejadian yang dia dengar. Kata-kata polisi mulai melebur jauh.

Apa yang mereka katakan?

Apa maksud mereka?

Tidak mungkin.

Radinya menatap polisi. Matanya mulai basah.

" Apa yang telah terjadi?," tanya Radinya.

"Kami menemukan namamu di pesan terakhirnya. Kapan terakhir kalian bertemu?" tanya polisi.

"Kami berjanji untuk ketemu di halte universitas. Dia mengirimiku pesan singkat. Aku menunggunya,"

"Kenapa kau tidak menyusulnya?,"

"Dia memintaku menunggu,"

"Pukul berapa dia mengirimu pesan?,"

"Pukul 5 sore,"

Polisi terus menghujaninya dengan pertanyaan. Radinya mulai merasa lelah. Kepalanya terasa berat. Hantaman ini terlalu keras untuknya.

Setelah dia diinterogasi, dia pergi ke rumah sakit. Namun, alam seakan tidak mendukungnya. Hujan menelan langkah kakinya. Dia tidak menyerah. Radinya tetap naik bus dengan bajunya yang basah.

Saat dia sampai di halaman rumah sakit, dia melihat banyak wartawan. Semua orang seakan termagnet dengan kasus yang menimpa Ansara.

Radinya melanjutkan langkahnya masuk ke rumah sakit. Dia menanyakan keberadaan Ansara. Kemudian dia mendengar keributan.

"Tolong, seorang wanita memegang pisau," teriak salah satu pasien rumah sakit.

Semua orang berlari ke tempat kejadian. Betapa terkejutnya Radinya saat dia melihat ibu Ansara. Wanita paruh baya itu memegang pisau di tangannya. Dia mengayunkan pisaunya ke arah pasien di hadapannya.

"Dasar pembunuh. Apa yang kalian lakukan pada putriku? kalian pantas mati," teriak ibu Ansara dengan histeris.

Radinya tidak tinggal diam, dia mencari cara untuk merebut pisau dari tangan ibu Ansara. Dengan langkah cepat, dia melempar benda untuk menepak pisau dari tangan ibunya Ansara.

Ibu Ansara terjatuh. Radinya menghampirinya dan dia memeluknya.

"Maafkan aku, semua akan baik-baik saja," ujarnya.

Semua orang menatap mereka. Begitu juga dengan seorang pria paruh baya. Pria itu menghampiri mereka. Tanpa aba-aba dia mendaratkan tangannya di pipi Radinya.

Bukan hanya sekali. Dia memukulnya berkali-kali. Beberapa petugas berusaha memisahkan mereka.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memukulnya?," teriak ibu Ansara.

Radinya tidak melawan. Dia sudah tahu bahwa ayah Ansara memang pria yang seperti itu. Tentunya dia merasa malu atas kejadian yang menimpa putrinya. Satu- satunya tempat pelampiasannya adalah Radinya.

Radinya meninggalkan pria itu. Dia bersama ibu Ansara pergi ke ruangan Ansara dirawat.

"Maafkan kami, hanya keluarga yang boleh mengunjunginya," ujar polisi.

Radinya terpaku di sana. Dia hanya bisa melihat pergerakan di dalam ruangan. Seseorang yang dia cintai sedang terbaring lemas di sana. Tanpa suara atau ringisan.

Ibu Ansara meninggalkan ruangan. Dia memegang tangan Radinya.

"Maafkan aku, Ansara tidak mau menemuimu," ujar ibunya Ansara.

Kemudian Radinya mulai melangkah jauh dari ruangan itu. Sementara Augus, temannya baru datang. Dia menghampirinya. Kemudian dia memberikan minuman pada Radinya.

"Kau harus berganti pakaian," ujar Augus sambil memegang tangan Radinya yang mulai dingin.

Akhirnya mereka pergi dari rumah sakit. Radinya menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Pikirannya mulai berkecamuk saat dia mengingat pernyataan dari polisi tentang kejadian yang menimpa Ansara.

Ponselnya mulai berdering. Namun, Radinya berusaha mengabaikannya. Dia tidak mau mendengar ocehan di waktu yang buruk ini.

Dia kembali mendengar langkah kaki.

"Untuk apa kau meneleponku jika kau sudah di depan pintu?," tanya Radinya pada pria di hadapannya.

Pria yang berpakaian jas kantoran itu hanya diam. Dia menaruh tasnya di kursi. 

"Apa yang mau kau lakukan sekarang?," ujar pria itu.

"Apa maksudmu?,"

"Tentang Ansara,"

"Aku tidak akan membatalkannya,"

"Jangan bodoh. Kau harus memikirkan perasaan ibu,"

"Lalu aku harus meninggalkannya? Di saat dia mengalami hal buruk itu?,"

Pria itu diam. Dia tahu Radinya bukan orang yang mudah mengalah. Dia tidak berusaha menasehatinya. Namun, dia memilih pergi.

Radinya juga tahu bahwa pria sekaligus kakaknya itu memang tidak akan mendebat pernyataannya. Mereka memiliki karakter yang hampir mirip.

Di sisi lain, kakak Radinya yaitu Resian menghela nafasnya. Dia tahu adiknya adalah orang yang keras kepala. Namun, dia tidak mau adiknya mengambil keputusan yang salah.

Dia ingin adiknya meninggalkan Ansara yang memberikan efek buruk padanya. Dia tahu Ansara bukan gadis yang baik.

Besoknya, Radinya menemui Resian di apartemennya. Dia memasang wajah yang cukup serius.

"Kak, aku ingin membicarakan sesuatu," ujar Radinya.

"Ada apa?," tanya Resian dengan wajah khawatir.

"Aku akan pindah jurusan,"

"Apa maksudmu? Kau sudah semester tujuh,"

"Aku harus menemui Ansara. Aku akan mengambil jurusan psikologi,"

Resian tidak percaya dengan yang dia dengar. Radinya yang hampir sampai di akhir perjalan tetapi dia memilih kembali untuk Ansara.

"Aku pasti bisa melakukannya, waktuku masih banyak," ujar Radinya percaya diri.

"Bukan masalah waktumu masih banyak. Kau harus meninggalkan banyak hal," ujar Resian.

Radinya tetap pada pendiriannya. Dia meninggalkan kakaknya. Kemudian dia mencari informasi pindah jurusan di universitasnya.

"Aku pasti bisa menemui Ansara," ujar Radinya.

****

Di rumah sakit, Ansara sudah siuman. Dia masih terkejut dengan kejadian buruk yang menimpanya. Tak ada satu pun teriakan atau tangisan yang keluar dari mulutnya. Dia hanya menatap ibunya yang tertidur sambil memegang tangannya.

Ansara menatap langit-langit. Dia merasa raganya mulai lepas dari tubuhnya. Dia tidak bisa merasakan apapun. Bayangan kejadian buruk itu terus melintas.

Akhirnya air matanya mulai mengalir. Ansara memegangi seluruh bagian tubuhnya dan tanpa sengaja menarik salah satu selang yang terikat di tubuhnya. Warna merah mulai mengalir dari tubuhnya.

Ibunya Ansara mulai membuka matanya. Dia tidak berteriak dan malah menangis.

"Ansa ibu di sini, kamu harus bertahan," ujar ibunya sambil memeluk Ansara yang berteriak dalam diam. Kemudian ibu Ansara memanggil suster melalui bel.

Ibu Ansara meninggalkan ruangan. Dia menemui petugas kepolisian. Mereka memberikannya sebuah formulir. Formulir yang akan mengantar Ansara ke pusat rehabilitasi.

"Semua akan baik-baik saja bukan," kata ibu Ansara sambil mengisi formulir dengan tangan yang gemetaran.

Related chapters

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 2

    Ombak seakan menerjang hidup Radinya. Dia harus memutar haluan jauh ke samudra baru. Bagi Radinya yang memiliki kecerdasan, rintangan ini seharusnya tidak sulit. Namun, dia mengalami banyak sandungan."Bagaimana perasaanmu setelah ujian tes masuk?" tanya Augus."Rasanya aku ingin muntah. Aku tidak tahu tesnya berlapis," ujar Radinya."sistem pindah jurusan universitas yang kau pilih adalah yang terbaik. Tentu saja tesnya sulit,""Iya. Jurusan itu cara satu-satunya aku bisa menemui Ansara,""Kau tahu, kau sudah menjadi selebriti di universitas ini. Pertama kau disebut gila dan kedua "bucin". Selamat kawan,"Radinya hanya tertawa mendengar pernyataan Augus. Dia tidak masalah dengan nama yang disematkan padanya.Radinya mulai membaca buku. Dia mulai larut dalam bayang Ansara. Kemudian dia teringat pertemuan mereka.***Radinya Anugrah berlindung di bawah pohon yang rindang. Dia berharap tidak ada orang yang mengganggunya. N

    Last Updated : 2021-06-26
  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 3

    Pria itu hanya tertawa geli saat dia melihat reaksi Radinya. Dia meminum alkohol di gelasnya. Kemudian dia duduk di kursi. Radinya dan ibunya tidak bergerak. Mereka seperti memasang kewaspadaan yang tinggi pada pria itu. "Ayolah. Sambutan macam apa ini? Apa kau tidak merindukan suamimu?" Radinya mulai maju. Sementara ibunya semakin menarik tubuh Radinya. "Tidak apa-apa ibu. Aku bisa mengatasinya" ujar Radinya. Ayahnya mulai menghampiri Radinya. Dia menyiramkan alkohol ke kepala Radinya. "Bagaimana rasanya? Apakah segar?" Radinya tidak menjawabnya. Dia memegang ibunya dengan erat. "Ah, jangan-jangan kau menjadi gagu sejak kejadian itu?" tanya ayahnya sambil menarik tangan ibunya. "Hentikan, mau apa kau di sini?" Bentak Radinya sambil menghempaskan tongkat di tangannya. Ayahnya kembali tertawa. Dia tidak menanggapi pertanyaan Radinya. "Bukan begini caramu bersikap setelah tidak bertemu denganku selam

    Last Updated : 2021-06-26
  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 4

    Seran. Gadis itu telah mengenal Radinya sejak kecil. Mereka selalu bermain bersama. Seran dan Radinya seperti soulmate yang tidak bisa dipisahkan. Seran adalah orang yang menyelamatkannya. Ibunya Seran mengelola rumah makan. Radinya dan Resian selalu mampir untuk makan di sana. Orang tua Seran sudah menganggap mereka sebagai anaknya sendiri. Ibunya Seran mengharapkan Radinya akan menjaga Seran saat mereka tidak ada. Awalnya semua baik-baik saja sampai kejadian buruk itu terjadi. Malam itu hujan turun dengan deras. Radinya dan Resian makan bersama keluarga Seran. Namun, Radinya pulang ke rumah sebentar untuk memanggil ibunya. Saat dia sampai di depan rumah. Dia mendengar suara keributan. Dia berlari ke arah ruang tamu dan mendapati ayahnya sedang memukuli ibunya. Radinya tidak tinggal diam. Dia berusaha memukul ayahnya. Namun, dia malah terpental dan membentur meja. Saat Radinya sedang kesakitan, seorang pria masuk dan berusaha menolong ibu Rad

    Last Updated : 2021-06-26
  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 5 (Breaking Dawn)

    Ansara menatap Radinya. Pertama kalinya mereka bertengkar sehebat ini. Keduanya terkubur dalam jurang emosi. Ansara merasa Radinya tidak percaya padanya dan terjebak rumor. Sementara Radinya merasa Ansara menyembunyikan banyak hal darinya. "Sudah, aku sudah lelah," ujar Ansara yang pergi meninggalkan Radinya. Radinya tidak mengejarnya. Dia mengerti emosi sedang menyelimuti mereka. Sementara itu, Ansara berjalan ke arah belakang universitas. Dia mulai meneteskan air mata. "Kenapa dia tidak mengerti. Kenapa?, ujar Ansara. Ansara terus berjalan. Tanpa dia sadari ada seseorang yang berjalan di belakangnya. "Permisi," ujar seorang mahasiswa di belakang Ansara. "Iya,". Ansara menatap nametag dan almamater yang dikenakannya. "Apakah kau tahu di mana gedung asrama putra?," tanya mahasiswa itu. "Ah, gedung asrama putra ada di dekat danau. Kau harus berjalan jauh dari sini," ujar Ansara sambil menunjuk arah. Mahas

    Last Updated : 2021-06-26
  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 6

    Radinya menuju toko buku. Dia mencari buku psikologi. Tangannya mulai menjelajahi satu persatu rak. Dia membaca setiap deskripsi yang terukir di bagian belakang buku. Nafasnya semakin terasa berat karena kerumitan yang tertuang di sana. Dia menggaruk kepalanya karena teori ini lebih sulit dari dugaannya. Saat dia hampir menyerah. dia melihat sebuah buku bersampul merah. Ada gambar dua saudara laki-laki yang bergandengan tangan. Dia menatap buku itu. Ilustrasinya sangat mirip dengannya. Matanya terbuka lebar saat dia membaca deskripsi yang tertulis. ''aku memiliki seorang kekasih. Dia sangat menyayangi adiknya. Aku ingin menikahi pria yang telah aku kejar selama tiga tahun. Namun, dia menolak semua itu. Aku harap dia bisa membuka hatinya padaku. Setelah kami berpacaran, aku baru mengetahui dia telah menyimpan luka yang begitu berat...'' Radinya membaca nama penulis buku itu. Atasya Sailendra. Dia sadar penulisnya adalah mantan kekasih kakaknya. Satu-satu

    Last Updated : 2021-09-22
  • Aku Memilih Mencintaimu   Bab 7 Aku Tahu yang Kamu Sembunyikan

    Suasana tegang terasa di kantor polisi. Arisa menjawab pertanyaan polisi dengan ketus. Dia merasa kejadian yang menimpa Ansara bukan kesalahannya. Sementara itu, polisi juga menanyakan kesaksian Ansara terkait kejadian yang menimpanya. Ansara mulai merasa tertekan. Dia mulai menggaruk tangannya berulang kali."pak, sepertinya anak saya tidak bisa melanjutkan sesi ini. dia harus istirahat."polisi menatap Ansara. mereka mulai memahami wajah ansara yang terlihat pucat."baiklah, kami akan kembali besok."ibu Ansara membawanya kembali ke kamar. Ansara memegang tangan ibunya. Dia memegangnya dengan erat."ibu, aku takut."ibunya mendekap tubuh Ansara. Dia mengelus rambutnya."kau akan baik-baik saja."Arisa mulai mengamuk di kantor polisi. Dia merasa kesal karena polisi menghujaninya dengan pertanyaan yang dia anggap aneh."kalian menuduhku melukainya?'' bentak Arisa.''kami tidak menuduhmu, kami hanya menanyakan keberadaanmu saat kejadian menimpa Ansara.'' ujar polisi berusaha menenan

    Last Updated : 2023-09-20

Latest chapter

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bab 7 Aku Tahu yang Kamu Sembunyikan

    Suasana tegang terasa di kantor polisi. Arisa menjawab pertanyaan polisi dengan ketus. Dia merasa kejadian yang menimpa Ansara bukan kesalahannya. Sementara itu, polisi juga menanyakan kesaksian Ansara terkait kejadian yang menimpanya. Ansara mulai merasa tertekan. Dia mulai menggaruk tangannya berulang kali."pak, sepertinya anak saya tidak bisa melanjutkan sesi ini. dia harus istirahat."polisi menatap Ansara. mereka mulai memahami wajah ansara yang terlihat pucat."baiklah, kami akan kembali besok."ibu Ansara membawanya kembali ke kamar. Ansara memegang tangan ibunya. Dia memegangnya dengan erat."ibu, aku takut."ibunya mendekap tubuh Ansara. Dia mengelus rambutnya."kau akan baik-baik saja."Arisa mulai mengamuk di kantor polisi. Dia merasa kesal karena polisi menghujaninya dengan pertanyaan yang dia anggap aneh."kalian menuduhku melukainya?'' bentak Arisa.''kami tidak menuduhmu, kami hanya menanyakan keberadaanmu saat kejadian menimpa Ansara.'' ujar polisi berusaha menenan

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 6

    Radinya menuju toko buku. Dia mencari buku psikologi. Tangannya mulai menjelajahi satu persatu rak. Dia membaca setiap deskripsi yang terukir di bagian belakang buku. Nafasnya semakin terasa berat karena kerumitan yang tertuang di sana. Dia menggaruk kepalanya karena teori ini lebih sulit dari dugaannya. Saat dia hampir menyerah. dia melihat sebuah buku bersampul merah. Ada gambar dua saudara laki-laki yang bergandengan tangan. Dia menatap buku itu. Ilustrasinya sangat mirip dengannya. Matanya terbuka lebar saat dia membaca deskripsi yang tertulis. ''aku memiliki seorang kekasih. Dia sangat menyayangi adiknya. Aku ingin menikahi pria yang telah aku kejar selama tiga tahun. Namun, dia menolak semua itu. Aku harap dia bisa membuka hatinya padaku. Setelah kami berpacaran, aku baru mengetahui dia telah menyimpan luka yang begitu berat...'' Radinya membaca nama penulis buku itu. Atasya Sailendra. Dia sadar penulisnya adalah mantan kekasih kakaknya. Satu-satu

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 5 (Breaking Dawn)

    Ansara menatap Radinya. Pertama kalinya mereka bertengkar sehebat ini. Keduanya terkubur dalam jurang emosi. Ansara merasa Radinya tidak percaya padanya dan terjebak rumor. Sementara Radinya merasa Ansara menyembunyikan banyak hal darinya. "Sudah, aku sudah lelah," ujar Ansara yang pergi meninggalkan Radinya. Radinya tidak mengejarnya. Dia mengerti emosi sedang menyelimuti mereka. Sementara itu, Ansara berjalan ke arah belakang universitas. Dia mulai meneteskan air mata. "Kenapa dia tidak mengerti. Kenapa?, ujar Ansara. Ansara terus berjalan. Tanpa dia sadari ada seseorang yang berjalan di belakangnya. "Permisi," ujar seorang mahasiswa di belakang Ansara. "Iya,". Ansara menatap nametag dan almamater yang dikenakannya. "Apakah kau tahu di mana gedung asrama putra?," tanya mahasiswa itu. "Ah, gedung asrama putra ada di dekat danau. Kau harus berjalan jauh dari sini," ujar Ansara sambil menunjuk arah. Mahas

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 4

    Seran. Gadis itu telah mengenal Radinya sejak kecil. Mereka selalu bermain bersama. Seran dan Radinya seperti soulmate yang tidak bisa dipisahkan. Seran adalah orang yang menyelamatkannya. Ibunya Seran mengelola rumah makan. Radinya dan Resian selalu mampir untuk makan di sana. Orang tua Seran sudah menganggap mereka sebagai anaknya sendiri. Ibunya Seran mengharapkan Radinya akan menjaga Seran saat mereka tidak ada. Awalnya semua baik-baik saja sampai kejadian buruk itu terjadi. Malam itu hujan turun dengan deras. Radinya dan Resian makan bersama keluarga Seran. Namun, Radinya pulang ke rumah sebentar untuk memanggil ibunya. Saat dia sampai di depan rumah. Dia mendengar suara keributan. Dia berlari ke arah ruang tamu dan mendapati ayahnya sedang memukuli ibunya. Radinya tidak tinggal diam. Dia berusaha memukul ayahnya. Namun, dia malah terpental dan membentur meja. Saat Radinya sedang kesakitan, seorang pria masuk dan berusaha menolong ibu Rad

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 3

    Pria itu hanya tertawa geli saat dia melihat reaksi Radinya. Dia meminum alkohol di gelasnya. Kemudian dia duduk di kursi. Radinya dan ibunya tidak bergerak. Mereka seperti memasang kewaspadaan yang tinggi pada pria itu. "Ayolah. Sambutan macam apa ini? Apa kau tidak merindukan suamimu?" Radinya mulai maju. Sementara ibunya semakin menarik tubuh Radinya. "Tidak apa-apa ibu. Aku bisa mengatasinya" ujar Radinya. Ayahnya mulai menghampiri Radinya. Dia menyiramkan alkohol ke kepala Radinya. "Bagaimana rasanya? Apakah segar?" Radinya tidak menjawabnya. Dia memegang ibunya dengan erat. "Ah, jangan-jangan kau menjadi gagu sejak kejadian itu?" tanya ayahnya sambil menarik tangan ibunya. "Hentikan, mau apa kau di sini?" Bentak Radinya sambil menghempaskan tongkat di tangannya. Ayahnya kembali tertawa. Dia tidak menanggapi pertanyaan Radinya. "Bukan begini caramu bersikap setelah tidak bertemu denganku selam

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 2

    Ombak seakan menerjang hidup Radinya. Dia harus memutar haluan jauh ke samudra baru. Bagi Radinya yang memiliki kecerdasan, rintangan ini seharusnya tidak sulit. Namun, dia mengalami banyak sandungan."Bagaimana perasaanmu setelah ujian tes masuk?" tanya Augus."Rasanya aku ingin muntah. Aku tidak tahu tesnya berlapis," ujar Radinya."sistem pindah jurusan universitas yang kau pilih adalah yang terbaik. Tentu saja tesnya sulit,""Iya. Jurusan itu cara satu-satunya aku bisa menemui Ansara,""Kau tahu, kau sudah menjadi selebriti di universitas ini. Pertama kau disebut gila dan kedua "bucin". Selamat kawan,"Radinya hanya tertawa mendengar pernyataan Augus. Dia tidak masalah dengan nama yang disematkan padanya.Radinya mulai membaca buku. Dia mulai larut dalam bayang Ansara. Kemudian dia teringat pertemuan mereka.***Radinya Anugrah berlindung di bawah pohon yang rindang. Dia berharap tidak ada orang yang mengganggunya. N

  • Aku Memilih Mencintaimu   Bagian 1

    Suara gemuruh saling bersautan. Namun, dia tetap berdiri bersama angin dingin yang mulai menusuk tubuhnya. Ponselnya terus dinyalakan seakan dia menunggu jawaban yang tak nampak. Kakinya mulai gemetar. Rasa dingin mulai menjalar ke tubuhnya. Kemudian ponselnya berdering. "Kau ada di mana?," tanya suara berat yang menghilangkan keheningannya. "Aku di halte dekat kampus. Aku masih menunggu Ansara," ujarnya sambil memasukkan tangannya ke kantung jaket. "Pulanglah. Udara sedang dingin. Kau bisa sakit," ujar pria itu. Namun, dia tidak menjawab dan malah mengakhiri pembicaraan. Dia tetap menatap ponselnya. Lampu di atasnya mulai mati satu demi satu. Halte itu mulai gelap. Tiba-tiba sebuah kilatan muncul. Dia terkejut dan mulai mundur ke bagian dalam halte. Saat kilat itu hilang, dia melihat beberapa mobil melintas. Salah satunya ambulance. Penasaran, dia melangkahkan kakinya menuju arah ambulance itu pergi. Saat dia sam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status