Home / Romansa / Aku Mau Kamu di Kamarku / Bab 150 Declaration

Share

Bab 150 Declaration

Author: squidturtle
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy reading

***

“Kok mendadak sih?” Lisa sudah meninggalkan game PS yang sedang dirinya dan Salina mainkan. Memilih menghampiri Aluna, duduk disamping kakaknya dengan wajah penuh tanya. “Kapan?” tanya Lisa, menatap Daffin yang memberikan informasi.

“Menunggu pekerjaan kakak disini selesai, tiga minggu setelahnya baru kembali ke Australia,” jawab Daffin. “Ini bukan mendadak Lisa, lagi pula masih ada lima bulan lagi.” Daffin sudah sepakat dengan Aluna untuk memberitahu kedua adik mereka sekarang.

“Terus nanti aku sama Lisa disini sama siapa?” Salina menatap bergiliran kedua kakaknya.

“Ada ART yang akan menemani kalian, kakak juga akan tetap berkunjung kesini untuk menjenguk dan melihat kondisi kalian.” Aluna menatap kedua adiknya, berat rasanya meninggalkan kedua adiknya. Belum lagi di Canada ada kedua kakaknya Adnan dan Alisia yang akan menamani Alun ajika bosan. Sementara di Australia? Aluna harus beradaptasi lagi, hanya kedua orang tua Daffin yang akan menjadi teman dekatnya.

“Suda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 151 Adik Kecil Ara

    Happy reading***“Anak Mama kok cantik banget sih,” puji Aluna saat kedua tangannya tengah mengepang rambut Ara. “Gemes lagi, duh Mama jadi mau gigit,” tambahnya.“Terima kasih Mama,” senang Ara karena dipuji.Salina yang duduk berhadapan dengan Aluna dan Ara tiba-tiba saja mengibas rambutnya membuat Lisa yang duduk disampingnya kaget terkena terpaan rambut. “Apa sih kak, dipikir aku debu apa dikibas-kibas,” kesal Lisa.“Bukan begitu, aku mau menyombongkan diri kalau kecantikan Ara menurun dari aunty nya,” sombong Salina dengan alis naik turun.Lisa memutar kedua matanya malas, Salina memang paling pede kalau mereka sudah bahas siapa yang cantik. “Sudah pasti menurun dari kak Daffin lah,” tolak Lisa.“Heh! Aku adik kak Daffin, sudah pasti gen cantikku menurun pada Ara,” balas Salina tak mau kalah. “Kamu tidak lihat wajah ku sangat cocok jika di ikutkan dalam contest Miss Universe.” Salina menatap remeh Lisa.“Miss Universe dari mana coba, mimpi banget astaga.” Lisa menggelengkan kepa

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 152 Nama Si Kecil

    Happy reading***Salina dan Lisa bergiliran menggendong si kecil yang lima menit lalu baru selesai disusui oleh Mamanya. Lisa menggendong Ara dan Salina menggendong si kecil, katakana saja ada tiga kakak perempuan yang tengah menyapa adik laki-lakinya. Menceritakan banyak hal sampai yang tidak penting pun Lisa sebutkan.“Gimana rasanya kak? Ada yang masih sakit gak?” Aluna sudah tidak lagi menatap ke arah empat orang yang sibuk sendiri. “Aku seneng banget kakak bisa lahiran normal,” lega Aluna setelah mendengar cerita dari Adnan jika Alisia melahirkan secara normal.“Aku juga lega, sejauh ini yang sakit sih gak ada cuma masih nyeri aja di daerah aku lahiran,” ungkap Alisia dengan wajah teduhnya.Aluna tersenyum, entah ini dia yang merasa atau apa tapi setelah melahirkan aura yang dipancarkan oleh kakak iparnya sangat berbeda. Langsung keluar aura keibuannya, mana cantiknya semakin bertambah. “Terus nama si kecil udah ada?” tanya Aluna.“Tanya saja ke Adnan, dia bilang sudah menyiapka

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 153 Daddy Card

    Happy reading***Aluna dan Salina bergiliran menggunakan ruang ganti, mencoba satu persatu beberapa potong pakaian yang sudah mereka pilih. Tidak jauh dari mereka ada Lisa dan Alisia tengah memilih berbagai jenis alas kaki, entah itu sepatu atau sendah.“Ini cocok tidak kak?” Lisa menyodorkan sebelah kakinya kehadapan Alisia, memperlihatkan kaki kanannya yang tengah menggunakan sepatu yang memiliki hak cukup tinggi. “Gak cocok ya?” ujar Lisa setelah melihat mimic meragukan Alisia.“Cocok-cocok aja sih Lis, tapi kalau saran kakak mending ganti warna deh, hijau neon gitu bikin mata sakit.” Alisia menggelengkan kepala, matanya sudah sakit melihat warna sepatu yang tengah Lisa kenakan.“Iyasih warnanya terang banget,” setuju Lisa.Dari arah kamar ganti Aluna tengah mengamati penampilan Salina, adiknya itu terlihat sangat dewasa menggunakan satu set setelan jas formal. “Ini mau beli set gitu mau kamu pakai di mana?” tanya Aluna.“Aku mau pakai magang sih rencananya kak,” balas Salina. “Gi

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 154 Canada or Australia?

    Happy reading***Daffin dan Adnan kompak memijit kening mereka setelah melihat belanjaan istri masing-masing ditambah lagi dengan belanjaan Salina dan Lisa. Mereka berdua tengah menyesali keputusan untuk memberikan istirahat sehari untuk Aluna dan Alisia. Awalnya ini ide Daffin yang kasihan melihat istrinya setiap hari mengurus rumah dan keluarga, disetujui oleh Adnan yang juga kasihan melihat Alisia kelelahan mengurus Haresh.“Sudah puas buang-buang uangnya?” Daffin menatap Aluna yang tengah bermanjaan dengan Ara.“Belum sih sebenarnya, awalnya kita mau staycation sehari besok baru pulang, tapi karena kasihan Haresh masih kecil jadi tidak tega ditinggal lama-lama,” balas Aluna tanpa ada beban dalam pengucapannya.Mata Adnan tertuju pada Alisia yang mencoba mengganggu Haresh yang baru saja bisa tidur setelah merengek dua jam lebih. “Jangan diganggu!” sentak Adnan dengan pelototan pada istrinya. Enak saja Alisia mau membangunkan Haresh setelah Adnan dan Daffin berjuang dua jam lebih m

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 155 Say Good Bye

    Happy reading***Aluna tengah mengecek beberapa dokumen penting yang akan dirinya masukkan ke dalam koper. Kepindahan mereka terhitung dua puluh hari dari sekarang sudah pasti Aluna mulai mengosongkan lemari. Beberapa pakaian yang tidak akan dia bawa akan Aluna berikan kepada kedua adiknya, Salina dan Lisa. Sementara pakaian Daffin sudah Aluna sumbangkan kebeberapa orang atas bantuan Salina. Dia dan Daffin sudah memutuskan tidak akan membawa terlalu banyak barang, hanya pakaian yang memang cocok dengan suhu Australia dan beberapa barang dan dokumen penting.“Gak capek kak?” Lisa datang dengan satu gelas teh hangat, meletakkan disamping Aluna yang duduk di atas lantai. “Aku bantu ya,” izin Lisa setelahnya membantu Aluna melipat beberapa pakaian yang akan dimasukkan ke dalam koper.“Makasih Lisa,” kata Aluna setelah menyesap teh buatan adiknya itu. “Kamu gak ada kuliah hari ini?” tanya Aluan karena Lisa sehar

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 156 Panic Attack

    Happy reading *** Wangi semerbak dari mentega dan beberapa campuran bumbu membuat Aluna mendadak diam. Entah mengapa tubuhnya menolak jenis bau yang baru saja menusuk hidung, padahal itu adalah bumbu biasa yang Aluna gunakan untuk membuat nasi goreng. Aluna langsung mematikan kompor, sedikit menjauhkan tubuh dari area pantry, mencoba menahan pening dikepala yang tiba-tiba muncul. “Wah… nasi goreng,” girang Salina yang sudah tampil rapi karena ingin ke kampus, diikuti oleh Lisa dengan setelan rapi dan rambut dikepang. “Loh belum selesai dimasak kak?” tanya Salina karena melihat wajan berisi nasi goreng tapi masih belum selesai, menatap kakak iparnya yang mematung dekat kulkas. “Are you okay sis?” Lisa memegang kedua bahu Aluna. “Kakak gak papa cuma tadi kaget aja bau bumbunya aneh banget, takut kadaluarsa,” ujar Aluna membuat Salina yang tengah berdiri didepan kompor langsung mencicipi. Alis Salina terangkat sebelah. “Gak ada yang aneh

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 157 Miracle In Jully

    Happy reading***Daffin menatap cemas istrinya yang tengah diperiksa oleh dokter klinik, tangannya tak melepas tangan Aluna selalu menggenggam erat. Sebelumnya Aluna tidak pernah menunjukkan gejala apa pun, tiba-tiba saja hari ini Daffin melihat istrinya terlihat aneh.“Bagaimana dokter?” tanya Daffin setelah melihat dokter selesai memeriksa kondisi Aluna. “Apakah ada hal buruk yang terjadi pada istri saya?” Daffin menatap dokter yang saat ini memperlihatkan wajah tidak yakinnnya.“Saya hanya dokter umum, gejala miss Aluna tidak bisa saya pastikan dengan jelas, tapi jika diagnosis saya benar.” Dokter menatap Daffin yang selalu setia duduk disamping Aluna yang masih memejamkan kedua mata. “Miss Aluna tengah mengandung,” ujar dokter dengan raut ragu pada wajahnya.“Syukurlah,” lega Daffin.Senyum lega terlihat pada kedua bibir Daffin saat tahu istrinya tidak kenapa-kenapa, hanya meng

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 158 Gift

    Happy reading***Tatapan tajam Alisia membuat Adnan sudah seperti buruh upah yang bekerja tiada henti, sejak pagi buta Adnan seperti setrikaan bolak balik mengangkat barang. Ingin rasanya Adnan mengeluh pada istrinya, tapi Alisia malah acuh dan lebih fokus bermain dengan Haresh. Memang nasib melawan istri, tidak ada yang akan membela apalagi kata-kata Alisia.“Ini itu buat adik kamu.” Adnan sih langsung angkat tangan.“Ini mau ditaruh di mana sayang?” tanya Adnan saat mendorong tempat tidur bayi yang memiliki roda.Alisia menatap seluruh isi kamar yang kata Daffin menjadi kamar sementara anak Daffin dan Aluna. “Di mana ya?” bingung Alisia saat tidak menemukan space yang tepat.Adnan mengembuskan napas, setidaknya dia bisa istirahat sebentar selama istrinya berpikir. “Kamu sih, banyak banget belinya,” ucap Adnan. No! Dia tidak mengeluh karena pengeluaran sang istri yang diluar nalar demi membel

Latest chapter

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 166 Cerita Kita

    Happy reading***“Saya berterima kasih kepada seluruh tamu undangan, para investor yang telah menyempatkan diri hadir pada acara 12 tahun Royal Group.” Daffin berdiri di atas podium dalam acara ulang tahun perusahaan yang dirinya dan sang Papa rintis.Selesai dengan masa jabatan sebagai duta besar, Daffin benar-benar terjun dalam dunia bisnis dan mengambil alih perusahaan atas permintaan sang Papa. Ada begitu banyak kemajuan yang terjadi selama Daffin menjabat sebagai CEO Royal Group. Satu-persatu investor mulai mendekat dan mengajak kerja sama yang membuat Royal Group melebarkan sayap kesegala bidang. Malam ini sebagai pembuktian, Daffin yang berdiri dengan Aluna dan kedua buah hatinya dihadapan begitu banyak tamu undangan memaparkan keuntungan Royal Group selama satu tahun terakhir.“Tidak etis rasanya jika saya tidak membiarkan dewan direksi sekaligus pemegang saham terbesar di Royal Group hanya diam tanpa memberikan sambutan,” ucap Daffin, menoleh menatap Aluna yang masih terseny

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 165 Happy Aniversary

    Happy reading***“Sayang!”Daffin melambaikan tangan saat dirinya melihat Aluna celingak-celinguk menatap seisi ballroom. Jelas teriakan Daffin yang cukup menggelegar itu membuat banyak pasang mata menatap ke arah Aluna dan Alisia yang tengah berjalan menghampiri suami masing-masing.“Halo anak Papa.” Adnan langsung membawa Haresh ke dalam gendongannya.“Ini acara apa sebenarnya?” tanya Alisia yang masih belum tahu dirinya tengah menghadiri acara apa. “Teman kamu yang mana yang mengundang? Aku kenal mereka? Atau mereka kenal aku tidak?” cecar Alisia membuat suaminya terkekeh.“Bukan acara teman aku,” jawab Adnan, melirik Daffin yang tengah merapikan rambut Aluna. “Tapi acara kita,” lanjutnya.“Ha?” Aluna menatap kakaknya. “Kita?” Jujur Aluna semakin tidak mengerti dengan maksud acara kita.Baru saja Aluna ingin membuka mulut ada sep

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 164 Hotel

    Happy reading***Aluna sudah kelimpungan mengurus Ara dan Haresh, belum lagi Aziel yang sedari tadi terus merengek. Pagi-pagi kepalanya sudah dibuat pecah, mana Ara susah sekali diatur sejak Haresh datang. Kedua bocah itu hobi sekali berlari-lari membuat Aluna kewalahan untuk memasangkan pakaian.“Sini biar Aziel sama kakak.” Alisia muncul dengan gaun biru dongker miliknya.Mengembuskan napas lega, Aluna menganggukkan kepala lantas berjalan keluar kamar mencari Ara yang belum dikuncir rambutnya. Pagi ini mereka membagi tugas, tapi karena Gail tiba-tiba demam membuat Alisia haru benar-benar mengurus anaknya, jadilah Haresh Aluna yang mengurus.Aluna ingin menyumpah rasanya, tadi Daffin dan Adnan meminta mereka semua berdandan dengan rapi dan akan dijemput pukul sepuluh yang artinya tiga puluh menit lagi. Tidak ada penjelasan Daffin dan Adnan pergi begitu saja, menyerahkan tugas mengurus dan menyiapkan anak-anak pada istri masing-masing.

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 163 Menuju Akhir

    Happy reading***Daffin menahan tawanya saat menatap Aziel berjalan dengan sempoyongan. Bayi yang baru saja menginjak umur dua tahun itu tengah berjalan menghampiri Aluna yang tengah menguncir rambut Ara. Tersenyum lucu menatap putranya yang berjalan tertatih dengan menjaga keseimbangan tubuh. Jujur saja melihat Aziel yang pantatnya masih dilapisi popok dengan langkah sempoyongan membuat perut Daffin tergelitik.“Buahahahahaha…”Tawa Daffin tidak bisa ditahan lagi saat Aziel jatuh terduduk kala kakinya gagal menjaga keseimbangan tubuh. Anak laki-laki itu yang tahu tengah ditertawai langsung menangis kencang.“Hahaha…” bukannya berhenti tertawa Daffin malah menjadi-jadi, terpingkal-pingkal dengan melihat wajah memerah Aziel dengan air mata membanjiri wajah.“Daffin!” Aluna menatap tajam suaminya.“Haha… iya-iya.” Daffin mengangkat tangan, lekas bangun dari duduknya m

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 162 Baby

    Happy reading***Semuanya mengerubungi si tampan yang berada pada ranjang khusus bayi. Anak laki-laki Daffin dan Aluna telah lahir dengan berat normal dan kondisi sehat. Alisia bahkan menangis saat dirinya yang diizinkan menggendong bayi Aluna pertama kali karena Daffin masih dalam kondisi bergetar setelah menemani Aluna melahirkan.“Lihat sayang, adiknya tampan sekali,” tunjuk Lisa yang tengah menggendong Ara. “Mirip banget sama Papa,” lanjutnya dengan senyum mengembang. Kepala Lisa mendunga menatap ke arah Aluna yang tengah istirahat karena tenaganya habis terkuras. Senyum bangga Lisa berikan pada Aluna walau kakaknya itu tidak melihat, Lisa bahagia kakaknya telah melewati rasa sakit saat melahirkan.“Mirip Ara ya adik kecilnya,” girang Ara melihat adiknya yang masih memejamkan mata.“Ih mirip tante tahu, tidak ada tuh mirip Ara sama sekali.” Salina menggelengkan kepala, waktunya menggoda Ara akhir

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 161 Final Day

    Happy reading***Alisia menggandeng Haresh dengan langkah terburu-buru melewati lorong rumah sakit, dibelakangnya ada Adnan dengan wajah panik. Suami Alisia itu sibuk menghubungi nomor telpon Daffin sejak sampai di rumah sakit. Sialnya, Daffin justru tidak mengangkat satu pun panggilan darinya.“Anak ini kemana sebenarnya,” gerutu Adnan, sudah ada puluhan panggilan hanya untuk Daffin saja tapi tak satu pun diangkat.“Gimana? Daffin ada angkat telpon?” tanya Alisia saat mereka sudah berada di depan salah satu ruangan VVIP rumah sakit.Adnan menggelengkan kepala. “Buru-buru diangkat, operator yang jawab terus,” ujarnya dengan napas berembus kasar. “Kita masuk saja dulu,” pinta Adnan. Menarik gagang pintu dan mendorong pelan.Pertama kali yang terlihat adalah Aluna yang meringis di atas ranjang rumah sakit, disamping Aluna ada kedua orang tua Daffin yang sudah terbang dari Australia ke Canada sej

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 160 Double Check

    Happy reading***Daffin dan Adnan berjalan masuk ke dalam kediaman baru milik Daffin dan Aluna. Semenjak masa jabatan Daffin sebagai duta besar berakhir, dia beserta semua keluarganya pindah dari kondominium, membeli rumah yang jaraknya cukup jauh dari rumah awal mereka. Walau tidak sebesar kondominium tapi rumah yang dibeli Daffin bisa dibilang cukup besar karena memiliki fasilitas yang lengkap. Rumah yang Daffin dan keluarganya tinggali sekarang adalah hasil dari bantuan dari Adnan yang mencarikan mereka rumah.“Aku suka rumah ini,” ujar Adnan saat melihat kolam renang yang mereka lewati untuk sampai ke ruang keluarga. “Untung saja kemarin kamu mau membeli rumah ini, jika tidak aku yang ambil,” canda Adnan yang dibalas kekehan oleh Daffin.“Terima kasih yang ke seratus kali,” ucap Daffin mengingat dia dan Aluna berterima kasih berkali-kali pada Adnan yang membantu mereka mencari rumah, dan mendapat harga diskon karen

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 159 7PM

    Happy reading***Tepat seperti judul untuk bab ini, jam tujuh pagi Aluna dan Alisia tengah menikmati usapan lembut angin yang menerpa kulit mereka. Jalan-jalan pagi sekitaran komplek mereka memang menyenangkan, tak lupa juga dengan Haresh dan Ara yang menemani. Agenda mereka hari ini adalah piknik di taman komplek, hanya mereka berempat karena Daffin dan Adnan tengah keluar karena ada urusan bisnis.“Kandungan kamu gimana? Sehat kan?” Alisia mengusap perut Aluna yang sudah membuncit memasuki umur delapan bulan.“Sejauh ini kata dokter aku dan si kecil sehat-sehat saja,” jawab Aluna. “Semoga saja tidak ada hal buruk terjadi sampai satu bulan kedepan,” harap Aluna.Selama masa kehamilannya Aluna benar-benar menjaga dirinya dengan baik. Dia sama sekali tidak pernah mengerjakan hal berat, pekerjaan rumah pun hanya mencuci piring saja, selebihnya Aluna serahkan pada ART. Aluna terus memikirkan hal positif agar tidak

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 158 Gift

    Happy reading***Tatapan tajam Alisia membuat Adnan sudah seperti buruh upah yang bekerja tiada henti, sejak pagi buta Adnan seperti setrikaan bolak balik mengangkat barang. Ingin rasanya Adnan mengeluh pada istrinya, tapi Alisia malah acuh dan lebih fokus bermain dengan Haresh. Memang nasib melawan istri, tidak ada yang akan membela apalagi kata-kata Alisia.“Ini itu buat adik kamu.” Adnan sih langsung angkat tangan.“Ini mau ditaruh di mana sayang?” tanya Adnan saat mendorong tempat tidur bayi yang memiliki roda.Alisia menatap seluruh isi kamar yang kata Daffin menjadi kamar sementara anak Daffin dan Aluna. “Di mana ya?” bingung Alisia saat tidak menemukan space yang tepat.Adnan mengembuskan napas, setidaknya dia bisa istirahat sebentar selama istrinya berpikir. “Kamu sih, banyak banget belinya,” ucap Adnan. No! Dia tidak mengeluh karena pengeluaran sang istri yang diluar nalar demi membel

DMCA.com Protection Status