Aland baru saja selesai mandi. Dia langsung menghampiri Clara yang tengah melamun di atas ranjang. Pria tampan itu berdiri tepat di samping Clara yang bahkan tidak sadar akan kehadirannya. Dia membiarkan air dari ujung rambutnya menetes pada ceruk leher Clara.Ketika air metesi lehernya, Clara langsung mendongak ke atas, di mana sudah ada Aland yang menatapnya tajam. “Aland ….” Clara mendorong dada Aland menjauh.“Apa yang sedang kau pikirkan?” Aland duduk di hadapan Clara, menyentuh lembut pipi istrinya.“Aland, kenapa mendadak aku merasa sedih …,” lirih Clara.“Sedih?”“Ya. Ketika aku melihat Yura. Biasanya, dia sangat bersemangat, tapi tadi ….”“Ada apa?”“Sepertinya aku merasakan kesedihannya.”“Jangan terlalu banyak berpikir,” saran Aland.“Ya, aku tahu. Tapi sepertinya, memang sangat mengerikan tidur bersama pria yang tidak kita cintai. Aku tidak tahu bagaimana rasanya jika hal itu terjadi kepadaku. Mungkin aku akan seperti Yura, atau lebih parah lagi.”Aland menatap wajah Clara
Hari ini mereka berencana untuk kembali, karena Aland sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaannya, dan Clara juga udah setuju untuk pulang. Clara sudah rindu dengan suasana Mansion.“Aland, sekarang kau bisa kembalikan simcard ponselku.” Sejak Aland mengambil simcard miliknya, ponselnya itu tidak pernah memiliki satu pun panggilan masuk. Padahal saat dia datang ke pulau ini untuk berlibur, beberapa panggilan masih masuk ke dalam ponselnya. Clara ingat yang menelponnya itu tak lain adalah William.“Aku akan mengembalikanya, tapi tidak hari ini,” jawab pria itu singkat sembari sibuk menatap layar ponselnya.Beberapa panggilan menganggu seharusnya tidak ditanggapi, karena itu akan menganggu acara liburan mereka. Lagipula, Aland sangat tidak menyukai William karena terus menghubungi dan mencoba mendekati istrinya.William benar-benar penganggu bagi hubungan mereka. Semenjak Clara tidak bisa dihubungi, pria gila itu malah berniat untuk pergi menyusul, yang mana itu akan merusak acara libu
Setelah kembali dari liburan, Aland dan Clara menjalankan aktivitas seperti biasanya. Aland akan menjadi pria pebisnis yang sibuk, dan Clara akan menjadi seorang istri yang pengangguran dan tidak melakukan apapun.Sudah delapan bulan lebih berlalu, kini perut Clara sudah sangat besar. Beberapa hari yang lalu, Clara melakukan USG pada kandungannya. Clara sangat senang melihat foto hasil USG baby twins miliknya. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan mereka.Meskipun kandungannya sudah menginjak delapan bulan lebih, tapi Clara dan Aland masih tidak ingin mencari tahu dengan jenis kelamin anak kembar mereka. Mereka melakukan USG hanya untuk melihat pertumbuhan baby mereka. Dan tentunya, mereka tumbuh dengan baik dan sehat.“My Baby ….” Clara mengelus lembut perutnya, dan lengan yang satunya lagi memegang foto hasil USG miliknya. “Lihatlah papimu, sudah sangat larut, tapi dia belum kembali.”Sudah pukul sebelas malam, dan Aland belum pulang. Biasanya, Aland tidak pernah pulang selarut
Seharian penuh Clara dan Aland berada di Mansion. Mereka melakukan berbagai kegiatan seperti, olahraga pagi, merawat bunga mawar milik Clara di taman, dan kini mereka berakhir di kamar bayi yang tengah mereka tata.Aland sibuk memasang ranjang bayi, sementara Clara dia tengah menempelkan beberapa stiker lucu pada dinding kamar. Clara sangat senang karena dia bisa mendekor kamar bayinya sendiri, dan Aland akan memberikan apapun yang dia inginkan.Tapi, tiba-tiba cara merasakan nyeri di bagian bawah perutnya. Hanya sesaat, dia sedikit mengabaikan itu dan kembali kepada aktivitasnya. Lalu Aland menghampirinya, membantu Clara dengan beberapa stiker yang ditempelkan di dinding.Clara mengelus pelan perutnya yang mana hari ini baby-nya itu sangat aktif bergerak. Sesaat dia melihat Aland yang tengah fokus di sampingnya. Dia meraih lengan suaminya lalu diletakkan pada perut yang menonjol.“Apa kau merasakannya?” tanya Clara saat ia mengarahkan lengan Alan pada perutnya untuk merasakan geraka
Sekitar beberapa menit berlalu Clara harus menahan rasa sakit untuk melahirkan kedua buah hatinya. Aland terus berada di sampingnya, mengenggam lengannya dan menguatkannya. Sampai suara tangisan baby mereka yang kedua lahir dengan selamat.“Mereka terlihat sepertimu, Clara,” kata Jonathan saat melihat baby di sisi dan kanan Clara.Clara tersenyun. “Benarkah? Apa tidak ada yang mirip seperti Aland?”“Ada.” Jonathan menyimpulkan senyumannya. “Mungkin baby laki-lakimu nanti akan mewarisi sikap ayahnya.”Tentu saja, dia akan menjadi pria baik dan penyayang seperti Aland. Pikir Clara.“Kau harus beristirahat dengan baik.” Jonathan berbalik pergi dan keluar ruangan, dia tidak ingin menganggu Clara yang akan beristirahat.Sudah dua hari berlalu semenjak Clara di rumah sakit, kini dia sudah di perbolehkan pulang ke mansion. Untuk beberapa hari, Clara memutuskan untuk memindahkan ranjang baby ke dalam kamarnya. Dia tidak ingin babynya tidur di kamar mereka untuk saat ini.Aland sudah mengatur
Pagi-pagi sekali, Clara sudah bangun untuk menemani baby Fiona yang sudah bangun terlebih dulu darinya. Mala mini, baby girl itu tidur di atas ranjang bersama mami dan papinya. Dia tertidur pulas, tidak merengek seperti tidur di atas box babynya sendiri.Clara tidur di tengah ranjang, Aland dan Fiona masing-masing di sisi kanan dan kirinya. Dia tertidur memunggungi Aland, tidur menghadap baby girl yang sudah terbangun itu. Tapi di sisi lain, lengan Aland terus menarik bahunya supaya Clara mau berbalik menghadap ke arahnya. Daripada menjadi rebutan seperti itu, dia memutuskan untuk bangun dari posisinya.Merasa Clara yang beranjak dari sisinya, perlahan Aland membuka mata. Di hadapannya, sudah ada baby kecilnya yang terbangun tapi tidak merengek seperti semalam. Aland langsung menggeser posisi tidurnya, mendekat kea rah Fiona.Clara kembali ke atas ranjang, membaringkan Fillio yang masih tertidur pulas di samping Fiona. Baby boy itu sangat suka tidur, berbeda dengan Fiona yang lebih su
Sudah enam bulan berlalu semenjak hari kelahiran dua baby-nya. Kini kesibukan Clara hanya fokus mengurus Fiona dan Fillio saja. Semakin hari, baby kecilnya itu semakin lucu dan menggemaskan, membuat hari-hari Clara semakin berwarna.“Fillio, hei lihat Mami,” pinta Clara kepada baby boy yang sibuk dengan beberapa mainannya.Meskipun semakin hari, kesibukan Clara semakin bertambah dengan mengurus suami dan anak-anaknya. Kini, 6 bulan waktu berlalu tidak terasa, dan waktu yang telah dijanjikan oleh Aland telah tiba. Jika suaminya itu menjanjikan setelah enam bulan usia putra dan putri mereka, Clara sudah diperbolehkan untuk pergi bekerja kembali. Fiona mengoceh di atas pangkuan Clara, putri kecilnya itu tidak mau pergi menjauh sedikitpun dari maminya. Terlebih lagi jika ada Aland, Fiona akan selalu menempel pada papinya.Fiona sangat aktif dan tidak mau diam, beberapa kali dia menarik rambut atau beberapa aksesoris yang Clara kenakan. Dia sangat nakal. Berbeda dengan Fillio yang sangat
Hari ini adalah jadwal berenang Fiona dan Fillio. Clara dan Aland pergi bersama-sama ke tempat renang khusus baby. Di sana, sudah banyak baby dan orang tua lainnya yang juga mengikuti pelatihan hari ini. Biasanya, hanya Clara yang mengantar baby kembarnya untuk mengikuti les berenang, tapi kini Aland juga turut hadir. Suaminya itu seketika menjadi perhatian para anggota di sana.“Aland Washington memang selalu menjadi perhatian meskipun sudah mempunyai dua anak,” gumam Clara rendah, namun Aland masih jelas mendengarnya.“Kau yang memintaku untuk datang, tapi kini kau malah menyalahkanku.”“Aku mengatakan yang sebenarnya.”Clara pergi terlebih dahulu untuk masuk ke dalam kolam renang bersama baby Fillio, sementara Aland masih berada di atas dengan Fiona di dalam gendongannya. Pria itu malah terdiam dan memandang intens Clara, tidak menghiraukan Fiona yang sudah tidak sabar ingin bermain air.“Fillio lihat Mami, kau sangat suka berenang ya ....” Clara memegangi Fillio yang tengah asik m
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,