Cherry menjulurkan lidah padanya dan mencubitnya. "Baru tahu, ya? Bodoh sekali kamu!"...Ekspresi dan gerakan mereka terlihat oleh Hanzel, dan api cemburu berkobar di dalam hatinya. Hanzel menggeram dalam hati, dia pasti harus mencari kesempatan untuk mempermalukan pemuda ini nanti!Keempat orang itu tiba di sebuah hotel dan mencari tempat duduk di lobi, memesan beberapa makanan dan minuman. Zefri tampak santai saat makan, tetapi wajahnya penuh dengan pemikiran.Cherry tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Ayah, kalian sebenarnya mau bertemu siapa hari ini?""Paul, putra dari Tuan Herman," jawab Hanzel dengan suara rendah.Cherry sedikit terkejut, "Kamu bahkan mengenal putra Tuan Herman?"Hanzel merasa bangga dalam hati, "Paman Paul itu teman ayahku, kami sudah sering bertemu.""Jadi, hari ini kita mau undang Tuan Paul makan?""Keluarga kita mana bisa mengundang Tuan Paul makan." Zefri berkata dengan muram, "Ini informasi dari Hanzel, Tuan Paul hari ini datang bersama istrinya ke hot
Cherry mendengarnya dan merasa sangat tertekan. Dia dengan rasa bersalah berkata kepada Doni. "Ayahku nggak percaya kamu, maaf ya."Doni tersenyum, "Nggak apa-apa, kalau perlu, hari ini aku akan bantu keluargamu berbicara dengan Paul.""Terima kasih." Cherry tersenyum manis, merasa bahwa Doni adalah orang yang sangat baik.Di tengah semua kesalahpahaman dan sindiran dari orang lain, dia masih bisa menjaga sikap. Ketulusan dan sikapnya jauh lebih baik dibandingkan dengan semua anak kaya yang dikenal Cherry. Ini membuat Cherry diam-diam bertekad bulat, dirinya pasti harus mendapatkan Doni! Pria sebaik ini, jika Helen tidak menghargainya, dia tidak akan membiarkannya pergi.Hanzel berdiri dan berkata, "Paman, sebelumnya, aku sudah bilang kepada Paman Herman, waktunya seperti yang sekarang ini. Aku akan pergi ke ruang VIP-nya untuk memberitahunya. Kalau dia setuju untuk temui kamu, urusannya hampir selesai."Doni tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Keluarga Sirait benar-benar berkuasa
Apa yang terjadi dengan alur pikirannya ini?"Kenapa ekspresimu seperti itu?" Doni bertanya bingung. "Bilang dong."Cherry mengerlingkan matanya. "Kalimat baik nggak perlu diulang! Malas untuk bicara!""Kalau begitu, ya sudah." Doni dengan kecewa menyimpan ponselnya.Cherry dengan marah melepaskan sepatu hak tingginya dan meletakkan kakinya di paha Doni. "Kakiku sakit lagi, pijatkan untukku ya.""Kenapa bisa sakit lagi?" Doni bingung saat memijat pergelangan kakinya. "Sudah nggak bengkak, kok.""Entahlah, pokoknya aku merasa nggak nyaman ... stt ... pelan-pelan.""Hmm, mungkin ada sedikit cedera pada fasia, tahan sedikit ya." Doni berkata sambil meningkatkan tekanan pijatannya.Cherry merasakan rasa kesemutan dan nyeri di kakinya. Meskipun dia merasa kurang nyaman, tetapi dirinya juga merasa sedikit nyaman di bawah pijatan Doni. Dia tidak lagi berbicara, memejamkan matanya dan menikmatinya.Tidak sampai lima menit, Zefri dan Hanzel kembali dengan wajah lesu. Dari ekspresi mereka, terli
Mendengar perkataan Hanzel, Cherry segera menatapnya dengan tidak senang."Apa Doni nggak punya status? Kalau dia bilang bisa bertemu, pasti bisa! Aku percaya dia!""Kalau kamu nggak bisa atasi, jangan larang Doni untuk coba!""Apa kamu takut Kalau Doni berhasil dan kamu jadi malu?""Ayah, di mana ruangan Tuan Paul? Biarkan Doni coba!"Zefri juga merasa sangat ragu.Di satu sisi, urusan di bank memang mendesak, bahkan jika ada harapan satu persen, dia ingin mencobanya. Namun di sisi lain, dia sangat takut kalau Doni hanya berbohong. Kalau dia asal pergi saja, ini bisa jadi membuat Tuan Paul berpandangan negatif terhadap Keluarga Wijaya. Keadaan ini tentunya akan sangat merugikan Keluarga Wijaya.Namun, sebelum Zefri bisa berbicara, Hanzel sudah tidak tahan lagi dan berkata, "Ruang VIP Hotel Zabura di lantai dua, Doni, kalau berani, silakan pergi!"Doni mengedipkan matanya, "Nggak masalah, tunggu kabar baik dariku."...Setelah Doni pergi dari meja makan, Zefri merasa sedikit cemas. Kal
"Ayah, apa Ayah berani bertaruh dengan aku?""Aku yakin Doni pasti bisa bujuk Tuan Paul untuk bantu!""Bertaruh?" Zefri mengerutkan keningnya, terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Baiklah, kita bertaruh, tapi kita harus sepakat dulu. Kalau Doni nggak berhasil, kamu harus jauhi dia, nggak biarkan dia ganggu kamu lagi!""Setuju!" Cherry langsung mengangguk, sambil diam-diam tertawa. Sekarang bukannya Doni yang mengganggunya, melainkan dia yang justru mengganggu Doni! Permintaan Zefri tidak ada artinya. Cherry berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Kalau Doni berhasil, bagaimana aku berhubungan dengannya, itu nggak perlu kamu urus!"Zefri tertawa sinis dan berkata, "Kalau dia nggak berhasil, bukan cuma harus menjauh dari dia, kamu juga harus serius berhubungan dulu dengan Hanzel untuk suatu jangka waktu.""Setuju!" Cherry mengangguk tanpa ragu.Di samping, Hanzel mendengarkan taruhan antara ayah dan anak itu dengan senyum lebar. Kalau Doni diusir nanti, maka hubungannya dengan Cherry tidak ak
Hanzel merasa sulit untuk menerima kenyataan, tetapi itu sudah tidak ada gunanya. Paul sudah berdiri di depan mereka dengan jelas, dan dia sangat ramah.Hanzel merasa wajahnya panas bagaikan baru saja ditampar beberapa kali.Paul menepuk bahu Zefri dan melanjutkan, "Doni sudah berbuat banyak untuk keluargaku. Sebagai temannya, aku pasti nggak akan tolak. Pak Zefri, tenang saja, meskipun hubunganku di sistem perbankan tidak begitu kuat, tetapi urusanmu pasti nggak ada masalah!"Zefri terkejut dan hampir nggak bisa berbicara. Dia masih ingat jelas ekspresi Paul yang menjauhkan diri sebelumnya.Namun, sekarang Paul berdiri di depan dan berbicara dengan sopan. Ini membuat Zefri agak terbata-bata. "Ini ... haha, ini kesalahanku. Tadi, di dalam, aku seharusnya nggak sembunyikan hal ini, mohon maaf.""Nggak apa-apa ...." Paul tersenyum dan berkata, "Tenang saja, paling lambat besok pagi, masalah kalian sudah bisa teratasi! Sistem perbankan ini ... begitulah cara kerjanya, mereka menyebutnya m
"Namun, untuk mengembangkan perusahaan, dana adalah satu hal, tetapi dapatkan proyek baru yang mendatangkan profit, itu hal yang lebih penting.""Kebetulan, aku punya sebuah proyek. Asalkan aku turun tangan, aku jamin, perusahaanmu akan terima proyek itu.""Oh?" Kalimat ini langsung menarik perhatian Zefri. Dia melihat Hanzel dengan sedikit terkejut. "Hanzel, kamu punya proyek? Seberapa besar?""Sekitar beberapa miliar, nggak terlalu besar, tetapi asalkan aku merekomendasikannya ke perusahaan pusat, aku yakin bisa membuat Paman dapat proyek ini! Ini bisa diatur hari ini!""Bagus sekali!" Zefri tersenyum, "Terima kasih banyak!""Paman, jangan terlalu sopan, sudah seharusnya aku bantu Paman!" Hanzel merasa bangga di dalam hati. Dia sudah memikirkan hal ini sejak lama. Awalnya, dia berencana untuk membantu Keluarga Wijaya melewati krisis perbankan, lalu membincangkan proyek ini untuk menyenangkan Zefri. Namun hari ini, demi mengalahkan Doni, dia terpaksa menyinggung perihal proyek lebih a
Hanzel ingin pamer di depan Doni! Dia ingin menunjukkan kepada Doni pencapaian kariernya dan membuat Doni menyadari perbedaan di antara mereka.Karena itu, Hanzel berkata, "Bagaimana kalau kita bawa Doni juga? Biarkan dia berpura-pura menjadi orang dari Grup Wijaya. makin banyak orang yang pergi, makin terlihat resmi."Zefri berpikir sejenak. "Baiklah, jadi Doni, bagaimana menurutmu? Kalau kamu merasa repot, aku bisa panggil mobil untuk antar kamu pulang."Sebelum Doni menjawab, Cherry menarik lengannya. "Ayo pergi bersama, banyak tangga di gedung kantor, dan lantainya licin. Aku khawatir kakiku akan terluka lagi.""Baiklah." Doni mendesah dalam hati, sepertinya dia masih harus menjalankan peranannya sebagai tameng bagi Cherry....Meskipun sudah berurusan dengan Harris cukup banyak dan memiliki saham di Grup Harris, ini adalah pertama kalinya Doni datang ke markas besar Grup Harris.Belum sampai tujuan, dia sudah melihat tulisan "Gedung Harris" dari jauh. Mau tidak mau, Doni harus men
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a