Di bawah bimbingan Hanzel, keempat orang itu masuk ke kantor Joshua.Joshua bertubuh tinggi besar, kulitnya sedikit gelap, dengan rambut cepak, tampak cukup garang.Dia duduk di belakang meja kerja yang lebar, ekspresinya angkuh."Hanzel, ini orang dari Grup Wijaya?""Perkenalkan kepadaku."Hanzel tersenyum seolah ingin menyenangkan dia."Ini Pak Wijaya, Direktur Grup Wijaya.""Ini Kepala Divisi Proyek, Pak Zefri.""Ini Cherry, Sekretaris Direktur.""Senang bertemu, silakan duduk!" Joshua berdiri, menunjuk ke sofa di ruangan, matanya melirik ketiga orang tersebut. Ketika matanya melintas pada Cherry, dia tidak bisa menahan diri dan menelan ludah.Hari ini Cherry mengenakan pakaian yang cukup menggoda, terutama dengan dua kaki panjang yang dibungkus stoking hitam, dipadukan dengan seragam gaya pramugari. Dia benar-benar bagaikan iblis kecil yang menggoda.Joshua hanya melirik sekali, dan pandangannya tidak bisa dipalingkan lagi.Kaki ini, aduhai langsingnya!Dia kembali ke kursinya deng
Setelah dimaki oleh Joshua, Hanzel tidak berani berbicara lagi. Akan tetapi, dia tahu Joshua memiliki status tinggi di perusahaan dan memecat seorang kepala departemen proyek cabang tidaklah mudah."Pak Zefri." Joshua tersenyum pada Zefri."Aku ini sangat mudah untuk diajak bicara.""Kalau perusahaanmu menunjukkan sikap profesional, akan ada proyek baru yang diberikan kepada perusahaanmu.""Sekarang cuma beberapa miliar. Grup Harris punya banyak proyek bernilai puluhan miliar.""Kamu harus mempertimbangkannya dengan baik."Zefri langsung merasa dilema, haruskah dia mengorbankan putrinya sendiri demi perusahaan?Joshua melihat ke arah Cherry dan tertawa, "Nona Cherry, di dalam dunia bisnis, minum-minum dan melayani pihak A adalah hal yang sangat wajar. Karena kamu telah menjadi manajer proyek Grup Wijaya, seharusnya kamu tahu hal ini. Hal-hal kecil ini adalah cerminan dari ketulusan dan sikap profesional."Meskipun Cherry tidak mengatakan apa-apa, raut wajahnya sudah menjadi jawabannya.
Joshua agak kehilangan kesabaran dan berkata dengan dingin, "Sebuah proyek kecil saja sampai menjadi masalah besar, Grup Wijaya punya reputasi yang sangat besar. Kurasa lebih baik lupakan saja, kalian pergilah."Zefri sangat sergap dan buru-buru berkata, "Pak Joshua, tenanglah! Kami akan segera pergi. Cherry, tinggallah dan mengobrol dengan Pak Joshua!"Setelah mengatakan itu, dia menarik Hanzel dan pergi.Cherry menghentakkan kakinya dengan cemas, "Aku nggak mau mengobrol! Kalau mau mengobrol, ayo mengobrol di hadapan semua orang! Apa kalian nggak mengerti trik yang dia mainkan!?"Zefri mengerutkan kening, "Cherry, pikirkan situasi akhirnya!"Cherry terus menggelengkan kepalanya, "Nggak mau!"Pada titik ini, Joshua telah melihat sepertinya hanya Cherry yang begitu enggan.Dia berjalan keluar dari belakang mejanya dan menatap Cherry dengan senyuman muram."Heh, sepertinya kamu benar-benar nggak profesional!""Grup Wijaya gagal dalam mendidik karyawan!""Tapi ... aku bisa mendidikmu unt
Cherry menjadi lemas. Dia mengabaikan Zefri dan Hanzel, melainkan melihat ke arah Doni. Makna dalam tatapannya sudah sangat jelas. 'Bagaimanapun, aku adalah sahabat Helen. Kamu tidak akan mengabaikanku, 'kan?'Doni tertawa datar, "Prioritaskan apa yang kamu pikirkan. Mau diskusi ya diskusikan. Kalau nggak mau, pergilah. Nggak ada yang bisa memaksamu."Setelah mendengar ini, Cherry langsung mendapatkan kepercayaan diri dan tubuhnya menjadi lebih tegak, "Aku nggak akan pernah melawan prinsipku dalam hidup!""Cherry! Kamu benar-benar bodoh!" Zefri menghentakkan kakinya dengan cemas, "Ini cuma masalah negosiasi, apa perlunya membahas berprinsip atau nggak!?"Hanzel mengernyitkan dahi dan menatap Doni, "Yang bernama Doni itu, kamu sengaja menghancurkan segalanya, ya?"Plop! Plop! Plop!"Bagus! Bagus sekali! Berkicau serempak di sini, kalian anggap tempat ini apa?" Joshua bertepuk tangan di samping sambil menyeringai."Apakah Grup Harris adalah tempat bagi kalian untuk berakting?""Hari ini
Meskipun telah bersiap mengorbankan Cherry, ucapan ini masih membuat Zefri marah. Dia menggertakkan gigi dan berkata, "Pak Joshua, orang ini nggak punya hubungan apa pun dengan keluarga kami! Dia adalah karyawan tingkat rendah dan nggak bisa mewakili keluarga kami! Doni, lepaskan! Cepat minta maaf kepada Pak Joshua!"Hanzel juga ikut menimpali, "Doni, ini bukan tempat bagimu untuk mengacau! Lepaskan!""Bocah, lepaskan!" Wajah Joshua terlihat garang."Lalu berlutut dan bersujud untuk minta maaf padaku!""Kalau nggak, aku akan membunuhmu ...."Plak!Doni meluncurkan tamparan.Kepala Joshua tersentak dan matanya berkunang-kunang setelah ditampar.Saat tamparan ini diluncurkan, Zefri dan Hanzel tercengang.Apakah bajingan ini sudah gila?Beraninya dia bertindak semena-mena di Grup Harris?Apakah dia sudah bosan hidup?Kesadaran Joshua agak pulih dan mengumpat dengan suara lantang sebelum mengangkat kakinya untuk menendang Doni.Doni sama sekali tidak menghindar, malah mengerahkan tenaga pa
Harris sangat marah begitu mendengar seseorang berani mengacau di Grup Harris. Setelah dicari tahu, dia mengetahui ternyata pengacau itu adalah anggota Grup Wijaya yang kecil dan dia benar-benar murka.Dia merasa itu pasti karena Calvin sakit beberapa waktu lalu dan Grup Harris miliknya terlalu toleran dalam melakukan sesuatu. Sekarang sekumpulan orang rendahan berani sekali mengacau di Grup Harris.Maka dari itu, Harris memanggil semua orang dari seluruh departemen keamanan dan bergegas ke kantor Joshua dengan amarah yang meluap-luap.Para karyawan yang menonton di luar semuanya terlihat menikmati pertunjukan.Para anggota Grup Wijaya sudah tamat!Benar-benar tamat!Kalau presdir sudah marah, apa yang bisa mereka lakukan?Apakah hari ini keempat orang tersebut akan dihajar sampai mati oleh presdir sendiri?Gadis kecil itu cukup cantik. Sayang sekali kalau dia dihajar sampai mati. Akankah presdir memberikannya kepada Joshua sebagai hadiah?..."Siapa yang mengacau di Grup Harris? Sudah
Doni membelakangi pintu dan setengah dari tubuhnya dihalangi oleh Cherry. Harris tidak mengenalinya saat masuk.Saat ini setelah mendengar ucapan Doni, dia pun terdiam selama beberapa saat sebelum berteriak, "Kurang ajar! Beraninya kamu mengumpatiku!? Serang! Bunuh bocah ini dan cincang dia!"Satpam menanggapi dan bergegas masuk dengan tongkat di tangan.Cherry terkejut. Melihat Doni sama sekali tidak bergeming, dia berteriak, "Doni, hati-hati!"Mendengar nama "Doni", bulu kuduk di tubuh Harris langsung berdiri. Dia melompat dengan panik dan berteriak, "Berhenti! Kembali!"Satpam segera berhenti dan menatap Harris dengan bingung."Minggir! Minggir!" Harris berkata sambil mengambil beberapa langkah ke depan dengan hati-hati. Ternyata Doni!Dia terlihat terkejut dan langsung mengubah raut wajahnya dengan menyunggingkan senyuman. Kecepatan perubahan ekspresinya ini sangat mencengangkan."Ah! Tuan Muda Doni! Ternyata kamu Tuan Muda Doni!""Tumben sekali datang!""Kok nggak memberitahuku ka
Melihat Doni diam saja, Harris mulai bermandikan keringat dingin. Dia menendang Joshua dengan keras lagi, "Tuan Muda Doni, katakan bagaimana harus menangani masalah ini. Aku bisa membunuhnya hanya dengan sepatah kata darimu."Joshua sangat ketakutan dan bisa melihat kalau Harris sangat menghormati Tuan Muda Doni. Meskipun dia tidak mengerti alasannya, sekarang faktanya adalah nyawa hanya masalah satu ucapan dari pria itu.Doni tersenyum, "Orang ini menyinggung Keluarga Wijaya, kenapa kamu bertanya padaku? Tanyakan pada Keluarga Wijaya apakah mereka puas.""Benar, benar, akulah yang bodoh!" Harris tertawa malu-malu, kemudian berbalik dan tersenyum hormat pada Zefri, "Pak Zefri, apakah kamu puas?"Pikiran Zefri masih kacau, jadi dia tanpa sadar mengangguk, "Puas, puas!"Harris menatap Cherry lagi, "Nona Cherry, apakah kamu puas?"Cherry menatap Doni dengan tatapan bingung.Doni tersenyum, "Cherry, Pak Harris adalah orang yang menjunjung keadilan. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a