Dunia yang belum pernah aku masuki, perasaan cinta yang setiap hari datang seperti hal baru. Senyuman yang setiap saat kurindukan, aku merasa bisa memberikan segalanya untuk Jexeon. Bahkan duniaku yang biasanya tenang kini berubah mendebarkan karena dia. Hidupku yang biasanya hanya ; datang ke kampus, ikut kajian, pengajian di pesantren milik Fatimah, dan melakukan kegiatan lurus lainnya lalu bertemu orang-orang baik dari kalangan terpelajar. Kini berbeda.Sekarang semua berubah. Itu karena aku memiliki suami mantan mafia, pernikahanku saja dihadiri mafia dan gengster. Sungguh keluar dari zona aman yang selama kutempati. Sesekali aku melirik ke samping, orang menyeramkan yang pernah Jexeon ceritakan. Pram, pemimpin Siluet. Mafia nomor 1 di Indonesia. Aku sedang diculik olehnya.Dia tidak menyakiti dan membawaku dengan baik-baik, aku menurut karena takut dia membuat keributan dan menyakiti. Aku memegang tongkat dengan erat, jantungku berdebar, rasanya takut tetapi juga penasaran. Or
"Aku percaya Mas Iyon udah berubah, jangan berusaha membuatku ragu, karena itu percuma."Jantungku berdebar kencang, tubuhku gemetar ketakutan. Pandanganku beralih ke jam dinding, berharap Jexeon segera datang. Aku sudah membantah Pram. Bisa saja dia marah dan dor, menembakku di tempat. "Kau keras kepala sekali. Kalau dia tidak datang, aku berniat membunu--" Belum ucapan itu terselesaikan, teriakan dari ruang tamu terdengar."Pram!" Itu suara Jexeon, akhirnya dia datang. Aku sempat takut dia mengabaikanku. Wajah Pram berubah setelah melihat kedatangan Jexeon. Tubuh tinggi besar itu terlihat terengah-engah, menatapku yang masih duduk dengan tubuh gemetar. "Akhirnya kau datang, makanan sebentar lagi siap." Pram mengetuk meja dengan jemarinya, membuat suasana hening menjadi semakin tegang. Kepalanya meneleng sembari tersenyum. "Kau gila!" teriak Jexeon. Emosinya memuncak, dia berjalan cepat ke arah Pram dan menarik kerahnya. Membuat Pram berdiri santai. Para tukang pukul mengelu
Setelah mencapai tujuan masing-masing kami akan berpisah, itu adalah kesepakatan. Maka dari itu aku pernah berusaha menghilangkan rasa ketergantungan terhadap kehadirannya. Menahan perasaanku sendiri supaya tidak jatuh cinta. Namun, sepertinya aku terbawa arus, tidak bisa berhenti sekuat apapun mencoba. Setiap hari perasaan ini tumbuh subur, seolah aku memang ditakdirkan untuk mencintainya. "Kamu tenang saja, semua akan baik-baik saja." Kata Jexeon, kakinya terus bergerak. Terlihat gugup. Padahal aku biasa saja, tetapi malah dia yang terlihat gugup. Tadi dokter mengarahkan kami ke dokter kandungan. Sekarang sedang persiapan USG. Namun, terjadi sesuatu dengan alatnya sampai dokter memanggil rekannya. "Aku santai kok, Mas. Kalau seumpama aku beneran hamil, gimana?" "Maksudnya gimana?"Kalau aku hamil, apa kamu akan senang atau tidak? Aku takut bertanya, pasalnya kami menikah bukan karena cinta. Sampai sekarang aku tidak tahu apakah Jexeon mencintaiku atau tidak.Aku sangat takut ji
Jexeon menoleh dan langsung mengangkat tubuhku, berjalan ke kamar tanpa memedulikan Arjun dengan buah berceceran. Lalu bagaimana nasip pecel leleku? Tanganku melingkar di leher Jexeon, dia menaiki tangga menuju kamar. Mendudukkanku di ranjang setelah melepaskan tas yang berada di punggungnya. "Kau mau mandi?" tanyanya.Aku mengangguk, badanku sudah sangat lengket. "Ayo mandi bareng," katanya. Tidak mungkin acara mandi bersama akan berlangsung lancar, Jexeon bukan tipe suami seperti itu. Dia pasti mengambil kesempatan untuk melakukan hal 'itu'. "Nggak usah, aku mandi sendiri aja." Aku meraih tongkat, berdiri menuju closet, mengambil baju tidur. "Aku tidak akan melakukannya, kau kan sedang hamil." Ucapannya membuatku langsung menoleh, dia seperti bisa membaca pikiranku. "Boleh ya aku mandiin?" Wajahnya memelas, kalau sudah begini pasti jantungku rontok. Wajah sangat tampan itu penuh harap, tanganku langsung pegangan. Tidak kuat menahan pesonanya.Kepalaku perlahan pengangguk, k
Usia kandungan yang semakin besar membuat wanita pincang itu sulit bergerak. Bahkan di hari wisudanya ia berjalan pelan hingga ditunggu orang-orang, sangat hati-hati supaya tidak terjatuh di tangga. Saat itu Jexeon melihat kegembiraan di mata Yua, istri yang tengah mengandung itu memakai toga. Foto bersamanya dan sekarang dipajang di dinding. Bersanding dengan foto pernikahan. "Kalian jangan menyusahkan Yua." Jexeon mengusap perut Yua, sudah memasuki bulan ke tujuh. Acara tujuh bulanan kemarin berjalan dengan lancar. Ia tidak menyangka akan memiliki keluarga sendiri. Beberapa bulan lalu ia bekerja keras untuk membuat kedamaian ini, membebaskan diri dari cengkraman Pram. Itu bukan hal yang sulit baginya, dari dulu posisinya setara dengan Pram meskipun Pram anak dari Tuan besar. Jexeon langsung mengadakan rapat bersama Lazio dan Elgar, tim terbaiknya. Menjalankan rencana setelah berpikir matang. "Apa rencanamu?" tanya Lazio, menyisir rambutnya yang semakin panjang menggunakan jari
Lewat kekuasaan Ghurair, 10 tukang pukul berpangkat letnan keluarga Siluet mampu dibebaskan. Pram sangat senang mendengar hal itu, berharap bisnis haramnya di Dubai akan berjalan lancar kembali. Sayangnya tidak semudah itu, Jexeon menjalankan rencana selanjutnya. Membuat markas Siluet hancur. Menghanguskan semua berkas penting dan meninggalkan jejak remakan CCTV, itu adalah rencana untuk mengadu domba.Jexeon, Elgar dan Lazio mengenakan pakaian ala keluarga Yen. Mengendap-endap menuju pintu keluar setelah menembaki para tukang pukul. Hal yang sulit adalah Jexeon tidak boleh melakukan pertarungan jarak dekat. Gerakannya bisa ketahuan. Pria yang tidak ahli menembak itu terpaksa harus menggunakan pistol."Sial, mereka tidak ada habisnya." Lazio terus menembak menggunakan dua pistol. Bahkan si penembak jitu saja sudah kualahan.Sementara tembakan Jexeon terus saja meleset, dia tidak ahli menembak. Bisa dibilang itu adalah kelemahannya. "El, kapan bomnya meledak?" tanya Jexeon dengan na
Lazio langsung mengerem mendadak, hampir menabrak mobil kecil yang ada di depan mereka. Tidak ada yang memakai sabuk pengaman membuat jidat mereka hampir kejedot."Lihat ke depan, Bangsat! Akh." Jexeon terlihat sangat kesakitan. "Kau gila, bagaimana bisa kau punya anak?" tanya Lazio kesal. "Itu karena kecebongku normal!" jawab Jexeon masih emosi."Kau sungguh gila!" Balas Lazio.Mobil melaju lebih pelan, Lazio masih tidak habis pikir. Dunia mereka berbeda dengan Yua, tidak bisa hidup normal. Memiliki keluarga berarti harus siap memiliki kelemahan. "Berarti sebentar lagi aku punya ponakan dong?" tanya Elgar. Tidak ada yang menanggapi. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, Lazio terlihat begitu kesal mendengar kehamilan Yua. Bukan karena dia memiliki perasaan kepada wanita itu, hanya saja tindakan Jexeon dengan menghamili Yua sama saja membuat wanita itu berada dalam bahaya. Ia kesal karena Jexeon tidak berpikir sampai ke sana. "Apa kau sadar sudah membuat Yua dalam bahaya? Apa kau
Suasana kelas begitu tenang, guru menjelaskan tentang hidrokarbon dan minyak bumi, pelajaran kimia dari Pak Ridwan selalu menjadi hal paling menegangkan. Elgar melirik Arjun, ia menyangga kepalanya malas. Sahabatnya itu terlihat antusias dalam belajar. Selalu bilang ingin ranking satu, menggeser posisinya.Dia berbeda dengan Arjun ataupun anak normal lainnya, baginya sekolah hal yang membosankan, tidak penting. Rangking satu memang sudah seharusnya miliknya.Semua hal terlalu mudah bagi Elgar, nilai, kepopuleran dan mendapat keistimewaan dari guru. Baginya tidak seru, tidak menantang. Dia bosan. "Pak, izin ke toilet." Elgar mengangkat tangan. Pak Ridwan menghentikan penjelasannya dan menjawab, "Cepat." Elgar berjalan santai keluar kelas, suasana sekolah selalu seperti ini, tidak ada yang menarik. Andai Jexeon tidak menyuruhnya sekolah, sudah pasti ia keluar dari dulu. Tidak peduli tentang ijazah atau apapun. Baginya menjalankan misi bersama Jexeon dan Lazio jauh lebih asik.Dia be
Seseorang yang aku tunggu mendampingi hidupku, jodoh yang Allah takdirkan hingga membuatku bisa bersabar. Aku percaya Tuhan akan menggantikan kehilangan dengan kebahagiaan. Aku terus berusaha hingga tak kenal lelah berdoa. Menjaga adikku sembari menunggu keluarga baru yang Allah siapkan. Hingga Jexeon datang bagai pahlawan, kupikir dia memang dikirim Allah untuk menjadi bagian dari hidupku. Sejak pertemuan pertama, jantungku berdebar kencang. Kami tak saling kenal, tetapi dia mau menolong dan menjagaku. Selain hatinya digerakkan oleh Allah, tidak ada alasan lain. Kenapa kubilang begitu walaupun Jexeon menawarkan perjanjian pernikahan? Kalau sejak awal niatnya perjanjian pernikahan, maka dia tidak akan menungguku ditolak Roan. Tetapi langsung menawarkan. "Allah menghadirkanmu untuk menyempurnakan hidupku," kataku ketika awal kehamilan. Jexeon yang irit bicara hanya tersenyum, dia menggendongku sembari terus menciumi pipi. "Kau juga," balasnya singkat. Aku melingkarkan tangan di
Aku menjalani hidup dengan penuh perjuangan sejak orang tuaku meninggal, tidak ada lagi Yuaira yang manja dan kekanakan. Setiap hari bagaikan pertarungan hidup dan mati karena orang-orang mengincar harta keluarga kami. Padahal, dulu aku bagaikan tuan putri. Melakukan apapun terserah, membuat masalah hingga masuk kantor polisi pun pernah, orang tuaku akan mengurusnya hingga kadang melimpahkan kesalahan pada orang lain. Bahkan nilai mata pelajaran yang jelek pun Orang tuaku bisa mengatasi. "Dia Evrina Arzety yang akan jadi teman sekolahmu." Ayah memperkenalkan Rin untuk pertama kali, aku tahu Rin adalah pembantu yang dijual ayahnya sendiri ke sini. Kalau tidak salah dia dihargai 10 juta. Bahkan uang jajanku sehari 200 juta. Sungguh Rin tidak lebih mahal dari harga kaos kakiku.Aku dengar Rin adalah anak cerdas yang menjadi juara satu UN SMP se-provinsi Jawa. Saat itu aku pikir ayah membeli barang bagus dengan harga murah untuk membantuku meningkatkan nilai. "Hay Evrina, kita bakal j
"Jadi selama ini kamu membuntutiku?" tanya Jexeon. Mereka duduk berhadapan dengan tangan Yua yang tidak mau lepas, wanita berhijab merah muda memalingkan wajah, enggan menjawab tuduhan sang suami. Yua masih sama, selalu memasang raut wajah imut ketika merasa bersalah. "Aku cuma penasaran ke mana suamiku pergi, siapa tahu main cewek lain." Jexeon mengikuti arah pandangan Yua, bibirnya senyum. Terlihat jelas bahwa Yua cemburu. Padahal selama ini dia tidak ada hubungan dengan wanita manapun. Apalagi Purwati."Kenapa kamu nggak nyamperin dari dulu?" Tangan Jexeon mengambil dagu Yua, memaksa wanita itu membalas tatapannya. Kedua alis Jexeon terangkat, menunggu jawaban. "Aku nggak mau ganggu.""Lalu kenapa tiba-tiba datang, hmm?" Pandangan Yua mengarah ke Purwati lagi, memberi isyarat tanpa mau berucap, menunggu kepekaan Jexeon terhadap perasaannya. Yua tadi berkata padanya bisa menyembunyikan rasa rindu tapi tidak dengan cemburu. Selama perjalanan 3 tahun ini Jexeon tidak dekat deng
Malam ini Jexeon duduk di atas mobil camping sembari makan mie instan. Matanya memandang langit. Bulan sabit dengan bintang di sekitarnya. Terlihat indah menghiasi langit.Sudah 3 tahun dia meninggalkan Yua dan si kembar, besok ia akan kembali ke Jakarta. Memulai hidup baru tanpa masa lalu.Semua masa lalu telah dia singkirkan, termasuk uang haram hasil mencuri. Dia menjual semuanya dan diberikan kepada fakir miskin. Sebagian digunakan menyekolahkan anak-anak kurang mampu. Setahun lalu uangnya habis. Jexeon menjadi sangat miskin.Hidup tanpa uang adalah sesuatu yang tidak mungkin, Jexeon mencari cara menghasilkan uang dengan cara halal dan tanpa merugikan orang lain.Dia juga membuka jasa mengembalikan data perusahaan yang hilang, data yang diretas ataupun membantu KPK dalam menelusuri data para koruptor. Pekerjaan di bidang IT terbilang lancar sebagai sosok misterius. Ia menerima bayaran mahal, lalu dikumpulkan dan diberikan kepada Elgar. Di penthouse sana, Elgar mengelola uang Jexeo
Hidup memang seperti ini, orang-orang datang dan pergi. Perbedaannya hanyalah kesan. Saat masih bersama apakah berkesan sampai tidak sanggup melupakan atau hanya berlalu tanpa ingin dikenang. Aku dan Roan sudah memilih jalan berpisah tanpa harus diingat kembali. Kenangan berupa cincin pertunangan tidak begitu berarti. Pertunangan bukanlah janji suci yang mengikat hati sampai ke akhirat. Roan hanyalah salah satu pria yang pernah hadir sebagai calon suami, tidak lebih dari itu. Perasaanku padanya padam sejak melepas cincin pertunangan di gedung Nathanael.Akhir cerita bersama Roan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Jexeon. Suamiku itu pergi dan menyuruhku tidak menunggu. Mereka sungguh bersaudara. Bagaimana bisa dua saudara itu sama-sama mencampakkanku? Namun, ada sedikit perbedaan antara Roan dan Jexeon, janji Jexeon padaku disaksikan Tuhan. Cinta di antara kami juga membuahkan dua bayi kembar, anak hasil persatuan raga dengan bumbu cinta. Hubungan kami tidak bisa hanya menjadi ke
Las Vegas adalah kota terpadat di negara bagian Nevada, ibu kota Clark County, Amerika serikat. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kota yang terkenal karena sejumlah resor kasino dan hiburan sejenisnya. Lampu kota Las Vegas bersinar terang, gedung pencakar langit berdiri kokoh. Keindahan kota dapat aku lihat dari lantai 25 apartemen milik Tante Amel. Jendelanya dibuka, membuat angin musim panas masuk ke dalam. Aku memejamkan mata, merasakan angin itu menerpa wajah. Rambutku yang lurus panjang tertiup angin, berkilau indah terkena pantulan lampu. Rambut itu yang setiap malam Jexeon cium karena suka aromanya. Awalnya aku pikir ia yang sudah tobat tidak suka dengan kota ini. Namun, ternyata dia memang tidak berniat datang. Pria itu meninggalkan kami dengan menitipkan surat pada Tante Amel. Berulang kali aku mencoba menghubunginya. Bahkan menanyakan keberadaan Jexeon pada Lazio dan Elgar. Aku kehilangan Jexeon seperti orang yang hilang akal."Teman macam apa kalian tidak tahu
Wilayah Indonesia begitu luas dan indah, Jexeon baru sadar setelah berkelana di pulau Sumatra selama dua tahun. Meninggalkan tanah kelahiran sekaligus anak dan istrinya. Dia pergi dengan tujuan menyelesaikan masa lalu, menata hidupnya supaya tidak ada lagi yang tersakiti. Terutama anak-anaknya di masa depan. Ia tidak ingin masa lalunya menyulitkan kedua anaknya dan Yua. Dalam perjalanannya, ia baru sadar bahwa negaranya sendiri jauh lebih indah dari semua negara yang pernah dia datangi. Dari dulu Jexeon sering keluar negeri untuk urusan bisnis dan tugas dari Tuan Besar, pekerjaan utamanya di Siluet adalah meretas data musuh, mengirimnya ke Lazio dan tim IT. Ia juga ahli pertarungan lapangan, tidak kalah dengan para tukang pukul. Posisinya setara letnan. Tepat berada di bawah kepala tukang pukul keluarga Siluet. Ada cerita tentang kedekatannya dengan Tuan Besar hingga ia diangkat menjadi anak. Di usia 19 tahun, Tuan besar diculik keluarga Pigel. Mereka meminta tebusan dengan jumlah
Kalau Jexeon harus menghentikan perasaannya sekarang, sepertinya ia akan mati. Dia tidak menyangka akan memiliki perasaan sedalam ini kepada Yua. Dia tidak tahu bahwa es akan meleleh jika disinari matahari terus menerus. Senyuman, perhatian dan kehangatan Yua tidak disangka bisa meluluhkan lantahkan dinding esnya. Membuat perasaannya cair dan dihangatkan oleh cinta. Cinta yang setiap hari mengalir sempurna tanpa bisa dicegah kini menimbulkan efek, yakni rasa sakit. Jexeon menutup wajahnya dengan tangan. Melihat Yua terluka sungguh merobek hatinya. Terasa seperti tubuhnya yang tercabik-cabik. "Maaf," kata yang selalu dia ucapkan selama Yua kritis. Andai kalimat itu bisa mengulang waktu, dia akan memilih tidak melamar Yua. Menjauhkan wanita itu dari hidupnya yang kacau. Hari kelahiran bayinya yang seharusnya sebulan lagi terpaksa dipercepat. Bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, kecil mungil mirip Yua. Jexeon bingung harus bahagia atau sedih. "Mas Iyon bakal nyusul
Elgar tidak jadi mengambil pistol, dia berlari ke gedung. Mulai meretas semua CCTV dan mengarahkan komplotannya yang ada di dalam untuk keluar dengan selamat. Peluhnya menetes, baju putih abu-abu penuh dengan keringat. Jantungnya berdebar kencang, bunyi tembakan terus bersautan. Misi penyelamatan Yua sangat menegangkan. Pasalnya selain sulit, keadaan kakak perempuan Arjun itu tengah hamil 8 bulan. Dari earphone Elgar mendengar instruksi dari Jexeon, "kami sebentar lagi berada di luar. Cepat bawa mobil kemari!" Elgar menutup laptopnya, ia berlari ke arah mobil dan mengendarainya, berputar ke arah belakang gedung. Bersiap menerima penumpang setelah menembaki orang-orang yang menghalangi. Jexeon menggendong Yua sembari berlari ke arah mobil, dilindungi beberapa orang yang Elgar tahu itu adalah mantan anggota Gengster Singa Hitam. Mereka menginstruksikan supaya Jexeon pergi duluan. Orang-orang akan melindunginya sampai benar-benar aman. "Jalan!" Perintah Jexeon setelah berhasil masuk