Linda panik dan menatap sepasang mata gelap Intan, kemudian melihat ternyata tongkat kayu di tangannya sama sekali tidak memiliki bekas tebasan dan diam-diam terkejut.Mungkinkah ini bukan tongkat biasa? Benar, Raja Aldiso bersikeras untuk melindunginya, jadi mana mungkin dia memberinya tongkat kayu biasa?Pasti ada yang tidak beres.Memikirkan hal ini, Linda mencibir, "Takutnya tongkat kayu ini bukan tongkat biasa. Sepertinya panglima telah memilih senjata terkuat untukmu."Tongkat itu sama panjangnya dengan Tombak Bunga Persik. Pada dasarnya itu adalah tiang kayu yang digunakan untuk membangun kemah. Selama Linda mengamatinya dengan saksama, dia bisa melihat itu hanyalah tongkat kayu biasa.Akan tetapi, Linda yakin Raja Aldiso memihak Intan dan tidak mungkin memilih tongkat kayu biasa untuk Intan dalam tantangan seperti itu.Para prajurit tidak bisa melihatnya dengan jelas karena jaraknya yang jauh. Setelah mendengar kata-kata Linda, mereka mengira itu adalah senjata yang sangat bagu
Linda memuntahkan seteguk darah. Tendangan itu seolah hampir membuat organ dalamnya tergeser. Rasa sakitnya begitu luar biasa hingga membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara untuk waktu yang lama.Wajah Linda memucat dan dia tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Jari-jarinya berlumuran darah dan seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Bukan karena takut, melainkan karena dia tidak bisa menerima akhir seperti itu.Linda menatap Intan dengan tidak percaya. Dia belum pernah melihat seni bela diri seperti itu seumur hidupnya.Akan tetapi, bagaimana Intan bisa memiliki seni bela diri yang begitu kuat? Saat pergi karena cerai sebelumnya, Kak Rudi berkata dia bisa menerbangkan bunga, memetik daun dan menyerang orang. Saat itu Linda hanya menganggap itu lucu, tapi sekarang dia sudah mengerti. Hatinya tiba-tiba dipenuhi dengan kecemburuan seolah digigit ribuan semut.Kekalahan yang begitu cepat menghancurkan reputasinya. Sebelumnya dia memberi tahu para bala bantuan bahwa In
Kini, Pasukan Baja sepenuhnya tunduk pada Intan, terutama Samuel.Samuel dapat melihat betapa hebatnya serangan Intan. Tongkat kayu pecah menjadi banyak potongan dan semuanya rata. Serangan itu menyiratkan kekuatan yang cermat.Di antara banyak potongan kayu yang terpental, hanya potongan kayu yang menyerang leher yang ringan.Matahari terbenam, hari sudah malam. Cahaya api unggun menyinari para tentara yang perlahan bubar dan asyik berdiskusi.Namun, topik diskusi mereka adalah serangan Intan tadi."Tongkat kayu langsung hancur berkeping-keping, hebat sekali, seperti pertunjukan sulap.""Putrinya Jenderal Marko memang hebat.""Sudah kubilang, mana bisa dia diangkat menjadi jenderal bintang lima kalau tidak benar-benar mencetak prestasi perang?""Dasar tidak tahu malu, kamu yang paling marah waktu itu. Kamu juga mau ikut mereka protes ke Panglima. Kalau aku tidak menghentikanmu, kamu akan dihukum.""Aduh, aku terkecoh oleh omongan Jenderal Linda. Jenderal Linda sendiri bilang Jenderal
Intan mengarahkan Tombak Bunga Persik ke tempat dia bertarung dengan Samuel tadi. "Kalau mata kalian masih berfungsi, lihat sendiri kenapa Samuel mengalah."Tempat itu tidak jauh, hanya dua puluhan meter dari tempat mereka.Linda menarik napas dalam-dalam setelah mengikuti arah tunjukan Tombak Bunga Persik. Terdapat lima retakan di permukaan tanah yang masing-masing berliku-liku dan memanjang ke satu tempat.Itulah di mana Samuel berdiri.Selain itu, retakan tersebut sepertinya melewati kaki Samuel. Dari lima retakan itu, ada satu tempat yang besarnya seperti sepasang kaki. Retakannya lebih kecil karena tenaga dalam telah menyerang kedua kaki Samuel.Tanpa pengontrolan tenaga dalam yang baik, kaki Samuel akan lumpuh.Itulah mengapa Samuel mengalah.Linda menarik napas dalam-dalam. Dia tahu dia kalah telak di depan Intan.Namun, Linda segera berdiri tegak. Dia menggandeng lengan Rudi dan bersandar pada Rudi seraya menunjukkan senyuman centil yang dipandang hina olehnya. "Ya, aku kalah d
Intan dipanggil oleh Alfred.Secangkir teh panas diletakkan di depan Intan sehingga uap panas memburamkan matanya.Intan meraih cangkir dan menyeruput teh panas. Teh itu agak pahit, tetapi syukur jika bisa minum teh di kamp militer."Mau bunuh dia?" tanya Alfred."Kepikiran," jawab Intan dengan jujur.Alfred berujar, "Orang yang kuutus untuk melakukan penyelidikan sudah mengirim balasan. Orang Biromo bahkan merahasiakan insiden pembantaian desa. Mereka bilang desa itu kebakaran sehingga semua orang mati terbakar. Apa kamu tahu apa artinya ini?"Tangan Intan yang memegang cangkir menjadi hangat, tetapi hatinya sangat dingin. Lama kemudian, Intan menjawab, "Aku tahu, orang Biromo ingin merahasiakan penghinaan terhadap Putra Mahkota Biromo.""Jadi, sekalipun Kaisar menemukan kebenarannya, Kaisar tidak bisa berbuat apa-apa pada Linda. Setidaknya, kamu tidak perlu khawatir kakekmu akan terlibat dalam masalah karena Linda."Orang Biromo pun tidak mengakui Linda telah membantai desa, apalagi
Setelah kalah duel, Linda menjadi topik perbincangan para tentara.Para jenderal yang dihukum karena memercayai Linda pun cuek pada Linda.Untungnya, tentara pimpinan Linda tetap menghormati Linda, terutama tiga ratus tentara yang mencetak prestasi perang bersama Linda. Mereka sangat setia pada Linda.Bagaimanapun, mereka telah mendapat uang penghargaan karena prestasi perang di Kota Wena. Apapun yang orang lain katakan, mereka tetap setia kepada Linda.Selain itu, mereka bersama-sama menjaga sebuah rahasia yang harus dibawa ke liang kubur.Setelah pesimis selama dua hari, Linda kembali semangat.Kini, dia dan Kak Rudi adalah satu kesatuan. Dia tidak memiliki prestasi, tetapi jika Kak Rudi mencetak prestasi, itu adalah kehormatan bersama mereka.Ketika saatnya tiba, dia akan memimpin tentaranya untuk membantu Kak Rudi mencetak prestasi perang. Dengan demikian, Rudi dapat membelanya setelah itu.Linda segera mendiskusikannya dengan Rudi. "Kak Rudi, saat mulai bertempur nanti, aku akan b
Semua orang sibuk mempersiapkan diri untuk bertempur. Intan menghabiskan setiap hari dalam pelatihan formasi.Lima belas ribu anggota Pasukan Baja dibagi menjadi dua regu, masing-masing bertugas untuk menyerang dan melakukan pertahanan. Setiap regu dibagi lagi menjadi sepuluh tim. Totalnya dua puluh tim.Strategi perang Intan adalah lima tim menyerang dan lima tim melakukan pertahanan secara bergilir. Begitu pertahanan stabil, segera ganti untuk menyerang, lalu ganti untuk melakukan pertahanan.Pelatihan selama beberapa hari akhirnya membuahkan hasil.Kini, senjata sudah memadai. Tentara pertahanan dilengkapi dengan perisai dan pisau, sedangkan tentara penyerang dilengkapi dengan tombak.Panglima mengatakan penyerangan kota akan dimulai dalam dua hari ini. Sebagai pasukan garda depan, Pasukan Baja juga harus menyiapkan strategi penyerangan kota.Pada saatnya nanti, Rudi akan memimpin sepuluh ribu tentara untuk memasang tangga panjang dan mendorong katapel. Jadi, mereka harus berdiskusi
Rudi bertanya lagi dengan suara pelan, "Kalau begitu, kamu menikah denganku karena menyukaiku atau kamu akan menikah dengan siapapun yang ibumu pilih?"Intan berujar, "Pertanyaan ini tidak ada artinya."Rudi segera berkata, "Aku ingin tahu."Intan mengernyit lagi. "Rudi, kamu tidak pernah menempatkan dirimu pada posisi yang benar. Tidak ketika kamu menjadi suamiku, juga tidak ketika kamu menjadi suami Linda sekarang."Rudi menatap Intan dengan matanya yang gelap dan nadanya menjadi dingin. "Jadi, kamu tidak pernah menyukaiku dan hanya menikah denganku karena permintaan ibumu. Sudah kuduga. Aku hanya mencari istri kedua, tapi kamu langsung masuk ke istana dan memohon dekret cerai pada Kaisar. Kamu sama sekali tidak mencintaiku. Kamu yang tidak berperasaan, tapi kamu membuat orang-orang merasa akulah yang bersalah padamu."Intan tertawa saking marah. "Terlepas dari perasaanku padamu, sejak menikah dengan Keluarga Wijaya, aku merawat orang tuamu setiap hari dengan segenap hati dan berbakt
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu