Rudi bertanya lagi dengan suara pelan, "Kalau begitu, kamu menikah denganku karena menyukaiku atau kamu akan menikah dengan siapapun yang ibumu pilih?"Intan berujar, "Pertanyaan ini tidak ada artinya."Rudi segera berkata, "Aku ingin tahu."Intan mengernyit lagi. "Rudi, kamu tidak pernah menempatkan dirimu pada posisi yang benar. Tidak ketika kamu menjadi suamiku, juga tidak ketika kamu menjadi suami Linda sekarang."Rudi menatap Intan dengan matanya yang gelap dan nadanya menjadi dingin. "Jadi, kamu tidak pernah menyukaiku dan hanya menikah denganku karena permintaan ibumu. Sudah kuduga. Aku hanya mencari istri kedua, tapi kamu langsung masuk ke istana dan memohon dekret cerai pada Kaisar. Kamu sama sekali tidak mencintaiku. Kamu yang tidak berperasaan, tapi kamu membuat orang-orang merasa akulah yang bersalah padamu."Intan tertawa saking marah. "Terlepas dari perasaanku padamu, sejak menikah dengan Keluarga Wijaya, aku merawat orang tuamu setiap hari dengan segenap hati dan berbakt
Penyerangan kota adalah yang paling sadis. Pasukan musuh mengarahkan mesin panah dari benteng Kota Norao ke tentara-tentara di bawah. Jadi, solusinya tetap menggunakan metode sebelumnya, yaitu orang yang terampil dalam teknik meringankan tubuh terbang ke benteng kota.Namun, benteng Kota Norao telah dibuat menjadi lebih kokoh dan lebih tinggi. Dalam waktu sepuluh setengah hari, pasukan Lonis meninggikan benteng kota sebanyak tiga meter. Oleh karena itu, orang yang mampu terbang ke benteng kota hanyalah Alfred, Intan, Marsila, dan teman-temannya.Pada awalnya, Teddi tidak mampu terbang ke atas. Setelah mencoba beberapa kali, dia akhirnya bisa terbang ke atas dengan penuh perjuangan. Namun, sebelum berdiri dengan stabil, musuh sudah menusukkan tombak sehingga dia menjatuhkan diri ke bawah. Marsila menendang musuh itu, lalu melilit Teddi dengan cambuknya dan menarik Teddi ke atas.Saat Marsila sibuk menyelamatkan Teddi, Sherli segera melindunginya dari tombak musuh.Di tengah kepungan pas
Di bawah, Rudi membantu untuk menyerang kota. Akan tetapi, dia termangu ketika melihat pasukan Linda mengikutinya dari belakang. Dia berseru dengan cemas, "Kenapa kamu di sini? Bukankah Panglima suruh kamu dan Jenderal Wilson berjaga di belakang?""Sudah kubilang, aku akan membantumu mencetak prestasi." Mata Linda penuh keagresifan. "Penerobosan kota adalah kontribusi utama, jangan sampai itu jadi milik Intan dan temannya. Selain itu, kamu bisa memberi tahu Departemen Militer dan Kaisar, aku juga berkontribusi di garis depan.""Tapi kamu tidak boleh melanggar perintah Panglima!" tukas Rudi."Tidak masalah, selama kamu bisa mencetak prestasi." Linda sama sekali tidak takut. Apapun yang terjadi, dia akan tetap dihukum. Alfred tidak akan memukulnya hingga mati karena dia adalah jenderal wanita pertama yang diakui oleh ibu suri dan telah membanggakan seluruh kaum wanita.Selain itu, Linda panik karena Rudi dan Intan telah menghabiskan banyak waktu bersama ketika melakukan simulasi perang.
Rudi kecewa ketika mendengar omongan Linda. Dia membentak dengan marah, "Mereka tidak perlu berkorban. Kita hanya perlu membantu Pasukan Baja menyerang kota. Kalau kamu mau bantu aku, kamu bisa suruh mereka mengisi batu ke katapel, bukan suruh mereka mati."Tanpa berpikir panjang, Samuel memberi perintah, "Pasukan Baja naik tangga! Yang bukan Pasukan Baja, tendang ke bawah!"Pasukan Baja terbengong. Mereka tersadarkan dan segera memanjat tangga. Melihat ada yang bukan anggota Pasukan Baja, semuanya diseret atau ditendang ke bawah.Orang-orang terus berjatuhan, tetapi tidak ditusuk oleh tombak dan masih hidup.Melihat situasi terkendali, Rudi mendorong Linda ke samping. "Nangis saja di samping."Rudi berlari menuju katapel dan memberi arahan, "Isi batu lagi, lempar!"Linda berdiri dan menyeka air mata. Matanya penuh keagresifan. Dia memerintahkan pasukannya untuk mundur. Setelah benteng kota berhasil diterobos, pasukannya akan menyerbu ke dalam dan membunuh musuh. Pasukannya harus mereb
Medan perang berlangsung di dalam benteng Kota Norao. Sejak penyerangan kota dimulai, semua warga mengunci pintu rumah dan bersembunyi.Saat pasukan Lonis menjajah kota tersebut, mereka menindas rakyat dan sering melecehkan wanita. Oleh karena itu, walau tahu akan terjadi pertempuran sengit setelah gerbang kota diterobos, mereka sangat berharap Pasukan Aldiso dapat menerobos ke dalam dan mengusir Pasukan Lonis.Di tengah pertempuran sengit, Linda menyerang ke dalam kota bersama pasukan besar dan segera maju ke garis terdepan. Linda bukan satu-satunya jenderal wanita, tetapi satu-satunya orang yang memakai jubah perang jenderal wanita. Jubah itu khusus dibuatkan untuknya oleh Departemen Militer.Terdapat syal kepala merah di baju pelindung Linda yang melambangkan kegagahannya.Oleh karena itu, Linda tampak sangat mencolok di tengah situasi perang yang kacau.Sanji melihat Linda, begitu pula para tentara Biromo.Strategi untuk menargetkan Linda sudah dimulai, yaitu ketika pasukan musuh y
Sanji dan Viktor tidak turun ke medan perang, melainkan menonton dari ketinggian.Mayat-mayat tentara bertumpukan di dalam kota, itulah yang dapat dilihat. Darah hampir menggenangi kota tersebut.Sebagian besar mayat itu adalah tentara Biromo dan tentara Lonis. Keberanian adalah kunci penting dalam pertempuran pengepungan kota, tidak ada strategi yang efektif.Viktor tahu pasukannya pasti harus meninggalkan Manuel dan kabur ke Kota Norao. Sejak memasuki Kota Norao, dia tahu orang Biromo hanya datang untuk membunuh tentara Runa dan melampiaskan kemarahan.Selain itu, untuk membunuh seorang jenderal wanita bernama Linda Ismail.Orang Biromo tidak punya keyakinan untuk mengalahkan Negara Runa, juga tidak ingin membagi Manuel dengan Negara Lonis. Orang Biromo hanya ingin melampiaskan kemarahan.Oleh karena itu, Viktor sangat gusar. Jika bukan karena orang Biromo, mereka mungkin sudah kabur sebelumnya. Tidak perlu ada peperangan lagi dan kehilangan banyak tentara.Viktor menanyai Sanji deng
Kemunduran Pasukan Lonis dan Pasukan Biromo membuat Pasukan Aldiso yang sedang asyik bertempur kebingungan.Mendengar serunai untuk mundur, mereka berpikir itu adalah taktik Pasukan Lonis untuk memancing mereka ke dalam jebakan.Namun, jika musuh meninggalkan Norao, buat apa mereka mengejar? Tujuan mereka adalah mengusir musuh, bukan membantai semua musuh.Oleh karena itu, Pasukan Aldiso membiarkan pasukan musuh kabur.Semudah itukah kemenangan diperoleh?Mereka semua siap untuk berkorban demi negara. Bagaimanapun, orang Biromo secara terang-terangan membantu Pasukan Lonis. Bagaimana mungkin mereka mundur semudah itu?Panglima bahkan turun ke medan perang, situasi perang menjadi sangat sadis. Nyatanya, memang sadis. Mayat bertumpuk di mana-mana dan darah menggenangi kota. Walau turun salju, bau amis yang menyengat sama sekali tidak dapat dihilangkan.Namun, Kota Norao sangat besar dan ada banyak desa.Teddi kembali ke tenda komandan dan bertanya, "Panglima, apa perlu kejar? Jangan samp
Selain itu, mereka menang dalam jumlah. Linda berjuang keras untuk melawan. Saat memandang sekeliling, Linda mendapati makin banyak tentara Biromo yang datang.Mereka tidak turun ke medan perang utama, melainkan menunggunya di sana. Linda menyadari dirinya telah jatuh dalam jebakan musuh ketika ingin menggunakan taktik yang sama dengan sebelumnya.Linda dan Marcus lebih terampil dalam seni bela diri sehingga mampu melawan musuh selama beberapa saat. Akan tetapi, satu per satu tentara yang lain terbaring di genangan darah. Tentara Biromo membunuh dengan tangkas tanpa memberi ampun. Mungkin merekalah tentara elite dari Biromo.Linda sangat ketakutan dan ingin kabur. Akan tetapi, tentara Biromo yang bersenjatakan pisau berdiri di belakangnya. Mereka tidak maju, hanya menghalangi jalan Linda untuk kabur.Linda tidak punya pilihan selain bertempur dengan panik, tetapi serangannya tidak sekuat yang seharusnya karena dia sangat ketakutan. Melihat pisau yang menargetkan lengannya, Linda secara
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu