Share

Bab 109

Author: Nanda
last update Last Updated: 2024-07-05 20:35:38
Rudi kecewa ketika mendengar omongan Linda. Dia membentak dengan marah, "Mereka tidak perlu berkorban. Kita hanya perlu membantu Pasukan Baja menyerang kota. Kalau kamu mau bantu aku, kamu bisa suruh mereka mengisi batu ke katapel, bukan suruh mereka mati."

Tanpa berpikir panjang, Samuel memberi perintah, "Pasukan Baja naik tangga! Yang bukan Pasukan Baja, tendang ke bawah!"

Pasukan Baja terbengong. Mereka tersadarkan dan segera memanjat tangga. Melihat ada yang bukan anggota Pasukan Baja, semuanya diseret atau ditendang ke bawah.

Orang-orang terus berjatuhan, tetapi tidak ditusuk oleh tombak dan masih hidup.

Melihat situasi terkendali, Rudi mendorong Linda ke samping. "Nangis saja di samping."

Rudi berlari menuju katapel dan memberi arahan, "Isi batu lagi, lempar!"

Linda berdiri dan menyeka air mata. Matanya penuh keagresifan. Dia memerintahkan pasukannya untuk mundur. Setelah benteng kota berhasil diterobos, pasukannya akan menyerbu ke dalam dan membunuh musuh. Pasukannya harus mereb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 110

    Medan perang berlangsung di dalam benteng Kota Norao. Sejak penyerangan kota dimulai, semua warga mengunci pintu rumah dan bersembunyi.Saat pasukan Lonis menjajah kota tersebut, mereka menindas rakyat dan sering melecehkan wanita. Oleh karena itu, walau tahu akan terjadi pertempuran sengit setelah gerbang kota diterobos, mereka sangat berharap Pasukan Aldiso dapat menerobos ke dalam dan mengusir Pasukan Lonis.Di tengah pertempuran sengit, Linda menyerang ke dalam kota bersama pasukan besar dan segera maju ke garis terdepan. Linda bukan satu-satunya jenderal wanita, tetapi satu-satunya orang yang memakai jubah perang jenderal wanita. Jubah itu khusus dibuatkan untuknya oleh Departemen Militer.Terdapat syal kepala merah di baju pelindung Linda yang melambangkan kegagahannya.Oleh karena itu, Linda tampak sangat mencolok di tengah situasi perang yang kacau.Sanji melihat Linda, begitu pula para tentara Biromo.Strategi untuk menargetkan Linda sudah dimulai, yaitu ketika pasukan musuh y

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 111

    Sanji dan Viktor tidak turun ke medan perang, melainkan menonton dari ketinggian.Mayat-mayat tentara bertumpukan di dalam kota, itulah yang dapat dilihat. Darah hampir menggenangi kota tersebut.Sebagian besar mayat itu adalah tentara Biromo dan tentara Lonis. Keberanian adalah kunci penting dalam pertempuran pengepungan kota, tidak ada strategi yang efektif.Viktor tahu pasukannya pasti harus meninggalkan Manuel dan kabur ke Kota Norao. Sejak memasuki Kota Norao, dia tahu orang Biromo hanya datang untuk membunuh tentara Runa dan melampiaskan kemarahan.Selain itu, untuk membunuh seorang jenderal wanita bernama Linda Ismail.Orang Biromo tidak punya keyakinan untuk mengalahkan Negara Runa, juga tidak ingin membagi Manuel dengan Negara Lonis. Orang Biromo hanya ingin melampiaskan kemarahan.Oleh karena itu, Viktor sangat gusar. Jika bukan karena orang Biromo, mereka mungkin sudah kabur sebelumnya. Tidak perlu ada peperangan lagi dan kehilangan banyak tentara.Viktor menanyai Sanji deng

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 112

    Kemunduran Pasukan Lonis dan Pasukan Biromo membuat Pasukan Aldiso yang sedang asyik bertempur kebingungan.Mendengar serunai untuk mundur, mereka berpikir itu adalah taktik Pasukan Lonis untuk memancing mereka ke dalam jebakan.Namun, jika musuh meninggalkan Norao, buat apa mereka mengejar? Tujuan mereka adalah mengusir musuh, bukan membantai semua musuh.Oleh karena itu, Pasukan Aldiso membiarkan pasukan musuh kabur.Semudah itukah kemenangan diperoleh?Mereka semua siap untuk berkorban demi negara. Bagaimanapun, orang Biromo secara terang-terangan membantu Pasukan Lonis. Bagaimana mungkin mereka mundur semudah itu?Panglima bahkan turun ke medan perang, situasi perang menjadi sangat sadis. Nyatanya, memang sadis. Mayat bertumpuk di mana-mana dan darah menggenangi kota. Walau turun salju, bau amis yang menyengat sama sekali tidak dapat dihilangkan.Namun, Kota Norao sangat besar dan ada banyak desa.Teddi kembali ke tenda komandan dan bertanya, "Panglima, apa perlu kejar? Jangan samp

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 113

    Selain itu, mereka menang dalam jumlah. Linda berjuang keras untuk melawan. Saat memandang sekeliling, Linda mendapati makin banyak tentara Biromo yang datang.Mereka tidak turun ke medan perang utama, melainkan menunggunya di sana. Linda menyadari dirinya telah jatuh dalam jebakan musuh ketika ingin menggunakan taktik yang sama dengan sebelumnya.Linda dan Marcus lebih terampil dalam seni bela diri sehingga mampu melawan musuh selama beberapa saat. Akan tetapi, satu per satu tentara yang lain terbaring di genangan darah. Tentara Biromo membunuh dengan tangkas tanpa memberi ampun. Mungkin merekalah tentara elite dari Biromo.Linda sangat ketakutan dan ingin kabur. Akan tetapi, tentara Biromo yang bersenjatakan pisau berdiri di belakangnya. Mereka tidak maju, hanya menghalangi jalan Linda untuk kabur.Linda tidak punya pilihan selain bertempur dengan panik, tetapi serangannya tidak sekuat yang seharusnya karena dia sangat ketakutan. Melihat pisau yang menargetkan lengannya, Linda secara

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 114

    Wajah Linda memucat. Membalas air tuba dengan air tuba?Linda tahu betul apa yang telah dia lakukan pada orang itu.Pada saat itu, jenderal itu memimpin ratusan orang dan cukup gagah. Saat bertempur, mereka membunuh beberapa tentara Linda dan kabur. Untuk menemukan mereka, Linda memerintahkan tentaranya untuk membantai beberapa desa di Kota Wena karena menduga orang itu bersembunyi di rumah warga.Dia harus menemukan orang itu dan membalaskan dendam tentaranya yang mati, serta membangun kewibawaannya. Selain itu, prestasi dari membunuh seorang jenderal lebih besar daripada membunuh sepuluh tentara.Linda hanya berpikir demikian pada saat itu. Akan tetapi, setelah tertangkap, jenderal itu dengan sombong memarahinya karena telah melanggar perjanjian antar negara dan membunuh rakyat.Makian orang itu sangat ketus. Dia mengatakan membunuh rakyat adalah kejahatan yang sangat keji. Lalu, dia mengutuk mereka untuk tidak akan bisa memiliki keturunan.Oleh karena itu, Linda menghukumnya karena

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 115

    Pengintai di Negara Runa telah beroperasi untuk waktu yang lama. Lalu, semua pengintai dikuasai oleh Putra Mahkota Biromo.Setelah apa yang dialami oleh Putra Mahkota Biromo, pengintai membantai seluruh Keluarga Belima. Hal itu tidak hanya merusak reputasi Putra Mahkota Biromo, juga membuat badan intel ditumpas.Marko adalah jenderal yang patut dihormati. Seluruh pria dalam keluarganya gugur dalam peperangan di Manuel, tetapi sanak-saudara dan pelayan keluarga mereka dibantai. Kekejaman itu bahkan dilakukan oleh orang Biromo.Oleh karena itu, mereka merahasiakan pembantaian desa yang dilakukan oleh Linda.Linda adalah pelakunya, tetapi pengintai Biromo juga telah melakukan perbuatan yang kejam dan sadis. Hanya Keluarga Belima yang menjadi korban. Dengar-dengar, satu-satunya orang dari Keluarga Belima yang masih hidup adalah Intan, jenderal wanita yang disebut oleh Linda barusan.Linda bahkan menggantikan Intan menjadi istrinya Rudi.Semua ini sebenarnya tidak berhubungan dengan Biromo.

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 116

    Linda sangat panik. Hatinya menciut ketika ditanyai oleh Marcus, tetapi dia beralasan, "Aku kira yang di dekatku itu tentara Biromo. Aku tidak tahu itu Joey."Marcus membentak, "Dasar munafik! Mana mungkin tentara musuh ada di dekatmu? Tolong cari alasan yang lebih logis."Linda marah karena malu. "Cukup, sekarang kita sudah ditawan oleh musuh. Kita sudah membantai desa di Kota Wena, mereka tidak akan mengampuni kita begitu saja. Kalau ada waktu untuk memarahiku, sebaiknya kamu pikirkan bagaimana cara untuk kabur."Marcus berkata, "Kamu yang beri perintah untuk membantai desa. Kamu bilang jenderal itu sembunyi di rumah warga. Kamu bilang ada yang tentara yang menyamar menjadi warga. Kamu yang memerintahkan kami untuk membunuh tanpa ampun."Linda tahu orang di luar dapat mendengar mereka sehingga dia berteriak, "Aku hanya suruh kalian bunuh beberapa orang untuk paksa jenderal itu keluar. Aku tidak suruh kalian bunuh semuanya."Tentara lain yang ditawan membantah dengan marah, "Kamu meme

    Last Updated : 2024-07-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 117

    Namun, harapan Linda segera hancur.Api unggun dinyalakan di luar. Pintu rumah kayu dibuka dengan kasar. Lalu, seseorang yang jangkung dan beraura mendominasi perlahan masuk.Walau pria itu membelakangi api unggun di luar, Linda bisa melihat bentuk wajahnya dan mengetahui siapa pria itu.Pria itu adalah Sanji, Panglima Biromo yang menandatangani perjanjian perdamaian di Kota Wena dengan Linda.Tubuh Linda gemetar dengan hebat. Dia bersandar di dinding dan menatap Sanji dengan takut.Saat menandatangani perjanjian perdamaian di Kota Uldi, kewibawaan dan kegagahan pria itu memberikan rasa penekanan. Pada saat yang sama, pria itu juga elegan. Negosiasi tentang perjanjian perdamaian dengan Sanji berjalan dengan sangat lancar dan cepat.Sanji bahkan langsung menyetujui permintaan-permintaan yang diajukan oleh Linda. Hanya ada satu syarat, yaitu Linda harus segera membebaskan tawanan setelah perjanjian ditandatangani.Pada saat itu, Sanji terlalu mudah untuk diajak berkompromi sehingga Linda

    Last Updated : 2024-07-05

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status