Di bawah, Rudi membantu untuk menyerang kota. Akan tetapi, dia termangu ketika melihat pasukan Linda mengikutinya dari belakang. Dia berseru dengan cemas, "Kenapa kamu di sini? Bukankah Panglima suruh kamu dan Jenderal Wilson berjaga di belakang?""Sudah kubilang, aku akan membantumu mencetak prestasi." Mata Linda penuh keagresifan. "Penerobosan kota adalah kontribusi utama, jangan sampai itu jadi milik Intan dan temannya. Selain itu, kamu bisa memberi tahu Departemen Militer dan Kaisar, aku juga berkontribusi di garis depan.""Tapi kamu tidak boleh melanggar perintah Panglima!" tukas Rudi."Tidak masalah, selama kamu bisa mencetak prestasi." Linda sama sekali tidak takut. Apapun yang terjadi, dia akan tetap dihukum. Alfred tidak akan memukulnya hingga mati karena dia adalah jenderal wanita pertama yang diakui oleh ibu suri dan telah membanggakan seluruh kaum wanita.Selain itu, Linda panik karena Rudi dan Intan telah menghabiskan banyak waktu bersama ketika melakukan simulasi perang.
Rudi kecewa ketika mendengar omongan Linda. Dia membentak dengan marah, "Mereka tidak perlu berkorban. Kita hanya perlu membantu Pasukan Baja menyerang kota. Kalau kamu mau bantu aku, kamu bisa suruh mereka mengisi batu ke katapel, bukan suruh mereka mati."Tanpa berpikir panjang, Samuel memberi perintah, "Pasukan Baja naik tangga! Yang bukan Pasukan Baja, tendang ke bawah!"Pasukan Baja terbengong. Mereka tersadarkan dan segera memanjat tangga. Melihat ada yang bukan anggota Pasukan Baja, semuanya diseret atau ditendang ke bawah.Orang-orang terus berjatuhan, tetapi tidak ditusuk oleh tombak dan masih hidup.Melihat situasi terkendali, Rudi mendorong Linda ke samping. "Nangis saja di samping."Rudi berlari menuju katapel dan memberi arahan, "Isi batu lagi, lempar!"Linda berdiri dan menyeka air mata. Matanya penuh keagresifan. Dia memerintahkan pasukannya untuk mundur. Setelah benteng kota berhasil diterobos, pasukannya akan menyerbu ke dalam dan membunuh musuh. Pasukannya harus mereb
Medan perang berlangsung di dalam benteng Kota Norao. Sejak penyerangan kota dimulai, semua warga mengunci pintu rumah dan bersembunyi.Saat pasukan Lonis menjajah kota tersebut, mereka menindas rakyat dan sering melecehkan wanita. Oleh karena itu, walau tahu akan terjadi pertempuran sengit setelah gerbang kota diterobos, mereka sangat berharap Pasukan Aldiso dapat menerobos ke dalam dan mengusir Pasukan Lonis.Di tengah pertempuran sengit, Linda menyerang ke dalam kota bersama pasukan besar dan segera maju ke garis terdepan. Linda bukan satu-satunya jenderal wanita, tetapi satu-satunya orang yang memakai jubah perang jenderal wanita. Jubah itu khusus dibuatkan untuknya oleh Departemen Militer.Terdapat syal kepala merah di baju pelindung Linda yang melambangkan kegagahannya.Oleh karena itu, Linda tampak sangat mencolok di tengah situasi perang yang kacau.Sanji melihat Linda, begitu pula para tentara Biromo.Strategi untuk menargetkan Linda sudah dimulai, yaitu ketika pasukan musuh y
Sanji dan Viktor tidak turun ke medan perang, melainkan menonton dari ketinggian.Mayat-mayat tentara bertumpukan di dalam kota, itulah yang dapat dilihat. Darah hampir menggenangi kota tersebut.Sebagian besar mayat itu adalah tentara Biromo dan tentara Lonis. Keberanian adalah kunci penting dalam pertempuran pengepungan kota, tidak ada strategi yang efektif.Viktor tahu pasukannya pasti harus meninggalkan Manuel dan kabur ke Kota Norao. Sejak memasuki Kota Norao, dia tahu orang Biromo hanya datang untuk membunuh tentara Runa dan melampiaskan kemarahan.Selain itu, untuk membunuh seorang jenderal wanita bernama Linda Ismail.Orang Biromo tidak punya keyakinan untuk mengalahkan Negara Runa, juga tidak ingin membagi Manuel dengan Negara Lonis. Orang Biromo hanya ingin melampiaskan kemarahan.Oleh karena itu, Viktor sangat gusar. Jika bukan karena orang Biromo, mereka mungkin sudah kabur sebelumnya. Tidak perlu ada peperangan lagi dan kehilangan banyak tentara.Viktor menanyai Sanji deng
Kemunduran Pasukan Lonis dan Pasukan Biromo membuat Pasukan Aldiso yang sedang asyik bertempur kebingungan.Mendengar serunai untuk mundur, mereka berpikir itu adalah taktik Pasukan Lonis untuk memancing mereka ke dalam jebakan.Namun, jika musuh meninggalkan Norao, buat apa mereka mengejar? Tujuan mereka adalah mengusir musuh, bukan membantai semua musuh.Oleh karena itu, Pasukan Aldiso membiarkan pasukan musuh kabur.Semudah itukah kemenangan diperoleh?Mereka semua siap untuk berkorban demi negara. Bagaimanapun, orang Biromo secara terang-terangan membantu Pasukan Lonis. Bagaimana mungkin mereka mundur semudah itu?Panglima bahkan turun ke medan perang, situasi perang menjadi sangat sadis. Nyatanya, memang sadis. Mayat bertumpuk di mana-mana dan darah menggenangi kota. Walau turun salju, bau amis yang menyengat sama sekali tidak dapat dihilangkan.Namun, Kota Norao sangat besar dan ada banyak desa.Teddi kembali ke tenda komandan dan bertanya, "Panglima, apa perlu kejar? Jangan samp
Selain itu, mereka menang dalam jumlah. Linda berjuang keras untuk melawan. Saat memandang sekeliling, Linda mendapati makin banyak tentara Biromo yang datang.Mereka tidak turun ke medan perang utama, melainkan menunggunya di sana. Linda menyadari dirinya telah jatuh dalam jebakan musuh ketika ingin menggunakan taktik yang sama dengan sebelumnya.Linda dan Marcus lebih terampil dalam seni bela diri sehingga mampu melawan musuh selama beberapa saat. Akan tetapi, satu per satu tentara yang lain terbaring di genangan darah. Tentara Biromo membunuh dengan tangkas tanpa memberi ampun. Mungkin merekalah tentara elite dari Biromo.Linda sangat ketakutan dan ingin kabur. Akan tetapi, tentara Biromo yang bersenjatakan pisau berdiri di belakangnya. Mereka tidak maju, hanya menghalangi jalan Linda untuk kabur.Linda tidak punya pilihan selain bertempur dengan panik, tetapi serangannya tidak sekuat yang seharusnya karena dia sangat ketakutan. Melihat pisau yang menargetkan lengannya, Linda secara
Wajah Linda memucat. Membalas air tuba dengan air tuba?Linda tahu betul apa yang telah dia lakukan pada orang itu.Pada saat itu, jenderal itu memimpin ratusan orang dan cukup gagah. Saat bertempur, mereka membunuh beberapa tentara Linda dan kabur. Untuk menemukan mereka, Linda memerintahkan tentaranya untuk membantai beberapa desa di Kota Wena karena menduga orang itu bersembunyi di rumah warga.Dia harus menemukan orang itu dan membalaskan dendam tentaranya yang mati, serta membangun kewibawaannya. Selain itu, prestasi dari membunuh seorang jenderal lebih besar daripada membunuh sepuluh tentara.Linda hanya berpikir demikian pada saat itu. Akan tetapi, setelah tertangkap, jenderal itu dengan sombong memarahinya karena telah melanggar perjanjian antar negara dan membunuh rakyat.Makian orang itu sangat ketus. Dia mengatakan membunuh rakyat adalah kejahatan yang sangat keji. Lalu, dia mengutuk mereka untuk tidak akan bisa memiliki keturunan.Oleh karena itu, Linda menghukumnya karena
Pengintai di Negara Runa telah beroperasi untuk waktu yang lama. Lalu, semua pengintai dikuasai oleh Putra Mahkota Biromo.Setelah apa yang dialami oleh Putra Mahkota Biromo, pengintai membantai seluruh Keluarga Belima. Hal itu tidak hanya merusak reputasi Putra Mahkota Biromo, juga membuat badan intel ditumpas.Marko adalah jenderal yang patut dihormati. Seluruh pria dalam keluarganya gugur dalam peperangan di Manuel, tetapi sanak-saudara dan pelayan keluarga mereka dibantai. Kekejaman itu bahkan dilakukan oleh orang Biromo.Oleh karena itu, mereka merahasiakan pembantaian desa yang dilakukan oleh Linda.Linda adalah pelakunya, tetapi pengintai Biromo juga telah melakukan perbuatan yang kejam dan sadis. Hanya Keluarga Belima yang menjadi korban. Dengar-dengar, satu-satunya orang dari Keluarga Belima yang masih hidup adalah Intan, jenderal wanita yang disebut oleh Linda barusan.Linda bahkan menggantikan Intan menjadi istrinya Rudi.Semua ini sebenarnya tidak berhubungan dengan Biromo.