Tidak mengetahui apa pun adalah hal yang sangat mengerikan.Bimo memegang tongkat di tangannya dan berkata sambil menggelengkan kepala, "Hamba tidak tahu dan hanya menjalankan perintah."Kata menjalankan perintah membuat Raja Linuta tidak berani bertanya lebih lanjut lagi, Kaisar begitu berkuasa sehingga hukuman juga merupakan imbalan.Mereka berdua saling memandang setelah Bimo pergi. Mereka tinggal di ibu kota untuk melayani Ibu Suri, bahkan Kaisar juga dengan baik hati mengizinkan Ibu Suri meninggalkan istana untuk tinggal di Kediaman Raja Linuta, hubungan mereka biasanya sangat baik, kenapa tiba-tiba mereka dihukum?Mereka sama sekali tidak melakukan apa pun dan juga tidak berani melakukan apa pun.Benar-benar sangat aneh.Di tengah musim dingin pada bulan Desember, salju tebal menghalangi jalan pasukan Rudi.Pada awalnya mereka bergerak dengan cepat setelah keluar dari ibu kota, tapi tidak disangka turun salju lebat selama dua hari dan terdapat salju di mana-mana, tidak masalah ji
"Aku berhenti berhitung saat sudah mencapai angka 30."Intan mengangkat lengannya dan merasa Tombak Bunga Persik sangat berat, bertarung adalah hal yang sangat melelahkan."Aku bunuh 50 orang setelah kuhitung-hitung!" Wandi melompat dengan gagah, tapi tubuhnya tetap menempel di tanah. Senjata Wandi adalah pedang, tapi pedangnya terjatuh karena terdapat terlalu banyak orang. Kemudian dia menggunakan tinju dan kedua kakinya untuk membunuh orang dan baru mengambil kembali pedangnya saat akan kembali.Marsila berkata, "Aku bunuh 63 orang."Darius yang merupakan wakil jenderal Raja Aldiso berjalan mendekat, seluruh tubuhnya juga berlumuran darah.Intan segera duduk, lalu menggunakan Tombak Bunga Persik untuk membantunya berdiri, "Wakil Jenderal Darius!""Intan!" Wakil Jenderal Darius menggunakan tatapan terkejut dan penuh semangat saat menatap Intan, "Apakah kamu tahu berapa banyak musuh yang kamu bunuh?""Tidak tahu, aku tidak hitung."Wakil Jenderal Darius menepuk tangannya dan matanya be
Di Kota Glasier, Sanji yang merupakan panglima dari Biromo sedang berdiri di atas menara dan menatap tentara Negara Runa dari kejauhan.Terdapat tatapan penuh dengan kebencian dan amarah di dalam matanya."Mereka tidak akan bisa mempertahankan Manuel," ucap Sanji dengan dingin, kebencian di matanya hampir bisa membakar orang Negara Runa dari kejauhan."Banyak prajuritmu yang terluka dan kita bisa berperang lagi setelah kondisi mereka sudah membaik," ujar Viktor yang merupakan panglima Negara Lonis.Sanji menggelengkan kepalanya dengan topi tebal di atas rambut putihnya. Mulut Sanji mengeluarkan uap putih dan kedua tangannya memegang batu bata menara, "Tidak, kita tidak bisa membiarkan mereka terlalu lama merasa senang. Lusa kita akan terus menyerang dan harus mendapatkan Kota Tar dalam waktu tiga hari."Viktor sama sekali tidak masalah, lagi pula sebagian besar orang yang menyerang adalah orang Biromo dan mereka membawa pasokan militer mereka sendiri."Kami sudah menyelidiki hal yang k
Intan telah menenangkan dirinya setelah kembali ke dalam kamp.Intan hanya bisa tinggal di dalam tenda kecil bersama Sherli dan yang lainnya setelah diangkat menjadi sersan. Hanya saja terdapat dua selimut baru yang dikirim dari Kota Tar.Terdapat sebuah tirai di tengah tenda karena Wandi dan Ranto adalah laki-laki, mereka semua membuka pakaian mereka dan mengobati luka mereka.Semua orang sedikit banyak mengalami luka yang tidak terlalu parah, tapi rasa sakitnya sangat kuat karena cuacanya dingin.Intan membagikan obat untuk mengobati luka, tapi siapa yang menginginkan obatnya? Siapa yang tidak membawa obat ke medan perang? Setiap sekte memiliki obat sucinya sendiri untuk mengobati luka.Intan menyimpan kembali obatnya, "Baguslah.""Intan, aku dengar kalau mantan suamimu dan istri barunya akan datang membawa bala bantuan, apakah kalian akan merasa canggung saat bertemu nanti?"Sherli bertanya setelah mengenakan pakaian dan membersihkan bubuk obat di tanah."Untuk apa merasa canggung?"
Pria itu memungut kantong bir di tanah, membukanya dan menciumnya. Mata pria itu berbinar dan penuh kegirangan. Namun, dia malah membentak, "Kurang ajar! Beraninya kamu menyembunyikan bir di kamp militer? Kusita!"Kemudian, pria itu pergi.Intan berjongkok di tanah sambil menggosok hidungnya. Dengan mata yang berlinang air mata, dia hanya samar-samar melihat seorang pria jangkung bergegas kembali ke tenda panglima."Disita Panglima," kata Wandi dengan lesu. Lalu, dia mengembuskan napas. "Andai aku bisa minum seteguk saja. Buat apa main-main? Sekarang sudah disita."Marsila juga tidak menyangka panglima akan datang. Dia terkekeh-kekeh. "Memangnya aku hanya simpan satu kantong bir di tasku yang besar itu?"Wandi dan Ranto bergegas menyusul ke dalam sambil bersorak. Mereka berlima menghabiskan sekantong bir yang lain.Nikmat!Peperangan babak kedua dimulai. Kuda-kuda berderap, seperti hendak meratakan tanah air.Raja Aldiso memberi perintah bahwa tujuan peperangan kali ini adalah melukai
Rambut Intan berantakan dan menjadi lengket karena darah musuh yang terciprat. Ada yang menjadi gulungan, ada yang mencuat ke luar, bahkan lebih kacau daripada kandang ayam.Baju pelindung bambu yang dipakai Intan rusak di banyak tempat dan berlumuran darah. Wajahnya juga dikotori oleh darah dan tanah.Sudah berhari-hari Intan tidak mandi. Intinya, pengemis di jalanan bahkan tampak lebih bersih dari Intan."Masih kuat tidak?" Raja Aldiso teringat akan gadis yang antusias, aktif dan leluasa yang dia temui saat mengunjungi Taliani setiap tahun. Kini, Intan berubah drastis."Lapar!" jawab Intan dengan bibirnya yang kering.Kumis Raja Aldiso bergetar. "Ya, semuanya lapar, tahan.""Capek!" Intan berkata dengan lemas, "Berdiri saja sudah capek.""Intan Belima!" Ekspresi mata Raja Aldiso menjadi serius. "Apa kamu tahu? Sejak Negara Runa berdiri, tidak pernah ada jenderal yang mampu membunuh musuh sebanyak ini saat pertama kali maju ke medan perang, sekalipun ayahmu. Kamu sangat hebat. Jadi, k
Malam ini, Intan tidak bisa terlelap.Setelah sekian hari di medan perang, selain bisa makan kenyang di hari pertama dan hari ini, Intan pada dasarnya tidur dengan lelap walau dalam keadaan setengah lapar.Namun, usai makan malam hari ini, Intan tidak bisa tidur.Kehidupan di medan perang sangat sukar. Intan kagum pada ayah dan kakak-kakaknya yang bisa bertahan selama bertahun-tahun.Tentu saja Intan juga bisa bertahan. Intan hanya galau karena belum memberitahukan kondisinya dengan Rudi kepada panglima dan paman-paman jenderal yang lain.Akan tetapi, bagaimana cara memberitahukan hal itu? Mengatakan bahwa Rudi sang menantu yang dipilihkan oleh ibu mencampakkannya setelah mencetak prestasi perang dan ingin menikahi Jenderal Linda?Semua orang akan berpikir Intan maju ke medan perang Manuel karena enggan dan ingin membuktikan dirinya lebih unggul daripada Linda.Intan tidak peduli apa yang dikatakan oleh warga ibu kota.Namun, ini adalah medan perang, tempat di mana ayah dan kakak-kakak
Intan langsung meneteskan air mata. "Kamu tidak bisa menegurnya lagi. Aku adalah satu-satunya yang bertahan hidup dari keluargaku."Intan tidak memberitahukan hal itu kepada teman-teman. Dia tidak berani memberitahukan luka hatinya. Hati Intan sangat amat sakit ketika mengungkit hal itu.Ranto dan Wandi langsung menyibak tirai. Dalam kegelapan, mata mereka yang penuh kekagetan bertatapan dengan Sherli dan Marsila. Mereka serempak bertanya, "Apa?"Intan menyandarkan kepalanya ke lutut dan menangis. "Mereka dibunuh oleh pengintai Biromo yang bersembunyi di ibu kota. Seluruh pengintai Biromo membantai Keluarga Bangsawan Belima. Saat itu, aku masih jadi istri Rudi dan tinggal di Kediaman Jenderal. Itulah yang membuatku lolos dari pembantaian tersebut. Tapi, kalau aku di rumah ... kalau aku tidak menikah, mereka tidak akan mati."Mereka terkesiap.Pembantaian seluruh keluarga adalah kemalangan yang sangat besar.Mereka berempat maju untuk memeluk Intan dan menangis bersamanya. Sherli menang