Share

Bab 45

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-29 10:27:22
Ruang kerja Kaisar.

Kaisar Roni menatap Intan yang sedang berlutut di atas lantai marmer putih.

Dia mengenakan pakaian berwarna putih polos dengan jubah biru. Rambutnya tidak disanggul seperti para wanita yang sudah menikah seperti terakhir kali saat datang ke istana untuk memohon bertemu dengannya. Melainkan rambutnya diikat menjadi ekor kuda tinggi dengan pita sutra berwarna putih polos.

Raut wajah Intan terlihat pucat, rongga matanya sedikit memerah dan juga samar-samar terdapat bayangan berwarna hitam di bawah matanya, seperti orang yang tidak tidur semalaman dan juga terdapat air mata di bulu mata Intan yang sedikit melengkung.

Intan memiliki penampilan yang menakjubkan, dia terlihat berlinangan air mata, tapi sama sekali tidak terlihat seperti seorang wanita lemah, melainkan terdapat semacam kekuatan dan ketegasan di dalam matanya.

"Hormat pada Yang mulia!" Suara Intan sangat serak, dia menangis di balik selimut untuk waktu yang lama setelah Mutiara pergi.

"Kamu habis menangis?"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 46

    Kaisar Roni sedikit terkejut saat mendengar itu adalah surat dari Andi dan segera memerintah Bimo untuk mengambil surat itu.Kaisar Roni melihat tulisan di dalam surat dan yakin bahwa itu memang merupakan tulisan tangan Tuan Andi. Dia cukup beruntung mendapatkan buku tulisan Tuan Andi saat masih menjadi putra mahkota, jadi dia bisa mengenali tulisan tangan Tuan Andi.Sebagian besar yang tertulis di dalam surat itu adalah apa yang dia lihat selama perjalanannya, tapi di paragraf terakhir tertulis, "Aku mendaki Gunung Mera dan melihat ratusan ribu tentara Biromo yang semuanya mengenakan seragam militer Negara Lonis, selain itu mereka juga memiliki makanan yang cukup. Pangeran Ketiga Negara Lonis secara pribadi menyambut mereka yang membuatku merasa bingung, apakah ada aliansi antara Biromo dan Negara Lonis, tapi kenapa harus terima hampir 300 ribu tentara kalau mereka aliansi? Aku diam-diam mengikuti mereka dan melihat bahwa mereka sedang pergi ke medan perang di Manuel, aku khawatir mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 47

    Tidak mungkin bagi Intan untuk menyerang pengawal istana, kalau tidak Kaisar akan mengira bahwa dia sedang membuat masalah karena pernikahan Rudi dan Linda.Intan menatap kepergian Kaisar Roni dan segera berteriak, "Kaisar, ayahku adalah seorang jenderal yang terkenal di Negara Runa, para kakakku juga merupakan jenderal muda yang sangat ditakuti di medan perang. Meski aku tidak sebaik mereka, aku tidak akan terlibat dalam hubungan percintaan antara pria dan wanita. Aku sudah memutuskan hubungan dengan Rudi sejak kami berpisah dan tidak akan menggabungkan urusan militer serta negara dengan hubungan percintaan. Tolong percaya padaku sekali saja, Kaisar."Langkah Kaisar Roni berhenti, dia tidak menoleh ke belakang dan hanya berkata dengan dingin, "Karena kamu tahu kalau Tuan Marko dan para jenderal muda yang lain adalah pahlawan yang terkenal, maka kamu jangan lakukan hal memalukan yang merusak reputasi mereka. Aku bisa kasih kehormatan dan juga bisa ambil kembali. Kembalilah, aku akan an

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 48

    Toni pergi sambil menunggang kuda dengan membawa beberapa kotak brokat, pengawal istana sama sekali tidak menanyakan kepergian Toni, yang terpenting adalah Nona Besar Keluarga Belima sama sekali tidak keluar, Kaisar melarangnya keluar dan tidak ada hubungannya dengan orang lain di dalam kediaman. Sangat wajar jika Kediaman Adipati yang besar ini melakukan pembelian setiap hari.Toni tiba di Kediaman Raja Linuta dan mengatakan bahwa Nona Intan dari Kediaman Adipati telah mengantarkan hadiah.Petugas masuk untuk melapor dan tak lama kemudian Pak Handi berjalan keluar dan berkata, "Halo, Pak Toni. Nyonya mengatakan bahwa Nona Keluarga Adipati Belima baru saja berpisah dan kembali ke kediamannya, serta pasti sangat membutuhkan uang saat ini, jadi tidak perlu untuk memberi hadiah padanya. Tapi Nyonya telah menerima kebaikannya. Pak Toni, silakan kembali dan tidak perlu datang lagi kalau tidak ada masalah."Toni tertegun sejenak dan langsung mengerti setelah melihat ekspresi datar Pak Handi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 49

    Pintu Kediaman Jenderal tertutup dan membiarkan Nyonya Selen berada di luar.Dayang Ita sama sekali tidak ingin membicarakan masalah di Kediaman Jenderal.Hanya saja, dia bertanya saat melihat ekspresi khawatir Toni, "Pak Toni, ada apa denganmu?"Toni menyerahkan cambuk kuda pada kusir dan menggerakkan kaki kirinya. Dia pergi ke banyak tempat dengan menunggang kuda hari ini dan kakinya yang terluka terasa sedikit bengkak dan nyeri."Nyonya Tina tidak menerima hadiah yang diberikan Nona untuk Putri," ujar Toni dengan perlahan karena takut didengar oleh orang lain.Dayang Ita terkejut, "Nyonya Tina dan Nyonya Marisa adalah kakak beradik, hubungan mereka bahkan .... Oh, aku mengerti."Meskipun Kaisar memberi gelar adipati, Nona kembali ke kediaman setelah berpisah, rumor yang beredar di luar sangat buruk dan ditambah dengan Nyonya sudah meninggal, jadi hubungan antara bibi dan keponakan juga sudah menghilang.Semua orang di dalam keluarga besar percaya bahwa Nona mendapat perlindungan dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 50

    Latihan ini berlangsung selama setengah jam, kedua kaki Intan direntangkan di udara, tubuhnya yang kuat dan ringan berputar beberapa kali dengan cepat, Intan menggunakan kekuatan internal di dalam tubuhnya untuk menyerang dengan tombak dan terlihat sebuah batu tiba-tiba berubah menjadi debu.Toni melangkah maju dengan merasa kagum dan melihat bahwa semua daun yang berserakan di tanah telah dilubangi tanpa terkecuali.Toni merasa sangat terkejut, "Teknik menyerang Nona lebih baik daripada para jenderal muda, bahkan lebih baik daripada Tuan Adipati."Intan memegang tombak di tangannya, terdapat butiran keringat di dahi dan wajahnya semerah kurma. Akhirnya kemampuan Intan kembali ke saat dia baru saja turun dari gunung setelah berlatih selama sebulan, "Kalau begitu aku akan bawa Tombak Bunga Persik kali ini."Bala bantuan pasti akan datang, tapi mungkin akan datang terlambat. Jadi dia harus memanggil beberapa orang dari Taliani untuk pergi ke medan perang dan berperang bersama Raja Aldiso

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 51

    Salju pertama berhenti setelah dua jam berlalu.Intan masih mengenakan pakaian berwarna putih dengan bunga putih di kepalanya. Intan terus mengenakan pakaian berwarna putih di kediaman karena dia berbakti pada ayah dan ibunya selama tiga tahun dan tidak pernah mengenakan pakaian warna lain.Perilaku Intan masih sama seperti di Kediaman Jenderal, sama sekali tidak terburu-buru dan memberi salam setelah memasuki ruangan, "Aku beri salam pada Nyonya Besar Brina."Kemudian membungkuk pada Nyonya Selen dan sedikit menundukkan kepalanya.Nyonya Besar Brina bangkit dan melangkah maju untuk menggenggam tangannya, kemudian melihat bahwa wajah Intan masih seputih salju dan terlihat bersemangat, dia bahkan terlihat lebih baik daripada saat berada di Kediaman Jenderal.Nyonya Besar Brina merasa tenang, tapi rongga matanya kembali memerah saat mengingat apa yang dia alami di Kediaman Jenderal, "Intan, apakah kamu baik-baik saja?""Nyonya Besar Brina tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja," ujar I

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 52

    Intan tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum saat melihat sikap cemas dan gelisah Nyonya Selen, "Tidak apa-apa, katakan saja."Intan akan meninggalkan ibu kota malam ini dan Selen akan terus datang setiap hari kalau masalah ini tidak diselesaikan hari ini, semua ini dilakukan agar tidak memperburuk keadaan karena Selen yang memohon untuk bertemu dengan Intan tapi tidak diberi izin untuk memasuki kediaman.Intan mengetahui bahwa Nyonya Besar Diana tidak menyukai Nyonya Selen, selain karena tidak bisa melahirkan putra, keluarganya juga tidak berkuasa dan maharnya sedikit, yang sama sekali membuat Nyonya Selen tidak memiliki keagungan seperti seorang wanita bangsawan.Nyonya Selen tidak sungkan-sungkan terhadap Intan dan juga tidak memiliki sikap seperti seorang kakak ipar, jadi dia menceritakan semua hal padanya.Air mata Nyonya Selen mengalir dengan deras tanpa henti, Nyonya Selen mengatakan bahwa semua tamu dan tentara yang diundang melarikan diri, semua orang menyalahinya, termasu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 53

    Intan menatap tatapan mata Nyonya Selen yang putus asa, dia seperti ketakutan terhadap masalah saat Kediaman Jenderal menceraikannya.Nyonya Selen menangis dan segera menggunakan saputangan untuk menutup mulutnya, lalu kembali berkata setelah beberapa saat berlalu, "Intan, aku benar-benar tidak membohongimu. Ibu merasa bahwa Kediaman Jenderal sudah tidak seperti dulu lagi dan sudah menjauh dari kalangan orang terkenal di ibu kota. Ibu menunjukkan banyak ketidakpuasannya padaku saat aku yang mengurus kediaman dan juga bilang kalau aku yang merupakan menantu pertama sama sekali tidak punya keagungan seorang menantu pertama, serta juga bilang kalau dia menyesal menyuruh suamiku menikahiku.""Aku berbeda denganmu, aku tidak bisa kembali ke keluargaku jika diceraikan, aku bahkan akan dimarahi dan dihina oleh mereka karena telah menghancurkan pernikahan adik dan keponakan perempuanku. Aku hanya bisa meninggal di Kediaman Jenderal sebelum diceraikan dan bahkan tidak bisa pergi ke biara."Inta

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status