Omong-omong, Intan ingat bahwa Keluarga Widyasono pernah melamarnya.Pelamar itu adalah adik sepupu Adipati Petrus, tetapi tidak memenuhi syarat menurut ibu.Lupakan saja, jangan mengungkit masa lalu lagi. Dia dan Alfred akan menikah dalam dua bulan lagi. Segala sesuatu yang terjadi di masa lalu sudah berlalu. Fokuslah pada apa yang akan terjadi di masa mendatang.Ucapkan selamat tinggal pada masa lalu, dan sambutlah kehidupan yang baru.Cuaca berangsur-angsur menjadi dingin. Bunga plum di halaman sudah bertunas, mungkin akan mekar dalam beberapa hari lagi.Bunga Plum tahun ini bermekaran lebih awal. Menurut Paman Toni, itu adalah pertanda keberuntungan.Erik sudah bisa turun dari ranjang, tetapi hanya bisa berjalan beberapa langkah. Erik harus kembali beristirahat di ranjang setelah itu.Keluarga Adipati Belima sibuk mempersiapkan pernikahan Intan. Setelah hari pernikahan ditetapkan, gaun pengantin sudah mulai dipesan untuk dikerjakan oleh penyulam di Toko Lotus. Sebagian besar keluar
Namun, dua hari setelah itu, Nyonya Besar Keluarga Widyasono mengirim surat bahwa dia akan datang bersama Nona Ketiga Keluarga Widyasono besok.Dayang Ita melapor dan berkata, "Kalau tidak, tidak usah ditemui. Entah apa yang ingin mereka lakukan. Kalau ingin tanya-tanya tentang Keluarga Wijaya, harusnya mereka datang sebelumnya, bukan datang setelah pernikahan sudah ditetapkan dan setelah gaun pengantin dipesan."Intan juga tidak ingin menemui mereka. Intan bertanya, "Apa yang ditulis di surat?"Dayang Ita menjawab, "Mereka bilang mau datang untuk mengucapkan selamat atas kepulangan Tuan Muda Erik. Itu hanya alasan. Sudah sekian lama Tuan Muda Erik pulang, tapi mereka baru datang. Ke mana mereka sebelumnya?"Intan berpikir sejenak, lalu berujar, "Kamu jawab mereka, Erik sedang dalam masa pemulihan, tidak bisa menerima tamu. Setelah Erik sudah sembuh, aku akan membawa Erik berkunjung ke rumah."Dayang Ita mengangguk, lalu berbalik badan dan pergi.Tidak baik bagi Intan untuk menemui mer
Pada sore hari, Alfred datang untuk menengok Erik. Penghiburan dari Alfred jauh lebih efektif daripada Ahmar dan Intan.Penghiburan dari Alfred bahkan hanya satu kalimat. "Pria jantan harus bisa bertahan."Ucapan Alfred menghilangkan kecemasan Erik. Erik menjalani pengobatan dengan tenang dan patuh.Kemudian, Alfred menemani Erik latihan menulis selama satu jam. Tulisan Erik makin bagus. Tingkat kelincahan jari Erik juga lebih tinggi dari sebelumnya. Kemajuan itu sangat menggembirakan.Erik sangat cerewet. Saat Alfred menemani Erik, Erik menuliskan banyak pertanyaan tidak penting di kertas. Semua itu hanya basa-basi.Akan tetapi, Alfred mengobrol bersama Erik dengan sabar dan menjawab semua pertanyaan Erik.Intan menemani mereka selama sesaat. Lalu, Intan menyuruh pelayan menyiapkan makan malam. Intan meminta Alfred untuk makan malam di Kediaman Adipati Belima.Alfred sesekali akan makan malam di Kediaman Adipati Belima sehingga Dayang Ita mengetahui apa preferensi Alfred dalam makanan
Kaisar ingin membantu Intan melampiaskan dendam sehingga menikahkan Rudi dengan seorang wanita yang sudah cerai setahun setelah menikah.Kebetulan, Intan juga cerai setahun setelah menikah dengan Rudi.Akan tetapi, Nona Amanda belum tentu setuju terhadap pernikahan tersebut. Dia tidak punya pilihan karena sudah ditunjuk oleh Kaisar.Mungkin mereka ingin berkunjung ke rumah di hari itu untuk mencari tahu seperti apa kepribadian Rudi.Perbuatan Kaisar membuat Intan merasa bahwa dirinya menjerumuskan Nona Amanda ke dalam masalah.Kaisar bukan membantunya melampiaskan dendam, justru mencarikan musuh untuk Intan.Jadi, Intan merasa harus menemui Nona Amanda. Setidaknya harus menghapus antipati di dalam hati mereka dan mengantisipasi mereka bermusuhan dengan Keluarga Adipati Belima.Jika untuk dirinya sendiri, Intan tidak peduli. Akan tetapi, Erik akan memimpin Keluarga Adipati Belima di kemudian hari. Jangan sampai mereka bermusuhan karena hal itu.Melihat Intan mengernyit, Alfred berkata,
Nyonya Besar Sinthia memakai mantel katun biru tua bermotif awan dan memegang penghangat tangan. Nyonya Besar Sinthia tampak berumur sekitar 50-an tahun. Rambutnya yang beruban disisir dengan rapi. Nyonya Besar Sinthia terlihat cukup berwibawa.Sementara itu, Nona Amanda berpakaian sederhana dengan mantel bulu putih dan gaun kuning. Nona Amanda berumur sekitar 20-an tahun. Nona Amanda cantik, tetapi ada sedikit aura suram. Jika bukan karena memakai gaun kuning, auranya bahkan lebih tua dari ibunya.Setelah mempersilakan mereka untuk duduk, Intan menjelaskan, "Nyonya Besar Sinthia sudah mengirim surat dua hari lalu, tapi Erik menjalani pengobatan di hari itu. Aku tidak sempat menerima tamu, maka aku tolak karena takut akan tidak sopan. Sekarang Erik sudah jauh lebih baik. Jadi, aku undang kalian ke rumah lagi. Terima kasih atas perhatian kalian pada Erik."Surat yang mereka kirim hari itu bertujuan untuk menanyakan kabar dan menengok Erik. Oleh karena itu, Intan menjawab demikian.Nyony
Kemudian, Amanda tersenyum. "Tapi, bagus juga kamu sudah cerai, kamu bisa menjadi istri Raja Aldiso sekarang. Menjadi istri raja jauh lebih baik daripada menjadi istri jenderal, bukan?"Intan tidak menyukai sindiran Amanda. Intan berucap dengan nada datar, "Jodoh itu berada dalam kuasa takdir. Saat talak, aku juga tidak menyangka akan menikah dengan Raja Aldiso.""Manda, jaga sikapmu," tegur Nyonya Besar Sinthia dengan wajah masam."Maaf, aku selalu berkata apa adanya. Harap Nona Intan tidak keberatan." Senyuman Amanda menghilang. Lalu, Amanda bertanya lagi, "Kalau begitu, bagaimana kepribadian Rudi menurut Nona Intan? Kalau Nona Intan memilih untuk cerai, kesanmu pada Rudi pasti sangat buruk."Intan merasa konyol. "Nona Amanda sendiri sudah bilang begitu, buat apa tanya aku?"Nyonya Besar Sinthia memelototi Amanda. Setelah itu, Nyonya Besar Sinthia berkata pada Intan dengan nada memohon maaf, "Nona Intan, maaf. Dia sudah terbiasa sendiri dalam beberapa tahun ini sehingga berkata semau
Setelah Nyonya Besar Sinthia dan Amanda pergi, Intan duduk bengong di ruang tamu untuk beberapa saat.Apa pendapat Rudi terhadap pernikahan tersebut? Bukankah Rudi hanya mencintai Linda? Intan teringat pada Linda yang datang kepadanya dengan sombong untuk pamer. Tak disangka, sudah ada nyonya majikan yang baru dalam waktu singkat. Entah bagaimana perasaan Linda. Apakah Linda akan merasa kesombongannya di hari itu sangat konyol?Amanda bukan orang yang ramah, tetapi nona dari Keluarga Bangsawan Widyasono paling cocok untuk mengurus sebuah keluarga.Selain itu, Nyonya Besar Diana mungkin akan menyukai menantu baru itu. Walau sudah pernah menikah, Amanda akan membawa harta bawaan yang banyak dan memiliki keluarga yang kaya. Nyonya Besar Diana menyukai menantu yang berasal dari keluarga kaya.Linda mengatakan dirinya tidak akan bersaing dengan sesama wanita. Apakah Linda akan bersaing kali ini?Apakah Linda akan menjadi wanita yang paling dibenci dan dipandang rendah oleh dirinya?Intan pe
Dayang Ita membawakan semangkuk sarang burung walet kesukaan Nyonya Besar Brina dan tersenyum saat berkata, "Pas Nyonya Besar Brina datang. Sudah beberapa hari tidak buat sarang burung walet. Baru dibuat hari ini, Nyonya Besar Brina langsung datang."Sebenarnya, sekarang sarang burung walet disiapkan setiap hari untuk mengobati tenggorokan Erik.Ada banyak persediaan sarang burung walet. Ada pemberian dari Keluarga Kosasih, ada satu kilogram dari Pak Adi di Kediaman Aldiso, serta yang dibeli oleh Paman Toni.Nyonya Besar Brina menatap Dayang Ita sambil tersenyum dan berujar, "Aku ini pecinta makanan. Di mana ada makanan lezat, aku pun datang. Aku batuk belakangan ini, pasti tidak akan batuk lagi malam ini sesudah minum sarang burung walet."Intan bertanya dengan penuh perhatian, "Nyonya masih batuk? Saat Nyonya tengok Erik waktu itu, aku sudah dengar Nyonya batuk-batuk.""Bagaimana bisa sembuh dengan kekacauan di rumah?" Nyonya Besar Brina mengaduk sarang burung walet dengan ekspresi g
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu