Nyonya Besar Sinthia memakai mantel katun biru tua bermotif awan dan memegang penghangat tangan. Nyonya Besar Sinthia tampak berumur sekitar 50-an tahun. Rambutnya yang beruban disisir dengan rapi. Nyonya Besar Sinthia terlihat cukup berwibawa.Sementara itu, Nona Amanda berpakaian sederhana dengan mantel bulu putih dan gaun kuning. Nona Amanda berumur sekitar 20-an tahun. Nona Amanda cantik, tetapi ada sedikit aura suram. Jika bukan karena memakai gaun kuning, auranya bahkan lebih tua dari ibunya.Setelah mempersilakan mereka untuk duduk, Intan menjelaskan, "Nyonya Besar Sinthia sudah mengirim surat dua hari lalu, tapi Erik menjalani pengobatan di hari itu. Aku tidak sempat menerima tamu, maka aku tolak karena takut akan tidak sopan. Sekarang Erik sudah jauh lebih baik. Jadi, aku undang kalian ke rumah lagi. Terima kasih atas perhatian kalian pada Erik."Surat yang mereka kirim hari itu bertujuan untuk menanyakan kabar dan menengok Erik. Oleh karena itu, Intan menjawab demikian.Nyony
Kemudian, Amanda tersenyum. "Tapi, bagus juga kamu sudah cerai, kamu bisa menjadi istri Raja Aldiso sekarang. Menjadi istri raja jauh lebih baik daripada menjadi istri jenderal, bukan?"Intan tidak menyukai sindiran Amanda. Intan berucap dengan nada datar, "Jodoh itu berada dalam kuasa takdir. Saat talak, aku juga tidak menyangka akan menikah dengan Raja Aldiso.""Manda, jaga sikapmu," tegur Nyonya Besar Sinthia dengan wajah masam."Maaf, aku selalu berkata apa adanya. Harap Nona Intan tidak keberatan." Senyuman Amanda menghilang. Lalu, Amanda bertanya lagi, "Kalau begitu, bagaimana kepribadian Rudi menurut Nona Intan? Kalau Nona Intan memilih untuk cerai, kesanmu pada Rudi pasti sangat buruk."Intan merasa konyol. "Nona Amanda sendiri sudah bilang begitu, buat apa tanya aku?"Nyonya Besar Sinthia memelototi Amanda. Setelah itu, Nyonya Besar Sinthia berkata pada Intan dengan nada memohon maaf, "Nona Intan, maaf. Dia sudah terbiasa sendiri dalam beberapa tahun ini sehingga berkata semau
Setelah Nyonya Besar Sinthia dan Amanda pergi, Intan duduk bengong di ruang tamu untuk beberapa saat.Apa pendapat Rudi terhadap pernikahan tersebut? Bukankah Rudi hanya mencintai Linda? Intan teringat pada Linda yang datang kepadanya dengan sombong untuk pamer. Tak disangka, sudah ada nyonya majikan yang baru dalam waktu singkat. Entah bagaimana perasaan Linda. Apakah Linda akan merasa kesombongannya di hari itu sangat konyol?Amanda bukan orang yang ramah, tetapi nona dari Keluarga Bangsawan Widyasono paling cocok untuk mengurus sebuah keluarga.Selain itu, Nyonya Besar Diana mungkin akan menyukai menantu baru itu. Walau sudah pernah menikah, Amanda akan membawa harta bawaan yang banyak dan memiliki keluarga yang kaya. Nyonya Besar Diana menyukai menantu yang berasal dari keluarga kaya.Linda mengatakan dirinya tidak akan bersaing dengan sesama wanita. Apakah Linda akan bersaing kali ini?Apakah Linda akan menjadi wanita yang paling dibenci dan dipandang rendah oleh dirinya?Intan pe
Dayang Ita membawakan semangkuk sarang burung walet kesukaan Nyonya Besar Brina dan tersenyum saat berkata, "Pas Nyonya Besar Brina datang. Sudah beberapa hari tidak buat sarang burung walet. Baru dibuat hari ini, Nyonya Besar Brina langsung datang."Sebenarnya, sekarang sarang burung walet disiapkan setiap hari untuk mengobati tenggorokan Erik.Ada banyak persediaan sarang burung walet. Ada pemberian dari Keluarga Kosasih, ada satu kilogram dari Pak Adi di Kediaman Aldiso, serta yang dibeli oleh Paman Toni.Nyonya Besar Brina menatap Dayang Ita sambil tersenyum dan berujar, "Aku ini pecinta makanan. Di mana ada makanan lezat, aku pun datang. Aku batuk belakangan ini, pasti tidak akan batuk lagi malam ini sesudah minum sarang burung walet."Intan bertanya dengan penuh perhatian, "Nyonya masih batuk? Saat Nyonya tengok Erik waktu itu, aku sudah dengar Nyonya batuk-batuk.""Bagaimana bisa sembuh dengan kekacauan di rumah?" Nyonya Besar Brina mengaduk sarang burung walet dengan ekspresi g
Saat Nyonya Besar Brina pergi, Intan meminta Dayang Ita mengambilkan setengah kilogram sarang burung walet untuknya.Nyonya Besar Brina selalu batuk di cuaca dingin. Intan sering memberikan sarang burung walet padanya dulu.Akan tetapi, Nyonya Besar Brina menolak. Intan menggunakan kata-kata yang Nyonya Besar Brina katakan tadi. "Kalau Nyonya tidak ambil, berarti Nyonya memandang rendah aku. Aku juga tidak akan mengambil barang dari Nyonya."Intan hendak menyuruh Dayang Ita mengembalikan gelang emas."Ya, aku ambil, aku ambil." Nyonya Besar Brina bergegas mengambil sarang burung walet. "Aku benar-benar tidak enak hati selalu mengambil barang darimu.""Nyonya sudah menemaniku melewati masa-masa tersulit, aku ingat itu." Intan menggandeng tangan Nyonya Besar Brina dan mengantarnya ke luar.Dulu saat Keluarga Belima dibantai, keluarga Nyonya Besar Diana juga memberi penghiburan, tetapi hanya omongan belaka. Hanya Nyonya Besar Brina yang menemani Intan dengan tulus.Nyonya Besar Brina mere
Tabib Riel segera diundang ke rumah. Setelah diperiksa, Tabib Riel mengapresiasi kerja keras Ahmar dan memuji daya pemulihan Erik.Kemudian, Tabib Riel mencubit hidung Erik. "Nak, kamu hebat sekali. Kakek Riel pikir setidaknya butuh setengah sampai satu tahun.""Tapi, bukankah Paman Riel bilang Erik baru bisa bicara setelah memuntahkan darah beracun?" tanya Intan buru-buru."Tidak harus. Racun di dalam tubuh Erik sudah hampir hilang semua. Tapi sudah dua tahun Erik tidak berbicara, itu agak sulit baginya. Apalagi terapi akupunktur terhadap tenggorokan Erik selama ini, pasti ada sedikit rasa sakit. Pelan-pelan saja, akan sembuh nanti."Semua orang menyahut dengan lega. Mereka memandang satu sama lain dan tersenyum.Sebelumnya, semua orang menunggu setiap hari kapan Erik akan memuntahkan darah hitam. Alhasil, tidak perlu begitu.Ilmu pengobatan Tabib Riel sungguh ajaib.Intan berlutut dan bersujud pada Tabib Riel. "Harusnya Erik yang bersujud padamu, tapi kakinya sakit. Setelah Erik dewa
Larut malam, Intan baru kembali ke kamar dan tidur. Pagi-pagi sekali, Mutiara datang untuk melapor bahwa Linda berada di luar rumah dan ingin menemui Intan. Linda berteriak-teriak, tetapi tidak bisa diusir. Oleh karena itu, Mutiara terpaksa harus membangunkan Intan.Intan duduk di ranjang dan melamun sejenak dengan mata yang mengantuk. Linda benar-benar datang.Setelah bangun, Intan memusatkan konsentrasi untuk mendengar menggunakan kekuatan internal. Di luar memang sangat berisik, itu suara Linda.Selain itu, ada suara gedor pintu yang keras. Jika terus begitu, Erik akan terbangun. Kondisi Erik sudah jauh lebih baik, tetapi Erik masih sangat takut akan suara nyaring.Reaksi pertama dari Intan adalah mengambil Tombak Bunga Persik dan mengusir Linda.Namun, tetangga-tetangga di sekitar Kediaman Adipati Belima adalah keluarga bangsawan. Tidak peduli apa yang Linda lakukan, sekarang Intan adalah kepala Keluarga Adipati Belima. Tidak baik jika kepala keluarga mengusir tamu.Baiklah. Intan
Linda tertawa setelah mendengar jawaban Intan. "Kamu bahkan tidak berani berkata jujur. Intan, mana keberanianmu? Dasar munafik!"Intan mengabaikan Linda dan meneruskan, "Kedua, aku masih ingat omongan sombongmu waktu itu. Kamu menghina kaum wanita. Aku tidak akan iri padamu, aku justru memandang rendah kamu. Sebagai sesama wanita, kamu sama sekali tidak berbelas kasihan pada wanita. Kepribadianmu buruk sekali."Linda mendengus. "Benarkah? Kamu begitu terampil dalam seni bela diri, kalau kamu tidak menyukaiku, kenapa kamu tidak bertarung denganku waktu itu?""Karena tidak sudi!" Mata Intan menjadi gelap. "Saat itu, kamu hanyalah badut jenaka di mataku. Aku tidak sudi untuk bertarung denganmu. Kamu menyindirku, aku juga menyindirmu. Selama ini, Rudi-lah yang telah melanggar janjinya. Aku hanya menargetkan Rudi.""Tidak Sudi? Aku tidak percaya kamu tidak ingin bunuh aku waktu itu." Linda mendengus lagi. "Aku tahu, nona bangsawan seperti kalian itu munafik dan suka berpura-pura, tapi sang