Ibu Suri menatapnya sebentar dan berkata, "Ayahmu juga diam-diam menyukai seseorang, tapi dia menganggap Panglima Marko sebagai saudaranya. Jadi setiap kali Nyonya Marisa menghadiri acara apa pun atau saat dia datang ke dalam istana, ayahmu akan menghindari bertemu dengannya. Ini adalah rasa hormat terbesar yang dia miliki terhadap saudaranya dan bahkan Nyonya Marisa tidak mengetahui niat ayahmu ini sampai akhir hayatnya."Raut wajah kaisar membeku sesaat dan senyuman perlahan menghilang dari, digantikan oleh senyuman serius, "Aku mengerti maksud Ibu."Setelah hening beberapa saat, dia berkata, "Ibu tidak marah? Kenapa kamu masih memperlakukan Intan dengan baik?"Ibu Suri tersenyum perlahan dengan ekspresi agak santai, "Untuk apa marah? Apakah jumlah wanita di istana tidak cukup? Selain itu, aku menikahinya untuk menjadi putri mahkota, ratu dan bahkan ibu suri saat ini. Dengan menikah dengan keluarga kekaisaran, bukankah akan mengecewakan diri sendiri kalau berharap Kaisar tulus?""Ada
Alfred terdiam. Apakah ada perbedaan antara panglima dan yang mulia?"Kenapa Raja menunggu di sini?" Intan bertanya.Alfred teringat kembali, "Oh, aku ingin pergi ke istana untuk melihat apakah ibu mempersulitmu. Bukankah dia sulit untuk bergaul? Tapi jangan khawatir. Kelak kalau sudah tiba di kediaman, dia tidak akan terlihat seburuk dia di istana. Lagi pula, semua orang di kediaman akan patuh pada kita berdua, mungkin saja dia tidak akan mendengarkannya."Intan tersenyum dan berkata, "Tidak sulit untuk akrab dengannya, tapi dia memang pernah mempersulitku. Hanya saja triknya agak ceroboh dan mudah untuk dihadapi."Alfred memiringkan kepala, triknya ceroboh? Penjelasannya memang benar. Bagaimana ibu bisa melakukan trik apa pun? Dia tumbuh dengan dimanjakan dan kalau marah, cukup bersikap manja dan seseorang akan membantunya."Dia memang tidak bisa apa-apa. Aku ingat saat masih tinggal di istana, dia menggunakan trik yang paling kejam terhadap Selir Deswita. Saat Selir Deswita sedang m
"Benarkah?" Alfred mengerutkan kening. Dia paling tahu sifat bibi ini.Mulutnya manis, sikapnya lembut namun diam-diam menghanyutkan. Dia menyukai pesta teh dan perjamuan, serta berinteraksi dengan kerabat penguasa di ibu kota dan mengundang banyak istri pejabat.Banyak kerabat dari keluarga berkuasa yang hadir di dalam perjamuannya untuk bertatap muka.Kalau ibunya pernah menderita karena orang lain dalam hidupnya, orang itu adalah bibinya. Dia pandai menggunakan trik dan melakukan banyak hal jahat.Sepertinya orang ini sakit jiwa. Setelah melahirkan seorang putri, dia tidak lagi melahirkan anak. Dia menyerahkan banyak pemuda kepada para selir. Saat selir melahirkan anak, dia merebut mereka dan mengeksekusi mereka dengan cara yang sangat kejam.Ada seorang selir karena berdebat dengannya, dia tidak menginginkan anak itu dan melemparkan anak itu sampai mati di depan selirnya, kemudian memotong jari tangan serta kaki selir itu satu per satu sebelum akhirnya tewas setelah menderita rasa
Undangan dari Putri Agung memang sudah terkirim ke Kediaman Bangsawan Delima. Karena besok adalah hari ulang tahunnya dan hari ini undangan baru dikirimkan, ini tentu saja tidak memberinya waktu untuk menyiapkan hadiah ulang tahun dan terpaksa memilihnya dari gudang.Dayang Ita sangat khawatir, "Putri Agung tidak pernah menyukai kita. Dulu saat Nyonya masih hidup, dia tidak akan pernah mengundangnya ke perjamuan apa pun yang dia adakan. Kenapa kali ini dia malah mengirimkan pesan kepadanya? Jangan-jangan dia sedang menunggu untuk memfitnahmu?"Intan meletakkan surat itu di samping, "Itu sudah pasti."Dia juga mendengar tentang masa lalu antara orang tuanya dan Putri Agung.Setelah ayah dan kakaknya terbunuh dalam pertempuran, ternyata Putri Agung meminta seseorang memberinya "hadiah" saat dia kembali dari Gunung Pir. Hadiah itu adalah gapura peringatan yang diukir khusus olehnya dan kata warisan juga ditulis dengan penuh kebencian.Kejam sekali, gapura peringatan membuat wanita Keluarg
Dayang Ita mengatupkan bibirnya dan berkata dengan agak enggan, "Lukisan ini seperti aslinya, seolah bunga plum sedang mekar tepat di depanmu. Cabang-cabang plumnya kuat dan tunas hijau mudah tumbuh. Katanya dibuang, tapi aku merasa ini sempurna. Sia-sia saja kalau memberikannya kepada Putri Agung.""Tidak masalah. Ada begitu banyak gambar bunga plum sehingga kita bahkan tidak bisa menaruhnya di ruang kerja. Kakak seperguruan paling suka menggambar bunga plum. Oh ya, aku juga akan memberikan satu kepada Kaisar nanti."Kaisar sangat mengagumi kakaknya dan juga mengumpulkan harta kaligrafinya. Dia belum menerima lukisan bunga plum. Lukisan bunga plum milik kakaknya sangat langka dan mahal, tetapi dia memiliki begitu banyak.Memberikan harta kaligrafi kakaknya, Intan sudah mulai mengatur hubungan dengan Raja Aldiso. Hal-hal yang ditanyakan Kaisar di Istana Selestia selalu membuatnya agak gelisah.Oleh karena itu, memberikan lukisan kakaknya setidaknya akan mengungkapkan niat baik dia dan
Dia menggertakkan gigi dan berkata kepada Dayang Ita, "Mulai malam ini, kamu akan mengajariku cara menyulam. Aku ingin menyulam saputangan yang sempurna."Lubang digali saat kecil masih harus diisi.Intan bisa menerima kalau dirinya tidak sempurna, tetapi dia tidak bisa menerima kalau dia memberikan barang usang kepada semua orang.Intan hanya agak bingung. Dia bisa mengerti ibu menyimpan saputangannya, tetapi mengapa Raja Aldiso juga menyimpannya? Bahkan terus membawanya ke mana pun?Sesuatu melintas di dalam pikirannya, tetapi dia tidak menangkapnya. Setelah memikirkannya, Intan bertanya-tanya apakah Raja Aldiso menyukai barang usang?Hobi ini sungguh unik.Saat kedua dayang itu sedang membersihkan gudang, Toni memberi tahu Intan kalau Tuan Luthor telah memilah buku rekening untuk diperiksa."Oke, taruh di ruang kerja. Malam ini aku akan membacanya," kata Intan.Toni mengangguk, "Bagian ladang dan toko juga telah disortir. Tuan Luthor merangkum akun-akun tersebut secara total dan jug
Mutiara melihatnya dan berkata, "Putih juga bagus, sentuhan biru muda juga akan menonjolkan warna kulit. Bagaimana dengan perhiasannya? Mau pakai gelang merah?""Tidak perlu pakai warna merah, yang lebih sederhana saja. Tidak perlu begitu mewah." Intan memilih jepit rambut giok putih dan memasangkannya dengan pita putih."Ini terlalu polos," kata Mutiara."Kita akan tahu polos atau tidak setelah memakainya." Intan mengambil pakaian itu ke belakang penyekat, mengganti pakaiannya dan keluar. Dia menyanggul rambutnya, mengikatnya dengan pita sutra dan menghiasinya dengan jepit rambut giok putih.Dia berdiri sebelum berbalik dan bertanya kepada beberapa pelayannya, "Bagaimana?"Mereka tercengang. Intan bahkan belum merias wajah dan dia tampak seperti peri dari dunia luar. Terutama dua pita sutra yang diikatkan pada sanggulnya menambah banyak warna pada rok putihnya.Mutiara bergegas berkata kepada Safira, "Perona bibir, anting, tas kecil atau liontin giok, cepat!""Baik!" Beberapa pelayang
Keesokan harinya, pesta ulang tahun Putri Agung diadakan.Mulai pagi-pagi sekali, pintu masuk dipenuhi dengan kereta. Karpet merah panjang membentang hingga pintu masuk gang. Lebih dari 30 jauhnya dari luar kediaman ada sebuah ruang terbuka yang dibangun dengan gudang dan 30 tempat duduk perjamuan. Semua orang yang datang sudah bisa makan begitu tempatnya penuh.Putri Agung mengadakan pesta ulang tahun setiap tahun. Ini disebut bersenang-senang dengan semua orang, tetapi nyatanya itu hanya kepura-puraan untuk mempromosikan reputasi baiknya.Selain tempat perjamuan, dia juga menyiapkan makanan vegetarian untuk menjamu para biksu. Putri Agung adalah seorang penganut dewa. Dia menyumbangkan banyak uang ke kuil dan biara setiap tahun.Orang yang melakukan banyak kejahatan selalu mencari berkah dari para dewa.Hari ini Putri Agung menjamu banyak tamu dan bahkan Keluarga Wijaya pun diundang.Baik Rudi maupun Linda tidak datang. Sejak dia mengetahui ibu dan kakak serta iparnya pergi ke Kediam
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu