"Pakai baju dan perhiasan itu untuk acara jamuan makan malam bersama kolega bisnisku nanti malam. Kamu akan aku jemput jam 7 malam," ujar Hari sebelum pergi ke kantor sambil meletakkan paper bag berisi gaun malam dan satu set perhiasan yang hanya diberikan di saat ada pertemuan penting seperti ini.
Hari memang iblis bertopeng malaikat. Di depan orang lain, dia akan menunjukkan istrinya sebagai kebanggaan. Memujanya seakan dirinya adalah pria paling beruntung yang dipilih menjadi pendamping seorang Putri Gautama. Hari selalu memuji dan menunjukkan kecantikan Ghea di depan banyak orang. Dia juga akan bersikap romantis dan perhatian jika sedang melakukan pencitraan. Padahal saat di rumah atau saat hanya berdua dengan istrinya, dia tidak akan segan-segan menyakiti fisik maupun psikis istrinya. Ghea hanya bisa mengambil napas panjang saat harus kembali dibuat muak dengan pencitraan yang akan dilakukan suaminya. Sandiwara dengan senyum bahagia harus menghiasi wajahnya nanti malam. Ghea selalu ingin tertawa jika mengingat betapa munafiknya mereka di setiap datang ke sebuah jamuan. "Pastikan tidak ada bekas memar yang terlihat dari tubuhmu di saat jamuan nanti. Atau kamu akan tahu sendiri akibatnya," desisnya lagi kembali memberi ancaman. Ghea yang diam saja meski sudah tahu tanpa diingatkan kembali, akhirnya mendapatkan jambakan kasar karena Hari merasa tersinggung dan marah diabaikan olehnya."Kamu punya mulut kan? Kenapa tidak menjawab saat aku bertanya? Hem?" hardik Hari dengan nada tinggi. Ghea berusaha tidak memperlihatkan rasa sakitnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih tangguh lagi. Ghea menjawab dengan datar seakan jambakan suaminya sama sekali tidak terasa di kulit kepalanya. Padahal rambut panjangnya sudah seperti akan lepas dari tempatnya. "Bukankah kamu sendiri tahu, Mas? Kalau aku gak punya pilihan selain menuruti apapun maumu. Terus buat apa aku harus repot-repot menjawabmu, Mas?" "Makin berani kamu ya?" geram Hari menarik rambut istrinya semakin kuat. Beruntung dering di saku celananya menghentikan kekejaman Hari pagi ini. Hari segera melepaskan jambakannya dan menjawab panggilan dengan sedikit menjauh dari Ghea yang merasa kepalanya sangat nyeri. Tidak lama setelah Hari menerima panggilan, dia memilih langsung pergi ke kantor tanpa kembali menyapa Ghea. Ghea pun tidak lagi berharap lebih. Ghea sekarang yakin jika impian sederhananya dulu sebelum menikah, untuk melepas suami bekerja dengan salaman dan cium tangan yang dibalas dengan ciuman di kening tidak akan benar-benar terjadi di pernikahannya dengan Hari Hardana. Ghea juga yakin jika suaminya tidak pernah mencintainya. Tertarik dengannya pun sepertinya tidak. Padahal Ghea sudah sering berpenampilan terbaik untuk menyenangkan suaminya. Tapi Hari tetap saja tidak menunjukkan rasa tertariknya pada Ghea. "Mungkin sebenarnya dia sudah punya wanita lain dan menikahiku dengan terpaksa karena punya tujuan tertentu. Aku akan selidiki siapa wanita yang dicintainya. Siapa tahu aku bisa memanfaatkan wanita itu untuk membebaskan aku dari penjara yang dibuat suamiku ini." Bukan tanpa alasan Ghea berpikir seperti itu. Itu semua karena selama sebulan pernikahan, Hari sama sekali tidak terlihat berniat menjamah istrinya. Meskipun Ghea sudah mencoba menggodanya sekalipun, Hari tetap tidak menunjukkan keinginannya pada si istri. Ghea sendiri awalnya berniat menggoda hanya untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Tapi kemudian dia juga berpikir jika mungkin saja jika terjadi kontak fisik dengan suaminya, rasa cinta akan tumbuh dan mampu mengubah karakter suaminya yang kasar padanya menjadi lebih lembut karena adanya cinta. Sayangnya, usahanya gagal dan Ghea belajar mengambil hikmahnya. Setidaknya sampai saat ini dirinya masih bersegel meskipun statusnya sudah bersuami. "Aku harus bereskan rumah dengan cepat, kemudian menyelesaikan lukisanku dengan segera karena malam ini harus pergi ke jamuan makan malam. Baiklah, semangat Ghea! Kamu pasti bisa melewati semua ini!" Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini selain berusaha bertahan dengan menyemangati dirinya sendiri. Sejak menikah, akses dan relasi Ghea dibatasi oleh Hari. Ghea tidak diijinkan bekerja dan berhubungan dengan teman-temannya. Ghea bahkan hanya diberikan sedikit uang supaya Ghea tidak bisa melakukan macam-macam di belakangnya. Untuk itu, Ghea diam-diam membuat lukisan yang dititipkan ke galeri seni milik temannya untuk mendapatkan uang sendiri. Itu pun Ghea menghubungi temannya secara sembunyi-sembunyi dan dibantu asisten rumah tangga yang tidak datang setiap hari di rumah mereka. Mak Ijah biasanya hanya datang seminggu dua kali untuk mencuci baju dan bersih-bersih rumah secara menyeluruh. Untuk masak dan beberes harian dikerjakan oleh Ghea seorang diri atas keinginan Hari. Rumah yang mereka tempati sebenarnya adalah rumah milik Keluarga Gautama yang sudah dibalik nama menjadi milik Hari Hardana. Mak Ijah sendiri adalah asisten rumah tangga Keluarga Gautama sejak dulu. Dia pura-pura tidak tahu jika anak mantan majikannya diperlakukan tidak baik oleh suaminya. Sehingga Hari masih mempekerjakan Mak Ijah meski tidak setiap hari. Besok Mak Ijah akan mengambil lukisan pesanan buatan Ghea untuk dibawa ke galeri seni, maka dari itu Ghea harus menyelesaikan sore ini juga sebelum pergi ke jamuan makan malam, supaya besok sudah siap diberikan kepada Mak Ijah. "Akhirnya selesai," gumam Ghea setelah memastikan lukisannya sempurna. Bukan hal sulit baginya karena Ghea sudah mendalami hobi melukis sejak dia kecil. Meskipun dia kuliah di jurusan Farmasi saat S1 dan jurusan Manajemen Farmasi saat S2, tapi disamping kuliah dia juga mempelajari seni lukis pada ahlinya selama bertahun-tahun, yaitu sang mama yang merupakan seorang seniman. Mas Hari : [Satu jam lagi aku sampai]Ghea segera bersiap karena suaminya sudah memberi kabar kapan dirinya akan dijemput. Ghea bisa bersiap dengan cepat karena sebelumnya sudah disiapkan dengan rapi semua yang dia butuhkan. Tapi Hari justru tiba lebih cepat dari apa yang dia katakan sebelumnya. Ghea yang sedang menggunakan 'alat tempurnya' menjadi terkejut dengan kedatangan Hari. "Dandan yang cantik, Ghe! Karena hari ini kita akan bertemu dan menyapa orang penting yang baru mulai bekerja sama dengan perusahaan Gauta Farma. Ingat untuk tidak bertingkah di depan mereka.""Iya," jawab Ghea singkat tidak mau merusak mood suaminya atau dirinya akan dibuat semakin sulit karena bisa jadi memar di tubuhnya semakin bertambah. Hari cukup puas dengan respon Ghea yang menurut. Dia juga memperhatikan bagaimana Ghea yang ahli dalam memainkan alat make up untuk menyamarkan bekas memar yang biasanya tertinggal di wajah atau bagian lehernya. "Sisakan tanda merah sedikit di bagian lehermu biar mereka mengira itu adalah bekas percintaan kita," kekeh Hari membuat Ghea mual mendengarnya. 'Ternyata aku benar-benar punya suami gila dan manipulatif!' batinnya dengan tetap menurut."Pasang senyummu lebar-lebar. Jangan sampai ada yang menganggap kamu tidak bahagia hidup denganku!" Ghea hanya diam menyimak bisikan suaminya saat mereka akan masuk ke dalam hall hotel tempat jamuan para pengusaha dilaksanakan. Hari mengalungkan lengan di pinggang supaya Ghea bisa menggandengnya dengan mesra selama mereka berada di pesta. Sekilas, Ghea dan Hari akan terlihat seperti pasangan pasutri yang serasi dan berbahagia. Si cantik dan si tampan yang sama-sama bersinar dengan prestasi dan kecerdasannya. Meskipun Ghea tidak bekerja setelah lulus S2, tapi kepandaian dan keahliannya cukup di kenal di dunia kesehatan. Bahkan tidak jarang tawaran pekerjaan diterima Ghea meski selalu berakhir penolakan secara halus karena Hari melarangnya bekerja. Kepada pihak rumah sakit yang menawarkan pekerjaan kepada istrinya, Hari biasanya menolak dengan alasan tidak ingin istrinya kelelahan karena mereka ingin segera diberikan momongan meski belum lama menikah. Padahal Hari hanya tidak ingin
"Aku beneran disuruh resign?" tanya Frans mulai pucat mendengar candaan Abimanyu yang sama sekali tidak terdengar lucu baginya. Bagaimana akan terasa lucu jika tampang Abimanyu saat mengatakan dua kalimat tersebut terlihat begitu kaku dan lurus tanpa ada senyum sedikitpun? "Emang aku tadi nyuruh resign?" "Sial!" umpat Frans dengan dengkusan yang khas. Dia sudah terpancing dengan permainan kata-kata dari pemilik rumah sakit terbesar di negaranya. Jelas-jelas Abimanyu tidak menyuruh, hanya mempersilakan jika Frans memang berkeinginan untuk resign. Jika Frans tidak ingin, maka seharusnya dia tidak perlu kepikiran apalagi takut kehilangan pekerjaan. Jika tidak sedang berada di acara formal, sudah pasti Frans akan menendang bokong Abimanyu atau bahkan memukul kepalanya. Sayangnya meski seakrab itu dengan sang direktur rumah sakit, tapi Frans tidak mungkin melakukan itu di depan umum. Lagi-lagi tingkah mereka mengundang tawa yang lain. Hanya Ghea yang tidak merasa senang karena harapa
"Kamu gak apa-apa kan, Ghe?" tanya Frans terlihat khawatir ketika sudah puas memarahi pelayan yang dengan cerobohnya menumpahkan minuman kepada Ghea. "Aku gak apa-apa, Kak. Cuma basah sedikit, ini akan kering dengan cepat, jangan khawatir dan jangan memarahi pelayannya lagi. Aku yakin dia gak sengaja." "Beruntung kamu karena Ibu Ghea terlalu baik," gumam Frans masih kesal kepada si pelayan. Pelayan wanita yang melakukan kesalahan sudah berulang kali meminta maaf dan Ghea sampai tidak tega mendengarnya dimarahi oleh Frans. "Sudah, Kak. Biarkan dia kembali bekerja. Aku yakin setelah ini dia akan bekerja dengan lebih hati-hati, bukankah begitu, Mbak?" "Benar, Bu. Sekali lagi saya mohon maaf," cicitnya sambil menundukkan kepala, sama sekali tidak berani mengangkat wajah. Mereka pun membiarkan pelayan wanita kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaan tanpa memperpanjang masalah. Abimanyu hanya diam memperhatikan dengan pikiran yang sudah terganggu sejak melihat bekas luka di bet
Abimanyu membawa Keiza ke tempat jamuan. Awalnya gadis itu tidak berminat ikut ke jamuan orang dewasa yang mungkin akan menjemukan baginya karena pembahasan yang pasti hanya berputar di masalah bisnis dan sejenisnya.Sayangnya di rumah sedang sepi karena ditinggalkan kedua orang tuanya yang sedang honeymoon ke Maladewa, untuk yang kesekian kalinya. Sehingga membuat Keiza memilih untuk menyusul kakaknya juga. "Halo, Cantik! Aduh adik gemes tumben-tumbenan mau ikut ke jamuan makan malam?" goda Eldi yang sudah bergabung di tempat Frans dan Abimanyu tadi duduk.Eldi si Dokter Bedah sekaligus penanggung jawab IGD Medica Center memang paling suka menggoda adiknya Abimanyu. Keiza sendiri juga suka menanggapinya dengan menistakan Eldi layaknya kakak sendiri. "Iya dong. Kan adik gemes mau ketemu sama Om Eldi," kekeh Keiza menuai gelak tawa puas di bibir Frans yang mendengarnya. "Sembarangan! Suka gak ada rem ya itu bibir kalau udah nistain aku!
Seperti dugaan Ghea di awal, suaminya kembali pulang dini hari dalam kondisi setengah sadar karena mabuk. Bahkan sejak membuka pintu kamar, Hari sudah meracau sendiri dengan suara yang samar dan sesekali menabrak pegangan sofa karena penglihatannya yang kabur. Ghea sudah ingin beranjak dan membantu, tapi lekas diurungkan karena ingat kejadian terakhir yang membuatnya kembali menjadi pelampiasan emosi suaminya. 'Abaikan saja, Ghea! Anggap saja kamu gak lihat dia pulang. Biar saja dia anggap kamu sudah tidur. Itu lebih baik daripada bertingkah bodoh hanya untuk memperlihatkan diri yang tidak dihargai suamimu itu,' batin Ghea dalam hatinya. Ghea kembali memejamkan mata tanpa mengubah posisi tidur. Langkah suaminya terdengar semakin dekat. Suara random yang keluar dari mulutnya juga makin terdengar jelas. Meski apa yang dikatakan oleh Hari sama sekali tidak dimengerti oleh Ghea. "Huhh, cewek gak ada guna ini sudah tidur ternyata! Baguslah, daripad
Hari merasa gamang. Dia seperti ingat jika semalam sudah berbicara terlalu banyak tentang rahasia kejahatannya. Tapi Hari tidak bisa mengingat dengan jelas, apakah itu sungguhan diucapkan lidahnya, atau hanya dalam mimpi dan khayalannya saja. Untuk itu, Hari memilih bertanya langsung pada yang bersangkutan. Meskipun saat melihat sikap Ghea yang masih baik padanya, Hari merasa Ghea masih tidak tahu apa-apa tentang kejadian dibalik kematian orang tuanya. Apalagi jawaban dari yang ditanya memang mendukung asumsinya. "Semalam? Bukankah aku sudah bilang kalau semalam aku tidur nyenyak sampai tidak tahu kapan kamu pulang. Dan aku pun baru bangun beberapa saat yang lalu dan tidak mendengar kamu berkata apapun, selain dengkuran halus." Hari terlihat lega. Kemudian menerima minuman yang diulurkan istrinya dan meminta Ghea untuk melepaskan sepatu yang masih membungkus telapak kakinya. Ghea mendengus dalam hati namun tetap melakukan tugasnya. Hari pun me
Ghea berjingkat saking terkejutnya. Waktu sudah hampir tengah hari dan Ghea baru selesai memasak setelah seharian membersihkan seluruh bagian dalam maupun luar rumah yang seharusnya dikerjakan Mak Ijah. Tapi karena mendapatkan tugas lain untuk mengantar lukisan ke Galeri, jadilah Ghea yang menggantikan tugas bersih-bersihnya. "Kamu mau minta izin apa, Ghe?" ulang Hari karena istrinya hanya diam dan terlihat gusar. Ghea memutar cepat otaknya supaya menemukan alasan bagus untuk membujuk suaminya. Ghea bisa merasakan mood suaminya cukup baik setelah cukup istirahat sejak semalam. Ghea berharap kali ini dia beruntung bisa membujuk suaminya, tentu saja dengan bumbu alasan yang akan memberikan untung kepadanya. "izin untuk melamar pekerjaan di Medica Center, Mas," ucap Ghea takut-takut. "Tidak!" tegas Hari menolak secara langsung. "Kamu tidak aku izinkan bekerja dimanapun. Tetap di rumah dan menurut dengan apa yang aku
"Kenapa kamu buang-buang uang kita buat nyuap sipir segala sih, Ma? Padahal cuma selisih satu hari aja sama hari kebebasan aku yang seharusnya hari ini baru bebas." "Karena selisih satu hari itu yang membedakan nasib nyawamu hari ini, Pa." "Maksudnya?" Alea akhirnya menceritakan kenapa dirinya merelakan sebagian uangnya untuk menyuap anggota sipir supaya bisa membebaskan suaminya selisih satu hari dari yang seharusnya. Itu semua karena kemarin lusa, saat hendak menjenguk suaminya di tahanan, tanpa sengaja Alea mendengar sendiri Jodi mendapatkan instruksi dari Hari untuk menyingkirkan Sanjaya begitu keluar dari penjara. Hari ingin menghilangkan saksi kunci tentang kejadian kecelakaan yang menewaskan seorang pengusaha di bidang Farmasi yang cukup besar di Indonesia itu. Sanjaya sempat terkejut, tapi dia tidak heran setelah melihat sendiri seperti apa kejamnya Hari kepada nyawa orang lain. Sanjaya merasa beruntung ka
“Kamu kenapa, Sayang?” Gita melihat Ghea seperti tidak nafsu makan. Makanan di atas piringnya hanya diaduk tanpa berniat dimasukkan ke mulut. “Apa ada masalah yang kamu sembunyikan dari Mama?” tanya Gita lagi, karena Ghea masih bergeming. “Sebenarnya …,” Ghea menjeda ucapannya. “Sebenarnya ada apa, Sayang?” Ghea menatap mata mamanya yang menunggu jawaban. Dengan ragu-ragu, Ghea pun bercerita tentang ajakan Abimanyu untuk bertemu dengannya, dan belum dibalas olehnya. “Sebenarnya Abi ngajak ketemu, Ma. Dan aku belum kasih jawaban dari kemarin.” “Loh, memangnya kenapa? Kamu gak mau ketemu sama dia?”“Aku … bingung, Ma. Aku gak tau gimana dengan perasaanku ini. Aku pengen ketemu dia, tapi aku takut.” “Takut? Takut kenapa?” “Aku takut kebawa perasaan, Ma.”Gita akhirnya paham. Seorang wanita, saat merasa jatuh hati pada seorang pria, tetapi tidak yakin jika perasaannya berbalas, pasti akan merasakan keresahan yang teramat sangat. Dan itulah yang sedang dirasakan Ghea saat ini. “K
Abimanyu hanya terdiam saat ditandaskan dengan pernyataan tegas Gita. Keterdiamannya menjadi asumsi mereka yang melihat, jika cinta tidak benar-benar ada untuk Ghea. “Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi semua bantuan kamu untuk saya dan putri saya, Nak. Namun, jika balasannya adalah pernikahan tanpa cinta, saya minta maaf lebih baik kami membalas budi dengan cara lain. Saya tidak bisa mempertaruhkan kebahagiaan putri saya. Menebus semua kesakitannya saat menikah dengan orang yang sebelumnya saja, saya tidak bisa. Mana mungkin saya akan membiarkannya mengulang kesalahan yang sama.”“Tante, Oppa-ku gak akan nyakitin Eonni Ghea. Aku kenal dia siapa. Dia gak akan memperlakukan Eonni Ghea dengan buruk, Tante.” Keiza yang tidak tahan melihat Abimanyu tanpa pembelaan, akhirnya bersuara lebih dulu. Liam memegang lengan putrinya untuk menghentikan perkataannya karena yang lebih berhak berbicaralah ada Abimanyu sendiri. Barulah Keiza tidak melanjutkan bujukannya. “Saya tau nak, Kei
Kabar tentang hukuman yang dijatuhkan untuk Sanjaya sudah sampai di telinga Alea yang masih di Penang bersama putrinya. Tentu saja berita itu menjadi berita buruk karena lamanya hukuman yang diterima sang suami tidak main-main. “Bagaimana mungkin aku bisa melewati sepuluh tahun tanpa kamu, Mas?” ratapnya. Walaupun Abimanyu memang sudah mengcover segala biaya hidup dan berobat Qila, tetapi dukungan secara moril dan kebersamaan dengan sang suami tentu saja akan dirindukan Alea. Apalagi mendampingi pengobatan panjang putri mereka satu-satunya. Alea terpaksa menyembunyikan kondisi yang sebenarnya pada sang suami dari Qila. Dia tidak mau proses pengobatan putrinya menjadi terganggu jika tahu papanya mendekam di penjara. Apalagi jika tahu alasan papanya sampai dipenjara adalah demi biaya pengobatannya ke Penang selama ini. “Ma.” Alea menoleh dan menghapus air matanya sebelum menghampiri putrinya yang baru terbangun. Dia tidak mau sang anak sampai tahu jika dirinya baru saja menangis. A
Sejak dari persidangan, Ghea menjadi lebih pendiam. Gita yang merupakan ibu kandungnya tentu saja sangat peka akan perubahan putri semata wayangnya. “Mama perhatikan, kamu sepertinya agak berbeda, Sayang. Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya. Gita hanya menggeleng kecil. “Jujur sama Mama. Apa ini soal putranya Zahera?” “Dari pertama Mama selalu panggil Pak Abi dengan sebutan anaknya Nyonya Zahera, kenapa gak sebut anaknya Tuan Liam? Apa karena Mama sudah tahu kalau Pak Abi Itu bukan putra kandungnya Tuan Liam?” “Mama memang sudah tahu, tapi Mama juga gak tahu siapa papa kandungnya, karena Zahera gak pernah cerita dan Mama juga gak mau tanya karena takut membuatnya teringat masa lalu.” Gita pun menceritakan tentang alasan perceraian Zahera dengan papa kandungnya Abimanyu versi yang dia ketahui. Tentang pengkhianatan Sanjaya pada Zahera selama mereka menikah, dan baru diketahui saat Abimanyu sudah sekolah SD. “Sejak resmi bercerai, setahu Mama mereka memang kehilangan komu
"Gak nyangka ya, Ma. Besok udah hari persidangan aja." Mendekati hari persidangan, Ghea cukup sibuk di Gauta Farma sampai tidak sempat memantau kasus mantan suaminya yang terjerat banyak kejahatan yang berkaitan dengan keluarganya. Dia percayakan semuanya kepada Abimanyu dan tim kuasanya. Memilih untuk mengambil bagian dalam mengembalikan nama baik Gauta Farma sesuai dengan arahan dari Abimanyu. Ghea dibantu Abimanyu membuat klarifikasi mengenai skandal yang membawa nama perusahaan farmasi rintisan Tuan Gautama, papanya Ghea. Ghea dengan dukungan keluarga Evander Lim, meyakinkan masyarakat jika skandal tersebut adalah perbuatan oknum dan bukan menjadi tanggung jawab dari perusahaan tersebut. Ghea juga menjanjikan akan berupaya keras untuk mengawasi Gauta Farma lebih baik lagi sehingga kasus seperti itu tidak pernah kembali terjadi. Dengan begitu, perlahan nama baik Gauta Farna akan kembali membaik, dan bisa beroperasional seperti biasanya, meskipun untuk beberapa bulan ke depan a
Hari Hardana kembali digelandang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terkait pelaporan atas dua kasus baru yang menimpanya. Kasus pelaporan percobaan pembunuhan Loretta juga pembuatan hingga pengedaran obat terlarang. Keduanya mendapatkan bukti dan kesaksian dari Jodi yang difasilitasi bantuan oleh Abimanyu. Jodi akhirnya memutuskan untuk berdiri di sisi Abimanyu dan Ghea. Meskipun itu tidak bisa membuatnya bebas dari jerat hukum, tetapi setidaknya dia tidak sendirian karena otak dari tindakan kriminal itu ikut diseret olehnya. “Brengsek kamu, Jod!” amuk Hari saat bertemu dengan Jodi di tahanan. Jodi hanya terkekeh karena sudah tahu akan mendapatkan respon seperti apa saat Hari kembali masuk ke tahanan bersamanya sambil menunggu waktu sidang. “Kamu tuh yang brengsek! Kamu kira, kamu bisa lepas tangan dengan mengkambinghitamkan aku, gitu? Mimpi!” “SIALAN!” umpat Hari lagi. Hari dan Jodi hampir baku hantam jika penjaga tidak lekas melerai. Apapun yang terjadi di tahanan sam
“Ngapain kamu ke sini?” ketus Jodi saat didatangi Abimanyu di tahanan.“Kamu maunya aku ke sini untuk apa?” Jodi hanya melengos, tidak menjawab dan tidak percaya siapa-siapa untuk saat ini. Bagaimana tidak, orang terdekatnya selama ini saja bisa berkhianat dan melimpahkan semua kesalahan tindak kriminal yang pernah mereka lakukan kepadanya semua. Abimanyu mengetukkan meja kayu di depannya dengan ujung jari. Membuat suasana yang sempat hening menjadi tegang. “Kamu sudah siap menanggung semua hukum pidananya sendirian?” ucal Abimanyu lagi. Jodi masih saja diam. Dalam hati dia sangat marah dengan Hari yang sudah cuci tangan dan membuatnya dalam masalah besar. Tanpa Hari, tentu saja Jodi tidak bisa mendapatkan bantuan hukum karena selama ini dia hanya menjadi kaki tangan tanpa punya kuasa apapun. “Kalau kamu sudah siap mempertanggungjawabkan semuanya sendirian, ya sudah.”Abimanyu berdiri dan bersiap untuk pergi, tetapi Jodi yang sebenarnya sejak tadi penasaran dengan tujuan kedatang
Seperti yang dikatakan oleh Abimanyu, tidak lama setelah hari itu, seorang pria paruh baya dengan tubuh yang menyusut dimakan usia akhirnya menyerahkan diri ke polisi dengan pengakuan ikut terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap orang tua Ghea. Sanjaya sebagai sopir truk yang menabrak mobil Gautama dan Gita pada saat itu, menceritakan asal mula dirinya disuruh Hari Hardana melalui asistennya, Jodi Jonathan. Sanjaya mengaku terpaksa menerima pekerjaan kriminal itu demi imbalan uang yang banyak. Dia juga menunjukkan bukti yang sengaja masih disimpannya berupa pesan singkat dan transaksi pembayarannya. Karena kasus itu ditangani oleh Davin sebagai sahabatnya Abimanyu, tentu saja laporan tersebut lekas diproses dan dilakukan panggilan penangkapan untuk Jodi Jonathan juga Hari Hardana. Hari dan Jodi ditangkap saat keduanya masih berada di Gauta Farma. Perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan itu menjadi gempar karena penangkapan si direktur utama berikut asistennya. Apalagi
“Gak, Pa. Mama gak setuju kalau Papa mau ngaku ke polisi.”“Ma, tapi ini demi kita semua. Papa juga gak akan tenang seumur hidup kalau belum mempertanggungjawabkan perbuatan Papa.”“Papa mau tanggung jawab bukan karena Papa gak tenang, tapi karena Abimanyu yang minta, kan? Anak pertama Papa sama Mbak Zahera.” “Alea sayang, dengan atau tanpa permintaan Abimanyu, Papa memang sudah seharusnya bertanggung jawab. Papa berani melakukan tindakan kriminal bahkan perbuatan dosa asal bisa memperjuangkan kehidupan untuk Qila, putri kita. Saat ini Qila sudah makin sehat dan Papa sangat bersyukur atas itu. Papa mau taubat dan memulai lagi dengan cara yang benar, Ma. Jadi contoh yang baik buat Panda dan Qila. Ini buat kebaikan kita semua.” “Papa kenapa tega sama Mama, Pa. Gimana Mama mengurus anak-anak tanpa Papa?” “Abimanyu sudah janji akan penuhi semua kebutuhan kalian selama Papa di penjara, Ma. Papa yakin Abimanyu gak akan ingkar janji. Kehidupan kalian justru akan lebih baik setelah ini. Pa