Satu pekan terasa damai sejak Ghea bekerja di Medica Center. Seperti mendapatkan berkah tersendiri, Ghea dibuat tenang dengan suaminya yang tidak lagi main tangan kepadanya. Setidaknya dalam lima hari terakhir. Selain karena Ghea mulai tahu cara mengendalikan suaminya supaya tidak sampai terpancing emosi, sepertinya Hari juga menahan diri karena tidak mau meninggalkan bekas luka yang akan membuat orang-orang yang bekerja dengan istrinya menjadi curiga. Hari juga lebih banyak tidak pulang dan entah menghabiskan malam dimana dan bersama siapa. Ghea sekalipun tidak pernah bertanya. Ghea bersikap tidak peduli dan ternyata itu lebih baik daripada dia penasaran dan pertanyaannya membuat sang suami murka. "Karena Mas Hari sering gak pulang, lukisanku jadi selesai tepat waktu," gumam Ghea sambil mengemas lukisan yang akan diantar Mak Ijah ke Galeri milik Bara. Sabtu pagi ini Ghea sudah menjanjikan Bara akan diantarkan lukisan tersebut. Karena sore nanti, si pemilik lukisan katanya akan me
"Hah?" "Ada masalah, Apoteker Ghea?" ulang Abimanyu yang justru menyeringai tipis saat melihat Ghea bertingkah semakin konyol saat disapa.Abimanyu baru saja kembali dari pertemuan dengan beberapa direktur rumah sakit lain. Dia menghadiri undangan dari Kepala Dinas Kesehatan dalam rangka Pertemuan Sosialisasi Standar Akreditasi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) Rumah Sakit. Tiba-tiba saat akan menuju ruang kerjanya, Abimanyu justru melihat Ghea melintas dengan tingkah absurdnya yang memukul kepalanya sendiri entah untuk alasan apa. Apalagi wajah gugup yang diperlihatkan saat tidak siap disapa olehnya. Bisa menjadi hiburan tersendiri bagi Abimanyu yang cukup lelah di akhir pekan ini. "Eng-, t-tidak. Tidak ada masalah apa-apa Pak Direktur," jawab Ghea dengan terbata-bata. "Apa kepalamu sakit? Kenapa dipukul berulang seperti tadi?" Ghea hanya bisa meringis sambil menggelengkan kepala karena baru menyadari kebodohannya yang tertangkap basah oleh orang lain yang sialn
Abimanyu menatap kepergian Frans bersama Ghea dalam satu kendaraan yang sama. Dia bisa menebak jika Frans pasti berniat untuk mengantar Ghea pulang ke rumahnya. Gelengan kepala cepat dilakukan untuk mencegah pemikiran-pemikiran yang tidak seharusnya. Kemudian berjalan cepat menuju kuda besinya untuk dibawa melaju menuju tempat pulang. Abimanyu membelah jalanan yang ramai dengan kecepatan sedang. Lajunya ditemani dengan lagu As It Was by Harry Styles yang mengalun lembut. Sejak diam-diam Abimanyu menyimak dan mendengar lagu itu di ruangan Ghea senin lalu, Abimanyu menjadi sering sekali memutar ulang lagu tersebut. Lagu yang bercerita tentang penerimaan atas perubahan hidup dengan tetap melangkah ke depan, meski banyak halangan dan tantangan. Abimanyu bisa merasakan rasa kesepian yang tertahan dalam lagu yang didengar. "Kayaknya aku terlalu berlebihan jika sudah memikirkan wanita itu. Bahkan hanya sebuah lagu yang tidak sengaja kudengar bisa membuatku berpikir sejauh ini. Padahal mun
Ghea duduk di depan meja rias di kamarnya untuk mengobati pergelangan tangan yang membiru hanya karena ditarik dengan kasar oleh suaminya. Selesai dioles dengan salep memar Ghea menyimpan kembali senjata andalannya untuk menyamarkan bekas luka kekerasaan dari sang suami. Hari sendiri sudah kembali meninggalkan rumah mereka setelah melampiaskan amarahnya hanya karena melihat Ghea diantar pulang oleh Frans. Padahal Ghea sudah menjelaskan jika dia tidak sengaja minta diantar pulang, tapi Hari sama sekali tidak peduli. "Padahal lukanya gak sesakit biasanya, tapi mataku gak bisa berhenti berair begini," gumam Ghea sambil sesenggukan. Luka fisik yang diterimanya hari ini memang tidak separah biasanya. Tapi luka hati dan trauma yang ditinggalkan sang suami masih terasa jelas dan semakin menumpuk di dalam dadanya. Rasanya Ghea sangat lelah dengan situasi yang terasa tidak berpihak padanya. Fisiknya lelah, batinnya lebih lelah lagi. Kepalanya terasa penuh dan dadanya sesak. Tidak ada seo
Ghea melihat pergelangan tangan kanannya yang masih meninggalkan bekas memar. Padahal kemarin sudah dioles dengan salep memar, tapi bekasnya belum sepenuhnya hilang. "Harusnya aku punya gaun pesta lengan panjang yang bisa dipakai di saat urgent seperti ini. Sayang banget aku baru kepikiran sekarang," gumam Ghea membolak-balikkan pergelangan tangannya sendiri. Dia tidak mungkin memperlihatkan bekas luka itu di saat menghadiri undangan pesta. Atau luka itu akan membuat orang-orang curiga dengan kondisi rumah tangganya. "Harusnya jam tangan ini bisa menyamarkan warnanya," lirih Ghea sambil mengganti cara pakai jam tangan yang tadinya di lengan kiri, kini dipindah ke lengan kanan. "Mudah-mudahan tidak ada yang memperhatikan," harapnya. Ghea selesai berdandan saat Hari masuk ke kamar mereka. Sudah dengan setelan yang serasi dengan gaun yang dipakai Ghea. Seperti biasa, Hari lah yang mengatur pakaian mana yang akan mereka kenakan saat ke pesta. Seperti biasanya, Ghea akan diberikan ga
Sapaan hangat dari Liam dan Zahera mengubah suasana mencekam menjadi hangat kembali. Semua menyahut dan menyambut keramahan tuan rumah dengan senang hati. Termasuk Hari yang sudah tidak meneruskan tatapan tidak sukanya dengan kehadiran Frans yang sok akrab dengan istrinya. "Selamat atas perayaan ulang tahun pernikahannya, Tuan dan Nyonya Lim." "Kehormatan bagi kami turut diundang di perayaan ulang tahun pernikahan Tuan Liam dan Nyonya Zahera," sahut Hari memperlihatkan rasa senangnya. "Kami juga senang dan merasa terhormat karena kalian semua sudah mau datang menghadiri undangan kami." Pasangan Liam dan Zahera yang datang bersama putra sulung mereka diperkenalkan dengan yang ada satu meja dengan Ghea. Mereka semua adalah kenalan Abimanyu, sehingga Abimanyu lah yang berinisiatif memperkenalkan. Liam dan Zahera tentu saja menyimak dan memperhatikan setiap penjelasan sang putra. Pada Frans, Eldi, dan Choki, mereka sudah tidak asing lagi karena ketiganya merupakan teman satu sekolah s
"Uhuk, uhuk, uhuk!" Abimanyu refleks terbatuk-batuk saat Keiza bercanda membawa serta dirinya. Meskipun setelahnya Keiza mengkonfirmasi kepada semua orang jika dia hanya bergurau, tapi sepertinya Abimanyu terlanjur tersedak meski tidak sedang memakan atau meminum apapun. "Ah, Oppa begitu aja udah salting. Gak seru, huuu," seru Keiza semakin mengejek. "Bukan salting, Jagiya! Tapi kamu yang gak tau tempat buat bercanda. Untung Pak Hari dan Bu Ghea gak marah dan salah paham sama ucapanmu. Coba kalau mereka tersinggung gimana?" gerutu Abimanyu setelah batuknya mereda. 'Jagiya?'Ghea termenung mendengar sebutan 'Jagiya' dari mulut si tuan direktur. Dia merasa dejavu seakan pernah mendengar panggilan dengan nada yang sama. 'Jadi panggilan sayang yang aku dengar setelah wawancara waktu itu, untuk adiknya ini?' monolog Ghea dalam hatinya. Ghea hampir dibuat melamun jika tidak mendengar suara permintaan maaf dari adik direktur yang ikut serta menyebut namanya. "Iya, maaf, Oppa. Maaf ju
Liam menepuk bahu putranya sebelum kemudian meninggalkan Abimanyu sendirian.'Melewati batas? Aku tidak merasa begitu,' sangkal Abimanyu dalam hatinya. Meski secara lahir tetap mengiyakan nasehat orang tua yang pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Dan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain sudah pasti bukan sesuatu yang baik. Sekalipun rumah tangga tersebut tidak berjalan dengan semestinya, tapi Liam tetap tidak ingin Abimanyu masuk sebagai orang ketiga. Tidak ingin larut dalam pemikiran yang tidak seperti yang ada dalam bayangan, Abimanyu memilih kembali berbaur dengan acara pesta yang sebentar lagi mungkin akan berakhir. Abimanyu kembali ke meja dimana teman-teman dekatnya berada. Masih ada Frans, Choki, Eldi dan yang lain seperti sebelumnya. Hari terlihat sangat senang karena belakangan ini bisa duduk bersama dengan circle orang-orang terpandang di dunia kesehatan tersebut. Satu-satunya yang bukan dari dunia kesehatan adalah Choki. Tapi karena membawa nama Keluar
“Kamu kenapa, Sayang?” Gita melihat Ghea seperti tidak nafsu makan. Makanan di atas piringnya hanya diaduk tanpa berniat dimasukkan ke mulut. “Apa ada masalah yang kamu sembunyikan dari Mama?” tanya Gita lagi, karena Ghea masih bergeming. “Sebenarnya …,” Ghea menjeda ucapannya. “Sebenarnya ada apa, Sayang?” Ghea menatap mata mamanya yang menunggu jawaban. Dengan ragu-ragu, Ghea pun bercerita tentang ajakan Abimanyu untuk bertemu dengannya, dan belum dibalas olehnya. “Sebenarnya Abi ngajak ketemu, Ma. Dan aku belum kasih jawaban dari kemarin.” “Loh, memangnya kenapa? Kamu gak mau ketemu sama dia?”“Aku … bingung, Ma. Aku gak tau gimana dengan perasaanku ini. Aku pengen ketemu dia, tapi aku takut.” “Takut? Takut kenapa?” “Aku takut kebawa perasaan, Ma.”Gita akhirnya paham. Seorang wanita, saat merasa jatuh hati pada seorang pria, tetapi tidak yakin jika perasaannya berbalas, pasti akan merasakan keresahan yang teramat sangat. Dan itulah yang sedang dirasakan Ghea saat ini. “K
Abimanyu hanya terdiam saat ditandaskan dengan pernyataan tegas Gita. Keterdiamannya menjadi asumsi mereka yang melihat, jika cinta tidak benar-benar ada untuk Ghea. “Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi semua bantuan kamu untuk saya dan putri saya, Nak. Namun, jika balasannya adalah pernikahan tanpa cinta, saya minta maaf lebih baik kami membalas budi dengan cara lain. Saya tidak bisa mempertaruhkan kebahagiaan putri saya. Menebus semua kesakitannya saat menikah dengan orang yang sebelumnya saja, saya tidak bisa. Mana mungkin saya akan membiarkannya mengulang kesalahan yang sama.”“Tante, Oppa-ku gak akan nyakitin Eonni Ghea. Aku kenal dia siapa. Dia gak akan memperlakukan Eonni Ghea dengan buruk, Tante.” Keiza yang tidak tahan melihat Abimanyu tanpa pembelaan, akhirnya bersuara lebih dulu. Liam memegang lengan putrinya untuk menghentikan perkataannya karena yang lebih berhak berbicaralah ada Abimanyu sendiri. Barulah Keiza tidak melanjutkan bujukannya. “Saya tau nak, Kei
Kabar tentang hukuman yang dijatuhkan untuk Sanjaya sudah sampai di telinga Alea yang masih di Penang bersama putrinya. Tentu saja berita itu menjadi berita buruk karena lamanya hukuman yang diterima sang suami tidak main-main. “Bagaimana mungkin aku bisa melewati sepuluh tahun tanpa kamu, Mas?” ratapnya. Walaupun Abimanyu memang sudah mengcover segala biaya hidup dan berobat Qila, tetapi dukungan secara moril dan kebersamaan dengan sang suami tentu saja akan dirindukan Alea. Apalagi mendampingi pengobatan panjang putri mereka satu-satunya. Alea terpaksa menyembunyikan kondisi yang sebenarnya pada sang suami dari Qila. Dia tidak mau proses pengobatan putrinya menjadi terganggu jika tahu papanya mendekam di penjara. Apalagi jika tahu alasan papanya sampai dipenjara adalah demi biaya pengobatannya ke Penang selama ini. “Ma.” Alea menoleh dan menghapus air matanya sebelum menghampiri putrinya yang baru terbangun. Dia tidak mau sang anak sampai tahu jika dirinya baru saja menangis. A
Sejak dari persidangan, Ghea menjadi lebih pendiam. Gita yang merupakan ibu kandungnya tentu saja sangat peka akan perubahan putri semata wayangnya. “Mama perhatikan, kamu sepertinya agak berbeda, Sayang. Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya. Gita hanya menggeleng kecil. “Jujur sama Mama. Apa ini soal putranya Zahera?” “Dari pertama Mama selalu panggil Pak Abi dengan sebutan anaknya Nyonya Zahera, kenapa gak sebut anaknya Tuan Liam? Apa karena Mama sudah tahu kalau Pak Abi Itu bukan putra kandungnya Tuan Liam?” “Mama memang sudah tahu, tapi Mama juga gak tahu siapa papa kandungnya, karena Zahera gak pernah cerita dan Mama juga gak mau tanya karena takut membuatnya teringat masa lalu.” Gita pun menceritakan tentang alasan perceraian Zahera dengan papa kandungnya Abimanyu versi yang dia ketahui. Tentang pengkhianatan Sanjaya pada Zahera selama mereka menikah, dan baru diketahui saat Abimanyu sudah sekolah SD. “Sejak resmi bercerai, setahu Mama mereka memang kehilangan komu
"Gak nyangka ya, Ma. Besok udah hari persidangan aja." Mendekati hari persidangan, Ghea cukup sibuk di Gauta Farma sampai tidak sempat memantau kasus mantan suaminya yang terjerat banyak kejahatan yang berkaitan dengan keluarganya. Dia percayakan semuanya kepada Abimanyu dan tim kuasanya. Memilih untuk mengambil bagian dalam mengembalikan nama baik Gauta Farma sesuai dengan arahan dari Abimanyu. Ghea dibantu Abimanyu membuat klarifikasi mengenai skandal yang membawa nama perusahaan farmasi rintisan Tuan Gautama, papanya Ghea. Ghea dengan dukungan keluarga Evander Lim, meyakinkan masyarakat jika skandal tersebut adalah perbuatan oknum dan bukan menjadi tanggung jawab dari perusahaan tersebut. Ghea juga menjanjikan akan berupaya keras untuk mengawasi Gauta Farma lebih baik lagi sehingga kasus seperti itu tidak pernah kembali terjadi. Dengan begitu, perlahan nama baik Gauta Farna akan kembali membaik, dan bisa beroperasional seperti biasanya, meskipun untuk beberapa bulan ke depan a
Hari Hardana kembali digelandang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terkait pelaporan atas dua kasus baru yang menimpanya. Kasus pelaporan percobaan pembunuhan Loretta juga pembuatan hingga pengedaran obat terlarang. Keduanya mendapatkan bukti dan kesaksian dari Jodi yang difasilitasi bantuan oleh Abimanyu. Jodi akhirnya memutuskan untuk berdiri di sisi Abimanyu dan Ghea. Meskipun itu tidak bisa membuatnya bebas dari jerat hukum, tetapi setidaknya dia tidak sendirian karena otak dari tindakan kriminal itu ikut diseret olehnya. “Brengsek kamu, Jod!” amuk Hari saat bertemu dengan Jodi di tahanan. Jodi hanya terkekeh karena sudah tahu akan mendapatkan respon seperti apa saat Hari kembali masuk ke tahanan bersamanya sambil menunggu waktu sidang. “Kamu tuh yang brengsek! Kamu kira, kamu bisa lepas tangan dengan mengkambinghitamkan aku, gitu? Mimpi!” “SIALAN!” umpat Hari lagi. Hari dan Jodi hampir baku hantam jika penjaga tidak lekas melerai. Apapun yang terjadi di tahanan sam
“Ngapain kamu ke sini?” ketus Jodi saat didatangi Abimanyu di tahanan.“Kamu maunya aku ke sini untuk apa?” Jodi hanya melengos, tidak menjawab dan tidak percaya siapa-siapa untuk saat ini. Bagaimana tidak, orang terdekatnya selama ini saja bisa berkhianat dan melimpahkan semua kesalahan tindak kriminal yang pernah mereka lakukan kepadanya semua. Abimanyu mengetukkan meja kayu di depannya dengan ujung jari. Membuat suasana yang sempat hening menjadi tegang. “Kamu sudah siap menanggung semua hukum pidananya sendirian?” ucal Abimanyu lagi. Jodi masih saja diam. Dalam hati dia sangat marah dengan Hari yang sudah cuci tangan dan membuatnya dalam masalah besar. Tanpa Hari, tentu saja Jodi tidak bisa mendapatkan bantuan hukum karena selama ini dia hanya menjadi kaki tangan tanpa punya kuasa apapun. “Kalau kamu sudah siap mempertanggungjawabkan semuanya sendirian, ya sudah.”Abimanyu berdiri dan bersiap untuk pergi, tetapi Jodi yang sebenarnya sejak tadi penasaran dengan tujuan kedatang
Seperti yang dikatakan oleh Abimanyu, tidak lama setelah hari itu, seorang pria paruh baya dengan tubuh yang menyusut dimakan usia akhirnya menyerahkan diri ke polisi dengan pengakuan ikut terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap orang tua Ghea. Sanjaya sebagai sopir truk yang menabrak mobil Gautama dan Gita pada saat itu, menceritakan asal mula dirinya disuruh Hari Hardana melalui asistennya, Jodi Jonathan. Sanjaya mengaku terpaksa menerima pekerjaan kriminal itu demi imbalan uang yang banyak. Dia juga menunjukkan bukti yang sengaja masih disimpannya berupa pesan singkat dan transaksi pembayarannya. Karena kasus itu ditangani oleh Davin sebagai sahabatnya Abimanyu, tentu saja laporan tersebut lekas diproses dan dilakukan panggilan penangkapan untuk Jodi Jonathan juga Hari Hardana. Hari dan Jodi ditangkap saat keduanya masih berada di Gauta Farma. Perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan itu menjadi gempar karena penangkapan si direktur utama berikut asistennya. Apalagi
“Gak, Pa. Mama gak setuju kalau Papa mau ngaku ke polisi.”“Ma, tapi ini demi kita semua. Papa juga gak akan tenang seumur hidup kalau belum mempertanggungjawabkan perbuatan Papa.”“Papa mau tanggung jawab bukan karena Papa gak tenang, tapi karena Abimanyu yang minta, kan? Anak pertama Papa sama Mbak Zahera.” “Alea sayang, dengan atau tanpa permintaan Abimanyu, Papa memang sudah seharusnya bertanggung jawab. Papa berani melakukan tindakan kriminal bahkan perbuatan dosa asal bisa memperjuangkan kehidupan untuk Qila, putri kita. Saat ini Qila sudah makin sehat dan Papa sangat bersyukur atas itu. Papa mau taubat dan memulai lagi dengan cara yang benar, Ma. Jadi contoh yang baik buat Panda dan Qila. Ini buat kebaikan kita semua.” “Papa kenapa tega sama Mama, Pa. Gimana Mama mengurus anak-anak tanpa Papa?” “Abimanyu sudah janji akan penuhi semua kebutuhan kalian selama Papa di penjara, Ma. Papa yakin Abimanyu gak akan ingkar janji. Kehidupan kalian justru akan lebih baik setelah ini. Pa