"Chelsea, masuk ke kamar mu!" titah Edo yang sudah tidak berminat lagi untuk berangkat ke kantor. "Iya Mas." jawab Chelsea patuh, ia sama sekali tidak mengatakan apapun lagi saat itu. Perlahan tapi pasti, Chelsea sudah sampai di depan pintu kamar. Dengan cepat Edo membawa Chelsea masuk hingga membuat Chelsea setengah terkejut karena tubuhnya hampir saja terhempas di atas ranjang. "Mas, kenapa kamu melakukan ini padaku, apa salahku?" tanya Chelsea yang merasa bingung dengan sikap Edo padanya. "Apa salah mu? Kau masih bertanya apa salah mu, Chelsea. Salah mu adalah, kenapa kau bisa hamil!" marah Edo yang menghempaskan jasnya ke atas ranjang. "Mas, apa maksud kamu, pertanyaan apa itu Mas, apa kamu pikir kehamilan ku ini adalah kabar buruk yang membuat kamu semarah ini," ucap Chelsea tidak mengerti. "Ya, aku marah karena aku tahu kau hamil Chelsea. Aku hanya menyentuh mu satu kali dalam pernikahan kita, terus kenapa kau bisa hamil!" bentak Edo tidak percaya, saat itu Edo menatap nan
Menyadari bahwa suaminya itu sedang duduk santai di sofa, Chelsea pun memutuskan untuk segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur, Chelsea masih tidur di bawah ranjang Edo. Setelah kejadian malam itu ia sudah tidak tidur satu ranjang dengan Edo, dan hal itu mencuri perhatian dari Edo yang masih duduk di tempatnya. Chelsea sama sekali tidak menyapa Edo saat itu, ia memilih untuk menyelimuti tubuhnya lalu memejamkan kedua matanya, tak lama kemudian Chelsea pun larut dalam mimpi indah nya yang saat itu ia susun di tangah malam yang hening. Edo bangkit dari tempat duduknya, lalu saat itu ia memutuskan hendak pergi dari rumah karena merasa sangat jenuh. Ia ingin mencari hiburan setelah menyetujui sebuah janji dengan teman-temannya di ponsel. Ceklek! Edo terhenti ketika ia menutup pintu kamar, rupanya tuan Bram baru saja melewati kamar Edo dan membuat tuan Bram curiga lantaran pakaian Edo yang begitu rapi, wangi, dan juga terlihat berwibawa. "Mau ke mana kamu, Edo?" tanya tuan Bram mena
"Kau sendiri kan yang telah mengizinkan aku pergi, jadi jangan protes kalau aku baru pulang," ucap Edo yang membalas tatapan Chelsea. "Mas, kamu bau minuman. Astaga, apa di luar sana kamu sedang asik minum-minuman seperti ini?" tanya Chelsea saat menghirup aroma yang tidak enak dari Edo, saat ia berbicara tadi. "Ya, aku memang minum, aku cukup stress memikirkan semua masalah yang ada, dan aku hanya ingin menghilangkan rasa itu ketika aku berada di luar rumah," ucap Edo menatap ke arah lain. "Mas, apa yang membuat mu stress? Apa kau begitu tidak menginginkan kehamilan ku ini, sampai kau merasa begitu banyak beban?" Chelsea mendesak dengan banyaknya pertanyaan yang ia ajukan. "Chelsea, berhentilah bicara atau aku akan marah padamu," seru Edo yang tidak ingin melayani omelan dari Chelsea. "Kenapa Mas, kenapa kamu selalu berpaling saat aku ingin berbicara padamu. Mas, aku adalah istrimu, aku istri dan calon ibu dari anakmu, kenapa kau tidak pernah mau memandang ku saat aku ingin bica
"Ya sudah kalau begitu, biar aku yang mengurus mas Edo," seru Chelsea yang mendapatkan omelan dari ya Andin. "Tidak perlu, aku sudah memanggil dokter pribadi untuk memeriksa putraku, kau tidak perlu repot-repot mengurus Edo," celetuk nyonya Andin yang saat itu membalas tatapan Chelsea. "Bu, sudah lah, jangan bersikap seperti itu dengan Chelsea, Chelsea ingin merawat suaminya itu bagus, jangan di larang," ucap tuan Bram yang memihak pada Chelsea. "Terus saja, terus saja kau berpihak pada wanita itu. Tapi keputusan ku sudah bulat, kau tidak bisa mengubah keputusan ku, lebih baik kau bawa saja menantu mu ini keluar, karena saat aku dekat dengannya, yang ada hanya aura emosi yang terus menghantui diriku!" usir nyonya Andin pada Chelsea. Tak ada pilihan lain untuk pergi saat itu, karena jika Chelsea masih tetap di sana hatinya akan semakin terasa sakit. Untuk itu, ia memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu sebelum nyonya Andin bertambah murka. Tuan Bram menyusul kepergian Chelse
Chelsea tiba di apotek, ia meminta petugas untuk memberikan dirinya jenis obat yang ada dalam daftar kertasnya, setelah itu Chelsea pun kembali pulang dengan membawa apa yang diinginkan oleh nyonya Andin, saat itu nyonya Andin dan ketiga putrinya nampak sibuk mengurus Edo yang saat itu sedang lemas. Sementara Chelsea sendiri diminta untuk keluar dari kamar itu karena tidak ingin jika kehadirannya mengganggu Edo, Chelsea tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan nyonya Andin, ia pergi meninggalkan Edo yang sedang diurus oleh ibunya. Chelsea terduduk di sofa ruang tamu, ada rasa kasihan yang muncul di benaknya kala melihat Edo yang tidak berdaya saat itu. Perlahan Chelsea mengelus lembut perutnya dan berusaha untuk berbicara pada janin yang saat itu ia kandung, saat itu tuan Bram mendatangi Chelsea dan mendengar pembicaraan singkat nya dengan bayi yang ada dalam perutnya saat itu, lalu Chelsea menatap wajah tuan Bram dengan rasa malu, karena takut jika ayah mertuanya itu menden
Tujuh bulan telah terlewati, saat itu badan Edo sangat berubah. Sudah tidak ideal lagi dan banyak lemak yang menumpuk di perut Edo. Saat itu Edo merasa sangat bingung karena saat ia mencoba memakai pakaian kantor, tidak ada satu pun yang muat dengannya. "Chelsea!!"Suara Edo memekik, memanggil Chelsea yang saat itu sedang tidak ada di kamar. Namun Chelsea mendengar suaminya itu sedang memanggil dirinya, dengan perut yang sudah terlihat besar perlahan Chelsea menaiki anak tangga untuk sampai di kamarnya. "Ya Mas, ada apa?" tanya Chelsea yang sudah sampai di kamar dan menghadap Edo. "Chelsea, aku jenuh berada di rumah, aku ingin ke kantor hari ini, tapi kenapa semua bajuku tidak muat di tubuhku? Kenapa aku sama sekali tidak bisa memakai baju kantor ku," protes Edo yang saat itu sudah mengeluarkan semua pakaiannya di dalam lemari. "Mas, apa selama kamu di rumah, kamu tidak pernah memeriksa berat badan mu? Mas, coba timbang dulu berat badan mu, agak kamu tahu jawabannya," suruh Chelsea
"Chelsea, kau sedang hamil?" tanya bu Yuli yang menyentuh perut putrinya. "Iya Ibu, aku sedang hamil, ini adalah cucu pertama Ibu, sudah tujuh bulan," ucap Chelsea menjelaskan. "Oh ya ampun, bahagianya Ibu mendengar kabar ini, setelah sekian lama kau menikah dengan Edo, dan sekarang kau akhirnya hamil juga." raut wajah bu Yuli terlihat sangat bahagia kala mendengar kabar gembira itu. Chelsea ikut tersenyum, dia datang bukan untuk berbagi penderitaan pada ibunya, justru ia datang untuk berbagi kebahagiaan, karena ibunya tidak layak untuk mendengar bagaimana cerita dirinya selama menjadi keluarga Bram Wijaya. Chelsea tidak ingin jika ibunya tahu bahwa ia sangat menderita di sana. Bu Yuli bergegas mengajak Chelsea masuk ke rumah kecil yang dipenuhi dengan banyak kenangan itu, Chelsea duduk di kursi kayu dengan tenang dan tak lama kemudian bu Yuli datang membawakan segelas minum untuk putrinya. "Kau pasti haus Chelsea, sekarang minum lah," ucap bu Yuli menyodorkan gelas itu pada putr
"Kau tidak perlu membesarkan masalah Ayah, jika kau menyayangi menantu mu itu, kau cukup menghubungi dia saja, kau punya kan nomor telpon nya!" sergah nyonya Andin yang tidak bisa lagi menahan kemarahan. "Ayah bisa saja melakukan itu Bu, tapi Ayah ingin putramu itu memiliki tanggung jawab sebagai suami, dia lah yang berhak atas keselamatan Chelsea, kenapa kau tidak bisa membuka jalan pikiran mu, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Chelsea yang sedang hamil itu," cemas tuan Bram membalas tatapan istrinya. "Ayah, Ibu, cukup. Baik lah aku sendiri yang akan mencari tahu di mana Chelsea sekarang, jadi kalian tidak perlu bertengkar seperti ini, hanya karena Chelsea." jelas Edo yang langsung mencari nomor telpon Chelsea saat itu juga. Tuan Bram akhirnya bisa duduk dengan tenang, dengan memangku tangan ia menatap Edo yang sedang menunggu Chelsea mengangkat telpon darinya. Sementara Chelsea sendiri yang saat itu menyadari bahwa telpon nya berdering dan itu dari suaminya, Chelsea nampak tidak
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita