“Kamu bercanda, Mar. Berulang kali kamu mengatakan kepadaku, jika kamu membencinya, kamu jijik jika harus berdekatan dengannya. Kamu selalu mengatakan jika kamu tidak akan pernah mencintainya,” selak Adelya, membalas sengit segala ucapanku. Aku enggan menjawab ucapanya, karena nyatanya, memang benar yang Adelya katanya. Dulu seringkali aku mengatakan hal yang Adelya barusan katakan, jika aku sangat membenci Safeea, dan tidak pernah menginginkannya ada dalam hidupku. Dan kini semua menjadi nyata, Safeea akan menikah dengan orang lain dan tidak berada dihidupku lagi.======================== “Mar, katakan padaku, apa yang bisa membuatmu berubah fikiran untuk tidak menceraikanku? Demi Tuhan, aku butuh usaha yang keras, agar bisa kabur dari rumah dan datang ke sini. Maaf jika aku membuat janin dalam kandungan Safeea meninggal, kita sama sekali tidak ada yang tau, jika dia hamil, aku minta maaf, Mar,”“Sekalipun diantara kita, tidak ada yang mengetahui mengenai kehamilannya, bukan berart
Adelya tertidur, nafasnya yang tadi memburu perlahan – lahan mulai teratur. Aku menatap iba wajah cantiknya, yang kini terlihat sembab, dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang terlihat cekung.‘Aku memang membencimu karena perbuatanmu kepadaku, Del, namun melihatmu seperti ini, aku sungguh tidak tega. Andai ada hal yang bisa kulakukan untuk membuatmu menjadi lebih baik,’ kataku membatin, menyelesaikan memasang infus di lengan kanan Adelya.================== Aku masih berada di samping Adelya, yang kini sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Aku tidak ingin mengambil resiko, Adelya kembali mengamuk ketika sadar nanti, dan membuat keributan kembali di IGD, jadi kuputuskan untuk membawanya masuk ke ruang rawat inap. Agar dirinya bisa istirahat lebih nyaman tanpa gangguan.Kupandangi wajahnya yang begitu tenang, berbeda sekali dengan kondisinya tadi, saat dirinya mengamuk dan mengacaukan seisi ruang IGD. Ku yakin, besok akan ada berita besar mengenai kejadian tadi. Tadi aku sempat
Cukup lama waktu yang Dito butuhkan untuk menenangkan Adelya, hingga akhirnya dirinya berhasil membuat wanita berambut panjang itu tenang dan tertidur.Dito keluar, mencari keberadaan Safeea, yang ternyata menunggu di depan kamar, bersama kedua orang tua Adelya.“Dokter Saf, bisa kita bicara sebentar?” “Baik, Dok,” sahut Safeea, seraya mengikuti langkah Dito, menuju ke ruangannya.================ Dito mempersilahkan Safeea masuk ke dalam ruangannya, dirinya mencoba menebak, ada hubungan apa, antara dokter wanita yang banyak digilai pria ini, dengan wanita yang mengalami gangguan pada psikisnya tadi. “Dokter Safeea, bisa bantu saya mengurai benang kusut ini?” ucapnya pelan, tanpa basa basi. Safeea menarik nafasnya panjang, kemudian mengeluarkannya perlahan. Dirinya mengerti arah pembicaraan yang ditanyakan rekan seprofesinya tersebut. Dengan runut Safeea menjelaskan hubungannya dengan Adelya, sejak awal pertemuan mereka, hingga akhirnya dia menemukan Adelya, tidak berdaya di IGD t
“Berjanjilah, Zah! Jangan pernah kamu dekati sumber masalah, yang akan membawamu masuk menjadi korbannya, aku tidak akan sanggup melihatmu hancur seperti kemarin, Sayang,”“Ya, aku janji, aku janji akan menuruti perintah kamu, aku enggak akan ikut campur masalah mereka lagi, aku janji,” ucap Safeea, seraya masuk ke dalam pelukan Adriyan, tempat yang menurutnya begitu nyaman.Adriyan balas memeluk Safeea, mengusap – usap rambutnya lembut, membisikan kata – kata cinta yang membuat Safeea tersenyum bahagia.================================ POV SafeeaAku tertidur beberapa saat setelah obrolan seriusku dengan Mas Essa, ah lebih tepatnya setelah momen dirinya menasehatiku, menegurku karena tindakanku yang belagak ingin menolong Adelya. Ku rasa mas Essa tidak main – main kini dengan ucapannya, sikapnya yang mendadak dingin kepadaku tadi, sungguh membuat nyaliku ciut.Mungkin itulah mengapa ada ungkapan, jika jangan memancing kemarahan seseorang yang sabar. Ya, karena inilah akibatnya, mas
“Saat ini dirinya masih di rawat di rumah sakit Jalinan Keluarga,”“Rumah Sakit Jalinan Keluarga? Berarti di rumah sakit tempat Safeea dinas?” tanyaku begitu saja.“Ya, dan kebetulan dokter yang kemarin membantu Adelya adalah Safeea, Mar. Bahkan dirinya juga yang merekomendasikan dokter spesialis kejiwaan untuk Adelya,”Safeea? Membantu Adelya? Benarkah? Apa aku perlu menghubungi Safeea untuk menanyakan keadaan Adelya yang sebenarnya?==================== Sepeninggal papa mertuaku, kuputuskan untuk menghubungi Tiara, memaksanya untuk memberikan nomer ponsel Safeea. Namun seperti yang sudah – sudah, Tiara masih saja menolak permintaanku, bahkan dirinya mengingatkan agar aku tidak lagi mengganggu Safeea, karena besok dirinya sudah resmi akan menikah dengan Adriyan.Aku tidak dapat menyembunyikan rasa kesalku, wanita yang pernah ku sia – siakan, nyatanya besok akan menjadi milik pria lain, menggantikanku yang kalah sebagai seorang pecundang.Kemudian kuhubungi Ibuku, bertanya apakah d
Gedoran dan panggilan kembali terdengar, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Karena terganggu, bergegas aku turun dari ranjang dan berjalan cepat menuju pintu, membuka kuncinya dan membuka pintunya lebar.Kulihat wajah panik Tiara dan Mas Dhanis bersamaan, ada apa ini? Mengapa mereka terlihat seperti itu?============================== “Ada apa? kenapa teriak – teriak?” tanyaku tidak sabaran.“Ini sudah jam berapa? Kamu kesiangan bangun tau, enggak? Kami kira kamu kenapa – kenapa di kamar, dibangunin dari tadi enggak ada sahutan. Bisa di bunuh Essa kita berdua, kalau sampai telat, mengantarmu sampai ke tempat pernikahan,” sahut Dhanis menjelaskan. Jadi? Astaga!!“Astaga . . . kirain ada apa, bikin panik saja! Memangnya sekarang jam berapa?” “Astaga – astaga, lu yang astaga! Ini sudah jam delapan, Sapiiii! Lu akad nikah jam sepuluh dan lu baru bangun sekarang? Lu belum mandi, belum makeup, belum ganti baju akad juga. Dan lu tau sendiri, kan, gimana macetnya ibu kota kalau sudah
Safeea berdiri tepat di hadapan Adriyan, menyambut uluran tangan Adriyan, yang membantunya untuk duduk di kursi akad nikah. Pandangan mereka bertemu, saling lempar senyuman, yang membuat siapapun iri melihatnya.“Hai, Sayang, I love you,” ucap Adriyan begitu pelan, yang hanya mampu tertangkap oleh telinga Safeea, yang duduk tepat di sampingnya.“I love you to,” balas Safeea tidak kalah pelan.======================== “Bagaimana, apa sudah bisa dimulai?” tanya seorang pria paruh baya, yang bertugas sebagai penghulu sekaligus wali hakim bagi Safeea.“Saya siap, Pak, kamu gimana, Zah? Sudah siap, kan?” tanya Adriyan, senyum manis tidak pernah lepas dari wajahnya.“Siap,” sahut Safeea cepat, membalas senyuman Adriyan.MC mulai membuka acara akad nikah antara Safeea dan Adriyan, semua tamu undangan diam, mendengarkan serangkaian susunan acara yang dibacakan pemandu acara. Acara diawali dengan pembukaan oleh MC, kemudian dilanjutkan dengan dilantunkannya ayaat suci Al – Qur’an, oleh seora
"Damar, sedang apa kamu di sini? Kamar Adelya di VIP 5 lantai dua, bukankah saya sudah memberitahumu kemarin? atau mau bareng saya saja? kebetulan saya mau jenguk Adelya juga," tuturnya, lebih kepada paksaan, karena dirinya langsung memegang kendali kursi rodaku, dan mendorongnya, meninggalkan lobby rumah sakit. Bagaimana ini?===================== Terpaksa aku menuruti kemauan Papa mertuaku, aku tidak ingin mencari masalah, dengan mendebatnya di ruang publik seperti ini. Tidak lupa kirim chat kepada Bagus, memintanya menyusulku ke kamar rawat Adelya, aku tidak ingin berlama – lama di sana, aku harus bisa menghindar untuk terus bersama Adelya.Perjalanan menuju kamar Adelya terasa begitu lama, meski terlihat canggung, namun sepanjang jalan Papa mengajaku ngobrol. Terlihat sekali usahanya, untuk mendekatkan diri kepadaku. Jika dulu aku berharap Papa bisa mengajak ku ngobrol seperti ini. Kini aku hanya menjawab sekedarnya saja, aku sudah tidak tertarik lagi, dengan obrolan basa basi se
Damar Pramudya BayanakaDisinilah aku sekarang, duduk membungkuk di dalam tahanan yang busuk, menatap pilu pada jeruji besi yang menahanku untuk menghirup udara kebebasan di luar sana. Sudah enam bulan lamanya aku mendekam di sini, tepatnya setelah aksiku yang berusaha untuk membalaskan dendam kepada Safeea dan Adriyan.Aku tidak menyangka jika akhirnya akulah yang terbakar dan hancur dalam kisah ini, kisah yang awalnya aku menjadi superior karena harta yang kumiliki, nyatanya akhir menyayat yang kualami.Selain harus mendekam selama lima tahun di penjara, aku juga kehilangan perusahaanku yang akhirnya di lelang. Aku masih tidak menyangka, perusahaan yang almarhum ayahku rintis dari nol, kini benar-benar kembali menjadi nol karena ulah dan kebodohanku yang mendarah daging.Andai dapat kuulang waktu, aku tidak akan melakukan segala kesalahan yang kulakukan dulu. Setidaknya, aku tidak akan menyakiti Safeea hingga segitu parahnya, sehingga membuat wanita yang selalu hadir dalam mimpiku t
“Safeea!! Buka!!” teriaknya lagi, kali ini menggunakan kakinya untuk mendobrak pintu kamar.Safeea yang mendengar suara gebrakan dari luar membuatnya berjingkat ketakutan. Mulutnya tidak henti berdoa dan menangis, berharap bantuan segera datang untuk membantunya terlepas dari manusia yang paling tidak ingin dirinya temui di muka bumi ini.“Safeea!! Buka! Jangan buat aku murka! Kamu harus tanggung jawab sekarang juga!!”“Tanggung jawab apa yang anda maksud, Bapak Damar?”=========== Berbekal ijin yang dia dapatkan dari Adriyan untuk membawa Safeea ke Mall, Tiara datang bermaksud untuk menjemput Safeea bersama Gianira dan ketiga anaknya. Namun, saat turun dari mobil dan mendapati pintu rumah Safeea terbuka, membuat Tiara curiga jika ada hal buruk yang terjadi.Dirinya berjalan cepat ke dalam rumah bersama Gianira, setelah sebelumnya meminta ketiga anak-anak Riza tersebut menunggu di dalam mobil. Tiara khawatir terjadi sesuatu di dalam rumah, sehingga dirinya berinisiatif menyuruh anak-
Pagii semuaa 😍🤗Maaf Euy baru bisa up lagi, qodarullah keadaan kurang fit ditambah file bab baru yang siap up malah hilang karena enggak sengaja ketiban file baru jadi harus ngumpulin niat dulu untuk ketik ulang kemarin kemarin tuh 🤭Oia, ini satu bab menjelang bab terakhir yang Insya Allah ku posting besok atau lusa ya ..Selamat membaca ✌️✌️========= Benar kata pepatah yang mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukan kurir yang datang melainkan tamu tidak diundang, pria yang ingin paling tidak ingin kutemui di dunia ini justru datang menemuiku di rumah.“Hai, Saf. Apa kabar?”============ Tanpa menjawab aku langsung berusaha untuk menutup pintu rumah, tetapi tenaga Mas Damar lebih kuat, sehingga dengan mudah menerobos masuk hanya dengan sedikit dorongan yang dia lakukan.Aku yang sadar saat ini hanya seorang diri di rumah tidak dapat berbuat apapun, asisten rumah tangga yang mas Essa pekerjakan baru saja pulang hampir setengah jam yang lalu. Lingkungan
Hai, ada sedikit bocoran. Ini sudah mendekati akhir lho 🤗=====Jangan tanya aku mendapatkan info darimana, karena tentu dengan mudah aku mengakses informasi tersebut dari sepupuku yang seorang bisnisman ulung namun kurang beruntung di dunia percintaannya.“Mas,”“Ya, ada apa, Sayang?” tanyaku, saat mendapati Zahra keluar dari toilet kamar kami.“I have surprise for you,” bisiknya, sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna biru. Kurasa isinya jam tangan? ========= “Apa nih, Sayang?” tanyaku heran, seingatku aku tidak sedang berulang tahun maupun ada hari spesial hari ini, lalu mengapa tiba-tiba Zahra memberikan surprise? Ditambah lagi dirinya memegang kamera dan menyalakan fitur merekam saat memberikan kotak beludru tersebut.“Buka aja!”“Aku sedang tidak melewatkan hari spesial kita, kan?” selidikku, karena heran melihat Zahra terus tersenyum ke arahku. Sebelah tangannya masih sibuk memegang ponsel yang diarahkan ke arahku.“Enggak, Sayang. Ini surprise spesial dari aku buat
Aku kembali menghubungi Jerryan, memintanya untuk mendesak Safeea menghentikan kegiatan bodohnya tersebut. Namun, aku justru mendapat berita yang lebih mencengangkan. Jerryan mengatakan tidak dapat mengubungi Tiara karena panggilannya selalu dialihkan. Selain itu, Jerryan memberitau jika ada seseorang dengan akun Instegrem Adl.ya membuat pengakuan jika dia adalah saksi dari seluruh kebenaran yang Safeea katakan. Dan aku sangat hafal, siapa orang di balik akun Adl.ya tersebut. ============= Kurasakan seluruh persendianku melemas karena kabar yang Jerryan sampaikan. Bagaimana bisa Adelya bersekongkol dengan Safeea untuk menyerangku malam ini? Bukankah selama ini Adelya begitu membenci Safeea? Bahkan menurut Bagus, dirinya mendapat informasi jika Adelya sempat menyerang Safeea ketika di rumah sakit kemarin, karena menganggap Safeea sebagai penyebab aku menjatuhkan talak kepadanya.Dengan mata membulat aku menyaksikan lagi live dari layar ponselku yang lain, melihat bagaimana kali ini
“Selama pernikahan juga mas Damar tidak pernah sekalipun memberikan nafkah bathin kepada saya, kecuali di malam terakhir sebelum akhirnya saya putuskan untuk menyerah. Dia meminta saya melayaninya tapi ...,” kalimatku terputus, rasanya aku tidak sanggup untuk mengungkit kembali kisah pahit pada malam itu. Tangisku mulai pecah, Mas Essa sibuk menenangkanku, merangkulku dengan hangat.=============== Mbak Gia memberikan ku segelas air putih yang langsung kuteguk hingga habis setengahnya. Tubuhku masih bergetar tiap kali mengingat peristiwa jahanam yang mas Damar perbuat kepadaku. Perbuatan tidak tau malu yang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Memperlakukanku laiknya binatang jalang yang sesuka hatinya dia perlakukan sekasar dan sehina yang dia inginkan.[Lanjutin dong ceritanya! Penasaran, nih][Gila, jadi hampir sepekan ini kita di bohongin sama si Damar?][Dasar cowok playing victim, manipulatif!][Spill selingkuhannya dong, Kak!][Keluarganya enggak tau kalau kelakuan anaknya kay
Aku masih terus menggulir akun sosmedku, mencari informasi mengenai ke-viral-an aksi Damar sore tadi. Hingga tidak sengaja mataku menangkap sebuah postingan yang memberitakan jika Zahra meminta cerai dari Damar dan lebih memilih menikah denganku di saat Damar dalam keadaan lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Fu*k, apa-apaan ini? Berita-berita ini benar-benar sudah kelewatan.=========== POV SafeeaAku tidak menyangka jika kecelakaan dua hari yang lalu berbuah buntut panjang, akan kewarasan mentalku yang seakan diuji oleh maraknya berita-berita hoax yang bertebaran di jaga dunia maya. Berita mengenai pernikahan dan perceraianku dengan mas Damar tersebar begitu massive, padahal selama ini aku tidak pernah memposting apapun mengenai pernikahan dan kehidupanku bersama mas Damar, setahuku begitupun sebaliknya.Lalu mengapa kini banyak tersebar berita tentang kami berdua? Bahkan aku dianggap mencampakan mas Damar karena bercerai dengannya di saat dia sedang sakit kala itu dan menikah
Sekuat tenaga aku menggerakan kaki ku agar mau terangkat, namun nihil susah sekali rasanya, hingga saat jaraknya semakin dekat, aku seakan mendapat dorongan kuat untuk kembali mencoba menggerakan kaki ku dan berlari menghampiri Safeea. Mendorongnya hingga kami jatuh berpelukan.Brakkk!!Suara reklame berdebam saat jatuh menimpa lantai beton rumah sakit. Kudengar Safeea berteriak karena kaget mendengar suara reklame jatuh, kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.============= Riuh ramai suara orang berdatangan mencoba memastikan keadaanku dan Safeea. Kuabaikan pertanyaan dari pihak keamanan rumah sakit yang mencoba mencari info keadaan kami.Namun, dadaku masih berdegup begitu kencang, karena selain baru saja mengalami peristiwa berbahaya, tapi juga karena Safeea saat ini masih dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar, mungkin dirinya merasakan takut dan kaget bersamaan karena reklame jatuh barusan.Aku coba menenangkannya, mengatakan jika semua baik-baik saja. Kem
Benar yang Jerryan katakan, mengapa Adelya bisa berubah secepatnya ini? Apakah tidak ada sedikitpun tersisa rasa cintanya untukku? Hampir dua belas tahun kami menjalin hubungan dan hilang hanya dalam waktu tiga pekan?“Bagus bukan? Aku jadi bisa fokus untuk berusaha merebut kembali Safeea ke dalam pelukanku jika sudah resmi bercerai dari Adelya,” ucapku akhirnya, yang membuat Jerryan hanya bisa menepuk kepalanya. Memang apa yang salah dengan yang kukatakan barusan? Aneh!============== POV SafeeaDua bulan sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dan tentu saja aku merasa benar-benar menikmatinya. Walaupun sebenarnya aku sudah pernah mengalaminya selama dua tahun lebih sebelumnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda.Jika dulu pergi dinas ke Rumah sakit merupakan tempat pelarianku untuk menenangkan diri dari perlakuan buruk mas Damar di rumah, kini setelah menikah dengan mas Essa, pulang ke rumah adalah sesuatu yang kunanti-nantikan. Karena di sana aku benar-benar m