Share

66. Kamar Rawat

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Risha tentunya kaget mendengar Lily menanyakan keberadaan Tama.

Mungkinkah ini yang orang bilang darah lebih kental dari air?

Lily bahkan baru mengenal Adhitama dalam hitungan jam, tapi seperti sudah sangat dekat.

Risha mengusap kening Lily, dia lantas menjelaskan keberadaan Adhitama.

“Lily harus dirawat di sini jadi …. “ Risha menjeda lisannya sejenak.

Risha ragu.

“Lily harus dirawat Jadi Om Tama membantu mengurus pendaftarannya,” kata Risha.

“Oh … begitu, aku kira Om Tama sudah pulang,” balas Lily.

“Bunda, apa Bunda mau denger cerita? Aku tadi mimpi lho,”imbuh Lily seraya menampilkan wajah antusias.

Namun, jantung Risha malah berdetak tak karuan mendengar omongan Lily.

Mimpi apa Lily saat sedang sakit begini?

Risha berharap bukan mimpi bertemu dengan kakek nenek atau buyutnya yang sudah tiada.

“Lily mimpi apa?” tanya Risha dengan sedikit takut.

“Aku mimpi Paman Haris datang,” ucap Lily.

Risha teresenyum lega mendengar apa yang Lily mimpikan ternyata tida
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
nah apa jawaban Lily ya
goodnovel comment avatar
tyaswahyoe
harusnya apa2 itu emang dibicarakan Tama...jangan biarkan Risha punya asumsi sendiri tentang km...nyesel kan kalo sudah terjadi seperti ini
goodnovel comment avatar
5t4r
lili buat papa n bunda bersatu ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   67. Mengambil Peran

    Lily mengedipkan matanya seperti bingung menjawab pertanyaan Adhitama. Bulu mata lentik anak itu semakin membuat elok parasnya, hingga Adhitama tersenyum.Lily mengingatkan Adhitama bagaimana imutnya Risha saat kecil. Lily memandang ke arah Risha seolah memastikan sang bunda tidak sedang memerhatikan dia dan Adhitama.Risha yang sadar langsung membuang muka dan berpura-pura sibuk dengan ponsel di tangan.Lily kembali menatap Adhitama dan berkata pelan," Aku bingung, Bunda bilang Papa ada di tempat jauh, aku ga bisa ketemu Papa. Mungkin Bunda ga punya uang buat beli tiket pesawatnya."Risha masih bisa mendengar jelas ucapan Lily meskipun anak itu berbicara lirih. Dia memilih keluar dari kamar perawatan dan tak sadar Adhitama menoleh padanya.Adhitama hanya menatap punggung Risha sampai hilang di balik pintu.Apa yang ada dipikiran wanita itu?Adhitama memilih kembali fokus ke Lily, omongan anak itu membuat Adhitama sangat penasaran tentang bagaimana selama ini Risha menjalani hidup da

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   68. Bertemu Sahabat Lama

    Risha masih memandang pesan itu dengan ekspresi bingung, hingga tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor yang mengiriminya pesan.Risha bimbang dan takut untuk menjawab nomor tak dikenal itu, hingga akhirnya memilih mematikan panggilan.Risha masih memandangi nomor yang menghubunginya, hingga beberapa saat kemudian nomor itu kembali mengirim pesan.[Risha, ini aku Niki.]Risha sangat terkejut karena ternyata itu nomor Niki. Dia akhirnya segera menghubungi balik nomor itu.“Syukurlah kamu menghubungiku. Aku pikir kamu tidak percaya kalau ini aku,” ucap Niki dari seberang panggilan.Risha tersenyum canggung meski Niki tidak akan mungkin melihatnya kemudian membalas, “Maaf, aku hanya terkejut karena ada nomor tak dikenal menghubungiku.”“Iya, aku paham. Kamu ke mana saja selama ini? Sekarang kamu di mana?” tanya Niki dari seberang panggilan.“Aku ada di rumah sakit,” jawab Risha.“Rumah sakit mana? Aku akan segera ke sana.”Risha memberitahukan rumah sakit tempat Lily dirawat. Setelah it

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   69. KDRT

    Sementara itu setelah pergi dari rumah sakit, Adhitama menuju rumah Risha untuk mengambil mobilnya lalu dia kembali ke hotel tempatnya menginap selama di Jogja. Saat baru saja masuk lobi, Adhitama terkejut melihat Sevia yang sedang duduk di sofa depan meja resepsionis. Adhitama memilih membiarkan saja Sevia. Dia berpura-pura tak melihat, lantas berjalan cepat menuju lift untuk menghindari wanita itu. Namun, siapa sangka Sevia melihat lalu memanggil. “Mas Adhitama!” Adhitama mendengkus kasar, mau tak mau akhirnya menoleh. Dia melihat Sevia yang berjalan semringah menghampiri dirinya. “Kenapa kamu di sini? Kamu tahu kalau kita tidak boleh terlihat terlalu dekat karena bisa saja ada gosip yang tidak enak,” ucap Adhitama takut ada paparazi yang memergoki Sevia di sana bersamanya. “Bukankah sudah banyak gosip yang beredar tentang kita, kenapa Mas Adhitama takut?” Sevia membalas dengan enteng. Adhitama malas menanggapi Sevia. Dia akhirnya memilih meninggalkan Sevia begitu saja

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   70. Kebenaran

    Mendengar tawaran Adhitama sontak saja Lily membuka mulutnya lebar. Risha yang khawatir hanya bisa memandang apa yang Adhitama lakukan. Risha berpikir mungkinkah Adhitama akan memberitahu Lily sekarang?Risha belum siap dengan reaksi Lily saat tahu Adhitama adalah papanya. Risha takut akan muncul pertanyaan-pertanyan kritis dari bibir putrinya yang cerdas itu.Untuk saat ini Risha menyadari tidak bisa melakukan apa-apa. Dia mencoba mengambil sisi positif atas tindakan Adhitama.Lily menghabiskan makanannya, tapi baru saja Adhitama menyerahkan piring kosong ke Risha, Lily sudah bicara."Makanku sudah habis, sekarang Om harus nepatin janji." Lily menagih ucapan Adhitama."Mana Papa aku Om?" imbuh anak itu lagi.Jantung Risha berdebar-debar menunggu reaksi Adhitama. Dia terus memandang pria itu yang tampak merogoh saku celana.Adhitama mengeluarkan ponsel. Risha masih diam mengamati, penasaran apa yang akan dilakukan oleh Adhitama.Adhitama menunjukkan foto ke Lily sambil berkata," in

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   71. Hampir Membuka Masa Lalu

    Adhitama menoleh menatap datar ke Sevia, lalu tanpa bicara meninggalkan wanita itu begitu saja.Sevia hanya diam melihat Adhitama pergi. Dia masih di sana diam cukup lama, tanpa terlihat berniat ingin pergi.Di kamar inap Lily. Niki masih di sana menemani Risha, hingga cukup lama keduanya saling bercerita dan tiba-tiba Risha meminta Niki untuk menjaga Lily.“Aku mau mengambil pakaian ganti dulu, kasihan juga pembantuku tadi aku tinggal begitu saja. Setelah selesai aku pasti akan langsung ke sini lagi. Jadi tolong jaga Lily dulu sebentar, ya,” pinta Risha ke Niki.“Oke, kamu tenang saja,” balas Niki. Tentu saja dia dengan sukarela membantu Risha.Risha tersenyum mendengar balasan Niki. Dia lantas keluar dari kamar inap Lily untuk pulang mengambil beberapa pakaian dan barang penting, hingga saat baru saja menginjakkan kaki di luar, Risha melihat Sevia yang ternyata masih ada di sana.Risha cukup terkejut melihat Sevia berdiri saat melihatnya, tapi Risha berusaha mengabaikan lantas memil

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   72. Bermalam Di Kamar Perawatan

    Sevia penuh semangat mendekat ke arah pintu kamarnya. Dia mengenakan baju kekurangan bahan dengan kimono tipis di bagian luar dan penuh percaya diri hendak menyambut kedatangan Adhitama. Namun, saat membuka pintu bukannya Adhitama yang Sevia lihat melainkan Tere. Manager Sevia itu langsung mendorong tubuh Sevia masuk dan menutup pintu. "Apa kamu sudah gila? Di mana akal sehatmu?" Sevia kebingungan, masih hendak memastikan keberadaan Adhitama tapi Tere menahannya. "Apa Mas Adhitama di luar?" Sevia bertanya karena penasaran. "Kamu memang gila Sev! Dia tadi memang ada di depan pintu kamarmu tapi melihatku dia pergi," kata Tere. "Apa-apaan ini? Kenapa kamu memakai baju macam begini? Sebenernya apa hubunganmu dengan Pak Adhitama? Benarkah rumor itu? Sevia bungkam tapi Tere masih mencecar. "Kenapa tidak jawab? Apa selama ini kamu memang memiliki hubungan spesial dengan Pak Adhitama? Jadi kamu bohong padaku?" Tere menatap curiga Sevia. Sevia enggan menjawab, dia memilih me

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   73. Kemungkinan Kondisi Lily

    Setelah perawat memberitahu, Risha dan Adhitama bergegas menemui dokter yang menangani Lily. Risha duduk bersisian dengan Adhitama di depan dokter, dia harap-harap cemas mendengar apa yang akan dokter katakan. “Sebelumnya saya ingin bertanya lagi, dari keluarga pihak ayah atau ibu ya yang memiliki history kanker?” tanya dokter. “Dari saya Dok, ayah saya meninggal karena leukimia,” jawab Risha sambil meremat tas yang ada di pangkuan. Adhitama terkejut mendengar jawaban Risha, pernyataan Risha dan pertanyaan dokter membuat pikiran Adhitama semakin ke mana-mana. “Sebenarnya ada apa dengan Lily? Bagaimana hasil tesnya?” tanya Adhitama tak sabaran karena cemas. "Bukankah dia baik-baik saja?" Dokter menatap Adhitama dan Risha bergantian, lalu menjelaskan, “Ini hanya kemungkinan saja, karena bagaimanapun tanpa pemeriksaan menyeluruh, saya tidak bisa mendiagnosa."Risha dan Adhitama diam mendengarkan."Untuk itu saya sarankan Lily menjalani pemeriksaan lebih dalam, tapi sayangnya

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   74. Cemburu

    Adhitama mendekat ke Risha, hendak menyentuh pundak tapi Risha lebih dulu menoleh. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Adhitama. Seharusnya sejak dulu Adhitama menunjukkan perhatian seperti ini ke Risha. "Menurutmu?" balas Risha. "Lily akan baik-baik saja, aku yakin dia tidak mengidap penyakit seperti itu." "Apa kamu Tuhan?" ketus Risha. "Tidak usah lagi bicara padaku." Risha meninggalkan Adhitama masuk ke ruang perawatan Lily. Dia cukup terpukul meski penyakit Lily belum pasti. Hari berikutnya Lily sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, Dokter membawakan beberapa lembar surat untuk proses administrasi Lily nanti. Risha sendiri masih cemas dengan kondisi Lily, sehingga dia membiarkan saja Adhitama terus membersamai mereka. Risha tidak menolak saat Adhitama menjemputnya dan Lily di rumah sakit. Risha sadar tidak mungkin terus merepotkan Niki yang juga memiliki urusan sendiri. "Jadi kapan kita ke Jakarta Bunda?" Suara Lily yang

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 6 : Keluarga Aneh

    Ternyata, saat Andre tidur, Adhitama mengajak Risha dan Lily pergi keluar. Mereka pergi ke alun-alun kidul Jogja dan duduk-duduk di sana.Lily sangat senang. Anak itu sibuk bermain gelembung sabun sampai tertawa begitu bahagia. Dia berlari-lari sambil tertawa senang mengejar gelembung yang berterbangan tertiup angin.“Padahal sudah malam, tapi anak-anak masih betah main begituan,” kata Risha mengamati beberapa anak kecil yang juga bermain gelembung seperti Lily.“Namanya juga anak-anak,” balas Adhitama.Mereka duduk memakai tikar plastik yang tadi dibeli dari penjual seharga sepuluh ribu. Risha hanya tersenyum menanggapi balasan Adhitama dan terus memperhatikan Lily yang sedang bermain.Sudah lama tidak melihat Lily sesenang itu saat berlarian. Risha lega putrinya bisa kembali ceria. Risha masih memandang ke arah Lily, lalu melihat anak itu berbicara dengan anak kecil seusianya.Adhitama juga memperhatikan sang putri, sebelum memalingkan pandangan lalu menyandarkan kepala di pundak Ri

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 5 : Gadis Aneh

    Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 4 : Usil

    Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 3 : Ada Apa Dengan Haris

    Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 2: Tidak Berkontribusi

    Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 1 : Dari Butik Ke Sekolah

    Hari itu Risha mengajak Alma pergi ke butik untuk melihat baju pernikahan. Mereka sudah ada di butik dan sedang melihat-lihat katalog untuk memilih model mana yang cocok.Saat masih memilih, Alma memberanikan diri untuk mengajak Risha mengobrol. “Kak, entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, tapi aku lihat akhir-akhir ini Lily jadi pemurung, apa ada masalah?” tanya Alma sambil mengalihkan tatapan dari desain gaun di katalog ke Risha. “Bukan masalah besar. Dia hanya sedih karena Audrey sudah tidak bekerja dengan kami lagi dan juga dia kehilangan adiknya,” jawab Risha. Alma mengangguk-angguk paham. Dia merasa bersimpati dan kasihan. “Mungkin nanti kalau anakku lahir, aku akan minta Lily yang memberinya nama supaya Lily senang dan sedikit terhibur,” ujar Alma. Risha terkejut sampai menoleh Alma. “Jangan, bisa-bisa nanti anakmu malah diberi nama yang aneh-aneh Sama Lily.” Alma tertawa kecil mendengar jawaban Risha. Mereka masih sibuk mengobrol sambil melihat-lihat baju

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   260. Aku Sangat Menyayangi Kalian

    Pagi itu Lily pergi ke rumah sakit untuk menemui Risha. Dia sangat tidak sabar, sampai-sampai berjalan dengan cepat agar bisa segera menemui Risha. “Bunda!” Lily berlari ke arah ranjang ketika sampai di ruang inap Risha. Risha terkejut tapi juga senang karena Lily ada di sana. “Bunda, adiknya Lily sudah tidak ada, ya?” tanya Lily dengan tatapan sedih. Risha mengangguk. “Bunda nggak akan sakit lagi, kan?” tanya Lily lagi. “Iya,” balas Risha sambil memulas senyum. Adhitama mendekat, lalu mengusap rambut Lily dengan lembut. “Kenapa hari ini Lily tidak mau sekolah?” tanya Risha. “Nggak mau, Lily maunya sama Bunda,” jawab Lily sambil memainkan telunjuk di atas sprei. Adhitama dan Risha saling tatap. “Bagaimana di rumah Kakek Roshadi? Apa di sana seru?” tanya Adhitama. Lily hanya diam menunduk, tapi kemudian menjawab, “Iya Kakek Roshadi juga punya kolam ikan.” “Iya, Kakek membuat itu spesial untuk Lily karena Lily suka sama ikan Koi,” balas Adhitama. “Em ... kalau Lily suka di

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   259. Berurusan Denganku

    Alma tak langsung pulang setelah menitipkan barangnya ke mobil Andre. Dia masih menyelesaikan pekerjaannya sampai pukul lima. “Permisi Pak, aku izin pulang dulu,” pamit Alma.“Apa kamu sudah mengecek semuanya? siapa tahu masih ada barang yang tertinggal?” tanya Haris memastikan.Alma menggelengkan kepala.“Sudah tidak ada, semua barangnya sudah aku titipkan ke mobil Andre,” jawab Alma.Haris mengerutkan dahi.“Aku pulang dulu,” kata Alma lagi. Dia merasa sedikit canggung dan tetap memutar tumit pergi dari ruangan Haris.Saat Alma akan meraih gagang pintu, Haris mencegah dan berkata, “Besok lagi tidak ada titip-titip barang ke pria lain.”Alma menoleh dan hanya tersenyum sambil mengangguk. Dia pergi meninggalkan Haris.Alma turun ke lobi, saat sampai di sana sudah ada Andre yang menunggunya.“Ayo pulang,” kata Andre.Alma mengangguk. Dia dan Andre berjalan keluar dari lobi secara bersamaan.Saat mereka sedang berjalan, Alma mendengar ada dua staf yang berbisik-bisik menggunjing diriny

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   258. Antar Aku!

    Di sisi lain, Risha dan Adhitama pergi mengantar Lily ke sekolah. Risha menoleh Lily yang duduk di bangku belakang, sedikit ragu untuk bicara. “Nanti Bunda sama Papa tidak bisa jemput Lily, jadi Kakek Roshadi yang jemput, ya.” Risha berpesan lebih dulu agar Lily tidak bingung. “Iya,” balas Lily tanpa bertanya Risha mau ke mana. Risha mengusap lembut rambut Lily lalu mencium kening anak itu. Setelahnya dia melambai pada Lily yang sedang masuk ke gedung sekolah. Risha dan Adhitama meninggalkan sekolah Lily, mereka pergi ke rumah sakit sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter. Risha sudah mendapat kamar karena mendaftar lebih dulu sebelumnya. “Mas Tama kalau mau pulang tidak apa-apa, misal mau kerja atau apa. Aku tidak apa-apa di sini sendirian,” ucap Risha setelah berada di kamar inap. “Tidak, aku mau di sini menemanimu,” balas Adhitama. “Tindakannya masih nanti sore, jadi semisal Mas Tama ingin mengurus pekerjaan dulu juga tidak apa-apa,” ucap Risha lagi. “Tadi pag

DMCA.com Protection Status