Sementara Adhitama masih tak peduli dengan gosip yang beredar tentang dirinya dan Sevia, di ruangan kerja Rico yang ada di Mahesa Grup, pria itu saat ini sedang berkumpul bersama adik dan ibunya membahas masalah warisan kakek Roi.Rico mengeluh akan posisinya sekarang ke Arin dan Rara. “Sampai kapan aku harus duduk di posisi manager? Kenapa aku belum juga dipromosikan untuk naik jabatan jadi direktur?” Rico menunjukkan ekspresi wajah kesal. Arin menatap Rico yang kesal, kemudian membalas, “Bersabarlah, kamu seharusnya paham betul, kita ini tidak punya hubungan darah dengan Kakek Roi, kamu bisa berada di posisi ini saja sudah beruntung.” Rico semakin kesal mendengar jawaban Arin, bahkan sampai mendengkus kasar serta memalingkan muka. “Masih mending kita tidak diminta pindah dari rumah Kakek Roi,” timpal Rara. “Kita juga masih diberi jatah bulanan meskipun bukan cucunya. Harusnya kamu juga lebih pintar lagi mengambil hati Kakek Roi, karena tidak menutup kemungkinan kamu bisa dapat
Sore hari Risha menjemput Lily di sekolah seperti biasa. Risha langsung memeluk Lily saat anak itu keluar dengan wajah ceria. Risha pulang bersama Lily dan sepanjang perjalanan anak itu tak henti menceritakan kegiatannya di sekolah. "Lily senang?" tanya Risha. Dia setiap hari harus tahu bagaimana perasaan Lily. "Senang," balas anak itu sambil menatap ke depan. "Kalau misal ga masuk sekolah Lily sedih donk," kata Risha. Dia melirik putri kecilnya itu sambil memulas senyum penuh arti. "Iya, sedih ga ketemu temen-temen." Lily menjawab dan menunjukkan ekspresi sedih tapi lucu di wajahnya. Risha mengusap lembut rambut putrinya itu, dia merasa tak sabar menunggu reaksi Lily kemudian berkata," Padahal Bunda ingin mengizinkan Lily untuk tidak masuk sekolah tiga hari. Bunda ingin membawa Lily ke Jakarta bertemu Paman Haris." "Hah .... apa Bunda?" Risha tertawa lebar melihat wajah Lily yang antusias sekaligus kebingungan. Kini Risha harus sabar karena Lily memberondongnya denga
Haris tersenyum miring mendengar omongan Adhitama, hingga akhirnya memilih menjawab," Silahkan lakukan apa yang mau kamu lakukan." Haris pergi setelah mengatakan itu, sedangkan Adhitama tahu betul alasan dari sikap Haris yang sangat sinis kepadanya ini. Adhitama kembali ke ruang kerjanya, dia baru saja duduk saat Andre menyusul masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. “Pak, Anda benar tidak mau melihat pemilik My Lily? Lihat dia viral lagi Pak, banyak orang yang membuat video tentang live-nya kemarin.” Adhitama membuang napas kasar lantas menatap dingin Andre. Andre yang tadi bicara sambil menunjukkan layar ponselnya ke Adhitama langsung menurunkan ponsel itu. “Keluar dari ruanganku, pulang saja kalau kamu mau pulang,” ketus Adhitama. Andre membungkuk lalu memutar tumit pergi dari ruangan Adhitama, dia menatap kembali video yang sedang dia tonton kemudian bergumam,” Apa mungkin Bu Risha punya kembaran?” Adhitama mendengar sekilas ucapan Andre dan merasa penasaran, dia mencoba me
Kala itu Kakek Roi meminta bertemu Haris di suatu tempat yang sudah disiapkan oleh pria tua itu. Haris tentu tak bisa menolak, karena kakek Roi baginya sangat baik juga seperti orang tua baginya. “Ris, katakan padaku apa Risha benar-benar sudah meninggal? Aku akan mati kalau sampai benar jika Risha bunuh diri, bagaimana aku bertanggungjawab ke orang tua dan kakeknya kelak di akhirat?” Kakek Roi bicara dan kembali meneteskan air mata. Saat itu Haris tidak tega mendengar ucapan dan melihat kondisi Kakek Roi yang sangat putus asa. Hingga dia akhirnya menjelaskan kalau Risha masih hidup dan semua yang dilakukannya atas permintaan Risha. Dia hanya tak ingin Risha juga menyesal jika tahu kalau Kakek Roi mati karena memikirkan Risha. “Aku mohon Kakek jangan mengacaukan semuanya karena ini permintaan Risha. Jika Kakek peduli dan sayang dengan Risha, seharusnya Kakek bisa menjaga rahasia ini,” ucap Haris saat itu. “Aku akan berjanji merahasiakan ini. Asal kamu berjanji untuk selalu m
Risha memandang Lily yang bingung, dia lantas menjelaskan kalau Haris akan terlambat datang menjemput karena sakit perut. "Kasihan Paman Haris," cicit Lily yang wajahnya berubah murung. Risha mengangkat dagu lalu mengusap pipi Lily yang sedang menunduk, dia menjelaskan bahwa Haris tetap akan datang menjemput Lily nanti. "Sekarang Lily ikut Bunda dulu ke acara Bunda ya, jangan sedih!" Lily mengangguk menerima bujukan Risha. Mereka lantas kembali bersiap sebelum akhirnya turun menuju ballroom, di mana acara peringatan 10 tahun terbentuknya komunitas pengusaha muda itu digelar. Tamu undangan mulai berdatangan, sedangkan Risha sudah tampak duduk di kursi, dia terlihat berbicara dengan dua orang tamu undangan lain, sesekali Risha menoleh ke belakang memastikan Lily yang tak bisa duduk diam sedang bermain. Ada keresahan di tatapan mata Risha. Hingga saat Risha sedikit lengah, Lily keluar dari ruangan tanpa pengawasannya. Lily berjalan sambil melihat-lihat benda-benda yang
Risha masih menatap Adhitama, hingga tak menyangka pria itu menoleh dan tatapan mata mereka bertemu. Risha tertegun, tanpa bisa dia tahan matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Risha memalingkan muka, menatap MC dan melanjutkan perbincangan mereka kembali. Hingga beberapa menit berlalu, acara itu akhirnya selesai dan ditutup dengan ramah tamah, para tama undangan saling mengobrol sambil menikmati makanan yang sudah tersedia. Adhitama sendiri masih terus mengamati Risha, dia melihat Risha berbicara dengan Lily lalu menggandeng anak itu keluar dari ballroom. Adhitama berjalan mengikuti Risha, mengabaikan Andre yang memanggil namanya. Adhitama mempercepat langkah, dia hendak memanggil nama Risha tapi lebih dulu dikejutkan dengan kedatangan Haris yang langsung disambut Lily dengan pelukan. Adhitama tertegun, melihat saja Risha dan Lily pergi bersama Haris tanpa bisa melakukan apa-apa. Sementara itu, Haris memarkirkan mobilnya tepat di depan lobi lalu membukakan pintu untuk Risha. “Apa Pam
Haris tak bisa merespon lagi kalimat Risha, tak ingin ikut campur terlalu jauh terhadap perasaan adik angkatnya itu. Hingga Haris lebih memilih berjongkok untuk bicara ke Lily.“Besok Paman jemput Lily pagi-pagi, kita pergi ke kebun binatang,” kata Haris.“Hore! Asyik, makasih Paman.” Lily melingkarkan tangan ke leher Haris, setelah melepasnya gadis kecil itu bertanya,”tapi, apa Paman sudah sembuh?”Haris tak bisa menahan rasa bahagia diperhatikan oleh Lily, dia memeluk anak itu lagi dan menepuk lembut punggung Lily.“Sudah, Lily tidak perlu mencemaskan Paman,” kata Haris.Lily mengangguk lalu tersenyum, dia meraih tangan Risha untuk mengajak sang bunda masuk ke hotel.Haris masih bertahan di posisinya, berharap Risha akan mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan dengan Adhitama segera.**Sementara itu, setelah dari acara peringatan komunitasnya Adhitama memilih pergi ke makam yang sejak empat tahun lalu dia anggap sebagai makan Risha.Adhitama mengepalkan dua tangan di sisi bad
Seperti janjinya kemarin, Haris pergi mengajak Lily dan Risha ke kebun binatang.Lily terlihat sangat antusias karena bisa melihat kanguru di kebun Binatang itu.“Apa di dalam juga ada harimau?” tanya Lily yang sangat senang. Dia menggandeng tangan Haris dan Risha bersamaan.“Ada,” jawab Haris sambil menoleh Lily yang berada di antara dirinya dan Risha.“Kalau beruang kutub?” tanya Lily lagi dengan serba keingintahuannya.Haris dan Risha tertawa mendengar pertanyaan Lily yang penuh dengan rasa ingin tahu.“Di sini tidak ada beruang kutub,” jawab Risha.Lily agak kecewa karena di sana tidak ada beruang kutub, hingga Haris yang menyadari kekecewaan Lily menggendong anak itu agar senang.“Lihat yang lain, ya. Bagaimana kalau musang? Musang lucu, kan?” Haris memberi tawaran lain.Lily mengangguk senang lalu Haris mengajak Lily dan Risha pergi ke tempat musang berada.Lily sangat senang apalagi Haris sangat perhatian kepadanya. Bahkan pengunjung yang melihat bagaimana Haris menggendong dan
Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar
Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke
Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal
Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru
Hari itu Risha mengajak Alma pergi ke butik untuk melihat baju pernikahan. Mereka sudah ada di butik dan sedang melihat-lihat katalog untuk memilih model mana yang cocok.Saat masih memilih, Alma memberanikan diri untuk mengajak Risha mengobrol. “Kak, entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, tapi aku lihat akhir-akhir ini Lily jadi pemurung, apa ada masalah?” tanya Alma sambil mengalihkan tatapan dari desain gaun di katalog ke Risha. “Bukan masalah besar. Dia hanya sedih karena Audrey sudah tidak bekerja dengan kami lagi dan juga dia kehilangan adiknya,” jawab Risha. Alma mengangguk-angguk paham. Dia merasa bersimpati dan kasihan. “Mungkin nanti kalau anakku lahir, aku akan minta Lily yang memberinya nama supaya Lily senang dan sedikit terhibur,” ujar Alma. Risha terkejut sampai menoleh Alma. “Jangan, bisa-bisa nanti anakmu malah diberi nama yang aneh-aneh Sama Lily.” Alma tertawa kecil mendengar jawaban Risha. Mereka masih sibuk mengobrol sambil melihat-lihat baju
Pagi itu Lily pergi ke rumah sakit untuk menemui Risha. Dia sangat tidak sabar, sampai-sampai berjalan dengan cepat agar bisa segera menemui Risha. “Bunda!” Lily berlari ke arah ranjang ketika sampai di ruang inap Risha. Risha terkejut tapi juga senang karena Lily ada di sana. “Bunda, adiknya Lily sudah tidak ada, ya?” tanya Lily dengan tatapan sedih. Risha mengangguk. “Bunda nggak akan sakit lagi, kan?” tanya Lily lagi. “Iya,” balas Risha sambil memulas senyum. Adhitama mendekat, lalu mengusap rambut Lily dengan lembut. “Kenapa hari ini Lily tidak mau sekolah?” tanya Risha. “Nggak mau, Lily maunya sama Bunda,” jawab Lily sambil memainkan telunjuk di atas sprei. Adhitama dan Risha saling tatap. “Bagaimana di rumah Kakek Roshadi? Apa di sana seru?” tanya Adhitama. Lily hanya diam menunduk, tapi kemudian menjawab, “Iya Kakek Roshadi juga punya kolam ikan.” “Iya, Kakek membuat itu spesial untuk Lily karena Lily suka sama ikan Koi,” balas Adhitama. “Em ... kalau Lily suka di
Alma tak langsung pulang setelah menitipkan barangnya ke mobil Andre. Dia masih menyelesaikan pekerjaannya sampai pukul lima. “Permisi Pak, aku izin pulang dulu,” pamit Alma.“Apa kamu sudah mengecek semuanya? siapa tahu masih ada barang yang tertinggal?” tanya Haris memastikan.Alma menggelengkan kepala.“Sudah tidak ada, semua barangnya sudah aku titipkan ke mobil Andre,” jawab Alma.Haris mengerutkan dahi.“Aku pulang dulu,” kata Alma lagi. Dia merasa sedikit canggung dan tetap memutar tumit pergi dari ruangan Haris.Saat Alma akan meraih gagang pintu, Haris mencegah dan berkata, “Besok lagi tidak ada titip-titip barang ke pria lain.”Alma menoleh dan hanya tersenyum sambil mengangguk. Dia pergi meninggalkan Haris.Alma turun ke lobi, saat sampai di sana sudah ada Andre yang menunggunya.“Ayo pulang,” kata Andre.Alma mengangguk. Dia dan Andre berjalan keluar dari lobi secara bersamaan.Saat mereka sedang berjalan, Alma mendengar ada dua staf yang berbisik-bisik menggunjing diriny
Di sisi lain, Risha dan Adhitama pergi mengantar Lily ke sekolah. Risha menoleh Lily yang duduk di bangku belakang, sedikit ragu untuk bicara. “Nanti Bunda sama Papa tidak bisa jemput Lily, jadi Kakek Roshadi yang jemput, ya.” Risha berpesan lebih dulu agar Lily tidak bingung. “Iya,” balas Lily tanpa bertanya Risha mau ke mana. Risha mengusap lembut rambut Lily lalu mencium kening anak itu. Setelahnya dia melambai pada Lily yang sedang masuk ke gedung sekolah. Risha dan Adhitama meninggalkan sekolah Lily, mereka pergi ke rumah sakit sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter. Risha sudah mendapat kamar karena mendaftar lebih dulu sebelumnya. “Mas Tama kalau mau pulang tidak apa-apa, misal mau kerja atau apa. Aku tidak apa-apa di sini sendirian,” ucap Risha setelah berada di kamar inap. “Tidak, aku mau di sini menemanimu,” balas Adhitama. “Tindakannya masih nanti sore, jadi semisal Mas Tama ingin mengurus pekerjaan dulu juga tidak apa-apa,” ucap Risha lagi. “Tadi pag
Pagi itu Alma datang ke perusahaan untuk mengemasi barang-barangnya. Dia melihat beberapa rekan kerjanya masih seperti kemarin, menatapnya sinis, tapi Alma tidak peduli.Alma bergegas menuju ruang kerjanya, fokus membereskan barang-barang. Saat dia masih memasukkan barangnya ke kardus, Haris tampak datang dan langsung membantunya.“Biar aku saja,” kata Alma sambil meraih barangnya dari tangan Haris.“Tidak apa-apa,” balas Haris. Pria itu tersenyum dan bersikeras tetap ingin membantu.Alma tidak bisa mengelak, akhirnya dia membiarkan Haris membantu mengemas barang-barang miliknya.Saat sedang membereskan barang, ponsel di meja Alma berdering. Alma agak tak enak hati saat melihat nama Andre terpampang di sana.“Jawab saja,” kata Haris saat melihat Alma seperti berpikir.Alma mengangguk lalu menjawab panggilan dari Andre.“Halo," sapa Alma.“Aku diberitahu kalau kamu diminta datang ke ruang HRD,” kata Andre dari seberang panggilan."Oh iya, terima kasih sudah memberitahuku,” balas Alma,