Seperti janjinya kemarin, Haris pergi mengajak Lily dan Risha ke kebun binatang.Lily terlihat sangat antusias karena bisa melihat kanguru di kebun Binatang itu.“Apa di dalam juga ada harimau?” tanya Lily yang sangat senang. Dia menggandeng tangan Haris dan Risha bersamaan.“Ada,” jawab Haris sambil menoleh Lily yang berada di antara dirinya dan Risha.“Kalau beruang kutub?” tanya Lily lagi dengan serba keingintahuannya.Haris dan Risha tertawa mendengar pertanyaan Lily yang penuh dengan rasa ingin tahu.“Di sini tidak ada beruang kutub,” jawab Risha.Lily agak kecewa karena di sana tidak ada beruang kutub, hingga Haris yang menyadari kekecewaan Lily menggendong anak itu agar senang.“Lihat yang lain, ya. Bagaimana kalau musang? Musang lucu, kan?” Haris memberi tawaran lain.Lily mengangguk senang lalu Haris mengajak Lily dan Risha pergi ke tempat musang berada.Lily sangat senang apalagi Haris sangat perhatian kepadanya. Bahkan pengunjung yang melihat bagaimana Haris menggendong dan
Risha menoleh ketika mendengar suara Adhitama. Melihat pria itu tiba-tiba di sana membuat Risha terkejut. “Jangan kurang ajar dan jaga sikapmu!” Adhitama memperingatkan Jordan sambil menatap tajam ke pria itu. Risha masih termangu karena terkejut dengan kedatangan Adhitama, hingga tiba-tiba Adhitama meraih tangannya dan mengajak Risha pergi dari sana. Adhitama membawa Risha keluar dari resto hotel. Hingga saat sudah agak jauh, Risha melepas paksa tangan Adhitama. “Kita tidak boleh bergandengan seperti ini.” Risha membuat jarak dengan Adhitama agar tidak terlalu dekat dengan pria itu. Adhitama agak terkejut dengan sikap Risha, padahal dia berusaha menolong Risha dari cecaran para pria yang berbuat tak sopan ke Risha. Adhitama diam dengan ekspresi wajah frustasi lalu berkata, “Kita belum bercerai dan kamu hutang penjelasan padaku." Risha mengerutkan dahi mendengar perkataan Adhitama. “Hutang? Aku tidak pernah merasa punya hutang ke kamu, dan tidak ada yang perlu aku jela
Risha tergelak ironi mendengar pertanyaan Adhitama. Dia memilih tak menjawab dan kembali meminta pria itu untuk pergi dari sana.“Lebih baik kamu pergi!”“Kenapa kamu seperti ini?” tanya Adhitama. “Aku bisa dengan mudah menuntutmu karena memalsukan kematian, memisahkan anak dari ayahnya, dan …. ““Dan apa?” potong Risha cepat. “Aku juga bisa menuntutmu karena berselingkuh, kamu bahkan menyakiti mentalku selama menjadi istrimu, kamu mengabaikanku dan pergi bersama wanita lain,” kata Risha.Adhitama diam, merasa Risha banyak berubah bahkan kini berani membalas ucapannya.“Kita sudah selesai sejak empat tahun lalu saat kamu lebih memilih wanita itu ketimbang aku dan anakmu,” ucap Risha sambil mengepalkan tangan di sisi badan. Dia tak menyangka dengan sendirinya mengonfirmasi bahwa Lily anak Adhitama.“Kalau kamu masih punya hati nurani, jangan ganggu hidupku dan Lily.”Risha masuk ke dalam dan langsung menutup pintu. Dia bersandar di baliknya sambil merapatkan mata.Risha hampir menangis
Risha bingung harus menjawab apa pertanyaan Lily yang satu ini, dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya secara langsung apalagi di momen yang Risha rasa kurang tepat. Beruntung Risha diselamatkan oleh pengumuman dari pihak maskapai yang terdengar dari pengeras suara. "Ayo kita pergi, pesawat kita sudah boarding," ucap Risha ke Lily. Lily mengangguk patuh, berjalan di depan Risha yang membawa dua koper milik mereka. Saat mengantri Risha tampak melebarkan mata karena kaget, dia melihat Sevia juga masuk ke dalam antrian penerbangan yang sama dengannya. Risha tak ambil pusing, tak masalah baginya satu pesawat dengan Sevia asal wanita itu tidak mengganggunya dan Lily lagi. Namun, Risha keliru lagi-lagi Sevia membuat masalah. Risha yang terlelap sejenak di kursinya setelah pesawat lepas landas tiba-tiba dikejutkan dengan suara wanita marah-marah, dia menoleh ke tempat duduk Lily di sebelahnya. Risha terperanjat menyadari Lily tak ada di sana, dia bangun lantas mencar
"Lily apa boleh buyut main ke Jogja?" "Boleh donk, nanti kita main ya Uyut. Kita nanti ke pantai cari umang-umang ya Uyut." Kakek Roi tertawa mendengar suara ceria Lily. Beberapa jam yang lalu, saat Risha menghubungi Kakek Roi selepas mendarat di Jogja, ternyata tanpa Pria tua itu duga seseorang menelinga pembicaraan mereka. Orang itu menunggu Kakek Roi selesai bicara lantas menerobos masuk ke ruang kerja Kakek Roi yang pintunya tak tertutup rapat. Kakek Roi sangat kaget, tak menyangka Adhitama datang ke rumahnya tanpa dia undang seperti biasa. "Kakek, jadi selama ini Kakek tahu kalau Risha masih hidup, apa kakek juga tahu kalau Lily juga anakku?" tanya Adhitama tanpa basa-basi. Kakek Roi awalnya terkejut, tapi langsung bersikap biasa karena dari cara bicara Adhitama, dia tahu cucu kesayangannya itu sedang tidak baik-baik saja. "Apa yang akan kamu lakukan kalau aku bilang sudah mengetahuinya sejak awal? Apa kamu mau marah padaku?" Kakek Roi berjalan pelan menuju kursi
Adhitama meminta Andre untuk tidak memberitahu orang lain jika dirinya akan pergi ke Jogja. Seperti biasa Andre hanya bisa patuh meski di dalam hati dia geram. Andre berpikir Adhitama akan menemui Sevia.Malam itu juga Adhitama berangkat ke Jogja. Berbekal informasi dari Kakek Roi tentang alamat Risha tinggal, Adhitama datang esok paginya ke kantor My Lily.Adhitama datang sekitar jam sembilan pagi dan disambut oleh staff Risha. Dia langsung menanyakan keberadaan Risha. “Oh, Bu Risha. Beliau belum datang, mungkin sebentar lagi,” kata staff yang menemui Adhitama. Adhitama mengangguk mendengar ucapan staff lalu memilih untuk menunggu. “Maaf, kalau boleh saya tahu, Anda siapa?” tanya staff karena tak bisa menerima orang sembarangan di kantor My Lily. “Aku suaminya,” jawab Adhitama. Staff itu sangat terkejut mendengar jawaban Adhitama, hingga mengangguk saja sambil tersenyum canggung. Adhitama dipersilahkan menunggu di ruang tamu kantor. Hingga beberapa saat kemudian Risha datang
Risha tergelak ironi mendengar Adhitama mengakui Lily sebagai anaknya. Dia tak peduli dan tetap berjalan menuju mobilnya. Adhitama masih mengikuti, hingga Risha menoleh lalu meluapkan rasa kesal. “Kamu tidak perlu ikut! Lebih baik kamu pergi dari sini! Semakin kamu menahanku seperti ini, maka semakin lama aku pergi menjemput Lily. Anak itu menunggu kedatanganku, dia membutuhkanku!” Risha bicara sambil memicing tajam ke Adhitama. Adhitama akhirnya membiarkan Risha masuk ke mobil dan pergi. Namun, meski Risha pergi sendiri, nyatanya Adhitama diam-diam membuntuti Risha yang pergi ke sekolah Lily. Risha melihat mobil Adhitama mengikutinya, tapi dia memilih tak peduli karena pikirannya tertuju ke Lily yang sakit. Sesampainya di sekolah, Lily sudah dirawat di ruang kesehatan ditemani Miss yang biasa mengajar anak itu di kelas. “Bunda.” Lily langsung mengulurkan tangan ke Risha saat melihat ibunya datang. Risha langsung memeluk tubuh Lily, memang sangat panas hingga membuatnya keherana
Risha masih tak habis pikir dengan apa yang Adhitama lakukan. Dia dan pria itu masih saling berhadapan hingga Mbok Surti datang menghampiri Risha dengan muka panik.“Bu, Non Lily bangun dan nyariin Bu Risha,” kata Mbok Surti.Risha menoleh ke Mbok Surti sekilas, lalu memandang Adhitama yang benar-benar membuatnya kesal. Dia memilih mengabaikan Adhitama lalu pergi ke kamar untuk menemui Lily.Adhitama memandang Risha pergi, tapi tak mungkin mengejar Risha ke kamar hingga tatapannya tertuju ke Mbok Surti yang ternyata sudah memandangnya.“Maaf, Bapak ini siapa ya?” tanya Mbok Surti.“Perkenalkan, aku suaminya Risha,” jawab Adhitama.Mbok Surti melongo karena terkejut mendengar jawaban Adhitama sampai wanita paruh baya itu tak bisa berkata-kata.Sementara itu, Risha pergi ke kamar. Di sana melihat Lily yang bangun tapi masih dalam posisi berbaring.“Bunda.” Lily memanggil sambil menangis karena mencari Risha.Risha mendekat lalu memeluk Lily. Dia merasakan tubuh Lily yang masih panas.“B
Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar
Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke
Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal
Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru
Hari itu Risha mengajak Alma pergi ke butik untuk melihat baju pernikahan. Mereka sudah ada di butik dan sedang melihat-lihat katalog untuk memilih model mana yang cocok.Saat masih memilih, Alma memberanikan diri untuk mengajak Risha mengobrol. “Kak, entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, tapi aku lihat akhir-akhir ini Lily jadi pemurung, apa ada masalah?” tanya Alma sambil mengalihkan tatapan dari desain gaun di katalog ke Risha. “Bukan masalah besar. Dia hanya sedih karena Audrey sudah tidak bekerja dengan kami lagi dan juga dia kehilangan adiknya,” jawab Risha. Alma mengangguk-angguk paham. Dia merasa bersimpati dan kasihan. “Mungkin nanti kalau anakku lahir, aku akan minta Lily yang memberinya nama supaya Lily senang dan sedikit terhibur,” ujar Alma. Risha terkejut sampai menoleh Alma. “Jangan, bisa-bisa nanti anakmu malah diberi nama yang aneh-aneh Sama Lily.” Alma tertawa kecil mendengar jawaban Risha. Mereka masih sibuk mengobrol sambil melihat-lihat baju
Pagi itu Lily pergi ke rumah sakit untuk menemui Risha. Dia sangat tidak sabar, sampai-sampai berjalan dengan cepat agar bisa segera menemui Risha. “Bunda!” Lily berlari ke arah ranjang ketika sampai di ruang inap Risha. Risha terkejut tapi juga senang karena Lily ada di sana. “Bunda, adiknya Lily sudah tidak ada, ya?” tanya Lily dengan tatapan sedih. Risha mengangguk. “Bunda nggak akan sakit lagi, kan?” tanya Lily lagi. “Iya,” balas Risha sambil memulas senyum. Adhitama mendekat, lalu mengusap rambut Lily dengan lembut. “Kenapa hari ini Lily tidak mau sekolah?” tanya Risha. “Nggak mau, Lily maunya sama Bunda,” jawab Lily sambil memainkan telunjuk di atas sprei. Adhitama dan Risha saling tatap. “Bagaimana di rumah Kakek Roshadi? Apa di sana seru?” tanya Adhitama. Lily hanya diam menunduk, tapi kemudian menjawab, “Iya Kakek Roshadi juga punya kolam ikan.” “Iya, Kakek membuat itu spesial untuk Lily karena Lily suka sama ikan Koi,” balas Adhitama. “Em ... kalau Lily suka di
Alma tak langsung pulang setelah menitipkan barangnya ke mobil Andre. Dia masih menyelesaikan pekerjaannya sampai pukul lima. “Permisi Pak, aku izin pulang dulu,” pamit Alma.“Apa kamu sudah mengecek semuanya? siapa tahu masih ada barang yang tertinggal?” tanya Haris memastikan.Alma menggelengkan kepala.“Sudah tidak ada, semua barangnya sudah aku titipkan ke mobil Andre,” jawab Alma.Haris mengerutkan dahi.“Aku pulang dulu,” kata Alma lagi. Dia merasa sedikit canggung dan tetap memutar tumit pergi dari ruangan Haris.Saat Alma akan meraih gagang pintu, Haris mencegah dan berkata, “Besok lagi tidak ada titip-titip barang ke pria lain.”Alma menoleh dan hanya tersenyum sambil mengangguk. Dia pergi meninggalkan Haris.Alma turun ke lobi, saat sampai di sana sudah ada Andre yang menunggunya.“Ayo pulang,” kata Andre.Alma mengangguk. Dia dan Andre berjalan keluar dari lobi secara bersamaan.Saat mereka sedang berjalan, Alma mendengar ada dua staf yang berbisik-bisik menggunjing diriny
Di sisi lain, Risha dan Adhitama pergi mengantar Lily ke sekolah. Risha menoleh Lily yang duduk di bangku belakang, sedikit ragu untuk bicara. “Nanti Bunda sama Papa tidak bisa jemput Lily, jadi Kakek Roshadi yang jemput, ya.” Risha berpesan lebih dulu agar Lily tidak bingung. “Iya,” balas Lily tanpa bertanya Risha mau ke mana. Risha mengusap lembut rambut Lily lalu mencium kening anak itu. Setelahnya dia melambai pada Lily yang sedang masuk ke gedung sekolah. Risha dan Adhitama meninggalkan sekolah Lily, mereka pergi ke rumah sakit sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter. Risha sudah mendapat kamar karena mendaftar lebih dulu sebelumnya. “Mas Tama kalau mau pulang tidak apa-apa, misal mau kerja atau apa. Aku tidak apa-apa di sini sendirian,” ucap Risha setelah berada di kamar inap. “Tidak, aku mau di sini menemanimu,” balas Adhitama. “Tindakannya masih nanti sore, jadi semisal Mas Tama ingin mengurus pekerjaan dulu juga tidak apa-apa,” ucap Risha lagi. “Tadi pag
Pagi itu Alma datang ke perusahaan untuk mengemasi barang-barangnya. Dia melihat beberapa rekan kerjanya masih seperti kemarin, menatapnya sinis, tapi Alma tidak peduli.Alma bergegas menuju ruang kerjanya, fokus membereskan barang-barang. Saat dia masih memasukkan barangnya ke kardus, Haris tampak datang dan langsung membantunya.“Biar aku saja,” kata Alma sambil meraih barangnya dari tangan Haris.“Tidak apa-apa,” balas Haris. Pria itu tersenyum dan bersikeras tetap ingin membantu.Alma tidak bisa mengelak, akhirnya dia membiarkan Haris membantu mengemas barang-barang miliknya.Saat sedang membereskan barang, ponsel di meja Alma berdering. Alma agak tak enak hati saat melihat nama Andre terpampang di sana.“Jawab saja,” kata Haris saat melihat Alma seperti berpikir.Alma mengangguk lalu menjawab panggilan dari Andre.“Halo," sapa Alma.“Aku diberitahu kalau kamu diminta datang ke ruang HRD,” kata Andre dari seberang panggilan."Oh iya, terima kasih sudah memberitahuku,” balas Alma,