Share

160. Bayi Tabung

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari itu seperti sebelumnya Risha dan Adhitama menjemput Lily di rumah Haris, lantas mengajak anak itu pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter. Mereka ingin mendengar dokter membacakan hasil tes laboratorium Lily yang terbaru.

Risha dan Adhitama sudah tak sabar menunggu. Namun, dokter terlihat diam sambil menatap kertas yang ada di tangannya.

Dokter itu terlihat bingung. Mungkin merasa bersalah karena sudah berbohong pada Risha dan Adhitama soal kondisi Lily atas permintaan Kakek Roi.

Hasil tes di hadapannya menunjukkan Lily baik-baik saja, hingga membuat dokter itu merasa tak tega jika harus kembali berbohong.

“Ada apa, Dok? Apa ada masalah?” tanya Risha karena dokter tak kunjung menjelaskan.

Adhitama terlihat cemas dan takut jika kondisi Lily memburuk.

“Penyakit Lily tidak semakin parah, kan?” tanya Adhitama yang tidak sabar karena dokter itu diam cukup lama.

Dokter itu menatap bergantian Risha dan Adhitama.

“Tidak, untuk sementara tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
hasil.lab sbnrx baik ya, lily mimisan krn kecapekan biasa anak² kah? klo tll capek main trs kurang minum biasanya anak² mimisan...semoga gak bahaya
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
smoga Lily gpp y cma mmsan biasa aj
goodnovel comment avatar
chan 2407
gak up ya thorr kemarin padahal dah nunggu²
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   161. Kejutan

    Hari itu Risha pergi ke rumah sakit. Dia akan melakukan pemeriksaan kandungan untuk persiapan bayi tabung yang sudah disepakatinya dengan Adhitama.Risha masih menunggu bersama pasien yang lainnya. Dia melihat beberapa ibu hamil yang datang bersama suami, membuat Risha tiba-tiba tersenyum.Risha tiba-tiba ingat saat hamil Lily. Dia pergi ke dokter sendiri untuk memeriksakan kandungan. Dulu dia pernah iri pada wanita lain yang sangat bahagia karena bisa ke dokter bersama pasangan, sedangkan dia hanya sendiri.Namun, kali ini akan berbeda. Jika dia hamil, akan ada Adhitama yang menemaninya, tiba-tiba saja Risha tidak sabar menantikan hari itu.“Ibu Risha.”Risha mendengar namanya dipanggil. Dia melihat perawat berdiri di depan pintu, lalu dia segera menghampiri dan masuk ke ruang pemeriksaan.Risha berbincang banyak hal dengan dokter perihal rencananya itu. Dia menanyakan berbagai informasi agar nantinya tidak ada kesalahan. “Baik, silakan berbaring saya akan mengecek kondisi rahimnya

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   162. Kecemasan

    Dilingkupi rasa bahagia, Risha dan Adhitama memutuskan menjemput Lily di sekolah bersama. Mereka sangat tidak sabar ingin segera memberitahukan kabar baik tentang kehamilan Risha pada Lily. Risha dan Adhitama masih ada di depan gedung sekolah menunggu jam pelajaran Lily usai. Tak beberapa lama kemudian, bel berbunyi lalu beberapa guru sudah keluar untuk melepas dan memastikan para murid dijemput orang tua mereka. “Bunda, Papa!” Lily berlari menghampiri saat melihat Risha dan Adhitama. Risha langsung meraih tangan Lily, lalu mengajak bocah itu ke parkiran. Di sana Risha siap menyampaikan kabar bahagia yang dibawanya. “Kok Bunda ikut jemput, apa sudah periksa ke dokter?” tanya Lily. Risha dan Adhitama saling tatap. Lalu Risha berjongkok dan menggenggam kedua tangan Lily. “Iya, Bunda jemput karena punya kabar baik buat Lily,” jawab Risha. Lily menatap penasaran pada Risha, apalagi sang bunda dan papanya terlihat sangat bahagia. “Kabar baik apa?” tanya Lily. “Bunda hamil, jadi

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   163. Membuatmu Sedih

    Risha tiba-tiba memikirkan apa yang dikatakan oleh Haris. Semua itu benar dan Risha tidak bisa mengelak dari hal itu. “Aku harus bagaimana?” Risha tiba-tiba saja merasa bingung. Risha diam sesaat, lalu memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan yang sekarang bertanggung jawab dengan kehamilannya. Risha pergi ke rumah sakit esok harinya. Dia bertemu dokter lalu mencoba berkonsultasi. “Jadi, bagaimana baiknya, Dok? Begitulah riwayat kehamilan saya saat hamil anak pertama,” ucap Risha dengan raut wajah sedih dan bingung. Dokter itu bukanlah dokter yang dulu menangani kondisi kehamilan pertama Risha. Dokter itu mendengarkan dengan seksama, lalu menghela napas kasar. “Kasus ini memang sulit, kemungkinan terulang lagi pasti lebih besar. Sebenarnya ini memang berbahaya juga untuk kehamilan yang sekarang, meski kondisi Anda sendiri baik,” ucap dokter menjelaskan panjang lebar. Risha merasa lemas dan tak bertenaga. Jika kehamilannya sekarang mengalami kasus seperti du

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   164. Seperti Hujan

    Risha mengurai pelukan Adhitama, dia mengusap pipi dan membiarkan Adhitama membelai pipinya penuh kasih sayang.“Ada apa, hm?” Adhitama bertanya lagi karena Risha tidak mau bicara.Adhitama kembali memeluk Risha yang menangis. Dia berusaha menenangkan wanita itu dengan mengusap lembut punggung Risha.“Kamu bisa menceritakan semuanya ke aku kalau memang ada masalah, jangan dipendam sendiri,” ucap Adhitama lagi.Risha menggeleng pelan. Dia juga memeluk Adhitama lalu berusaha untuk agar lebih tenang.Setelah beberapa menit berada dalam dekap hangat Adhitama, Risha akhirnya melepas pelukan, dia mencoba tersenyum memandang pada pria itu.“Sepertinya aku hanya sedang sensitif aja karena hamil. Jadi rasanya apa-apa pengennya nangis,” ucap Risha, berusaha meyakinkan Adhitama.“Kamu yakin?” tanya Adhitama yang tak percaya mendengar ucapan Risha.Risha mengangguk-angguk masih sambil mempertahankan senyumnya.“Ya sudah, aku mandi dulu,” kata Adhitama.Risha mengangguk lagi. Dia lega karena Adhit

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   165. Pilihan

    Hari itu Risha akhirnya bertemu dengan Rama. Dia sudah siap ingin mengamuk manager tempatnya mempercayakan produk My Lily, karena sudah berbohong soal kandungan skincare yang diproduksi. Risha menunggu di sebuah kafe, sampai beberapa saat kemudian Rama datang dan langsung duduk di depan Risha. “Apa yang ingin Anda bicarakan sampai mendesak untuk bertemu?” tanya Rama berpura-pura tak tahu tentang huru-hara yang terjadi. Risha menatap datar. Dia mengeluarkan kertas hasil laboratorium salah satu produk skincare My Lily yang dibuat di pabrik tempat Rama bekerja. “Lihat saja sendiri. Bagaimana bisa Pak Rama diam dan malah membiarkan saya tertipu seperti ini?” Risha memperlihatkan kekecewaannya pada Rama. Rama mengambil hasil laboratorium itu. Dia tak terkejut sama sekali karena sudah tahu. “Bagaimana bisa pabrik melakukan ini? Kita sudah bekerjasama sangat lama, tapi kenapa Pak Rama tidak jujur saja?” Risha benar-benar meluapkan kekecewaannya. Meski suaranya tak terlalu lanta

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   166. Menjenguk

    Di tempat lain, pagi itu Polisi baru saja menerima hasil tes kejiwaan Sevia yang menyatakan jika tahanan mereka itu memang memiliki gangguan kejiwaan dan tidak bisa dipidana sesuai dengan prosedur yang ada. Dengan keluarnya hasil tes itu akhirnya pihak kepolisian memutuskan untuk melakukan rehabilitasi pada Sevia di rumah sakit jiwa. Sevia tersenyum-senyum sendiri, bahkan tertawa hingga membuat penghuni satu selnya merasa miris dan takut kalau tiba-tiba wanita itu hilang kendali dan menyerang. Dua petugas polisi datang untuk membuka sel, mereka langsung membawa Sevia keluar dari sana karena akan dipindah ke rumah sakit jiwa. Di waktu yang bersamaan Arin melihat Sevia yang keluar dari sel. Dia dan Sevia memang berada di sel yang berbeda. Arin langsung berdiri karena penasaran Sevia mau dibawa ke mana. Saat Sevia melewati sel Arin, dia melirik ke Arin sambil tersenyum licik. Arin sangat terkejut, hingga sejenak otaknya terasa tak bisa lagi berpikir. “Mau dibawa ke mana dia?”

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   167. Kejanggalan

    Baru kali ini Haris merasa kuwalahan menjaga Lily. Sejak Risha masuk rumah sakit anak itu terus saja rewel dan hampir membuatnya kehilangan kesabaran. “Lily mau ketemu Bunda.” Lily menangis dan merengek ingin melihat Risha karena sejak kemarin tidak boleh menjenguk. Haris melihat Lily yang menangis sampai mau berguling di lantai, akhirnya dia mencegah dan mengangkat Lily. “Baiklah, tapi janji Lily harus patuh pada paman,” ucap Haris akhirnya menuruti keinginan Lily. Lily mengangguk-angguk membalas ucapan Haris. Haris mengusap kepala Lily, dia tak punya pilihan lain selain mengajak Lily pergi ke rumah sakit. Haris harus berjuang melewati satpam bahkan dokter di pintu masuk agar Lily diperbolehkan pergi ke kamar Risha, ini karena aturan Rumah sakit tidak memperbolehkan anak kecil berada di sana.Seolah paham, Lily benar-benar menuruti permintaan Haris setelah melihat Pamannya itu berdebat dan berjuang agar dirinya bisa ke dalam.Lily meminta turun dari gendongan haris dan ber

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   168. Tak Bisa Kehilangan

    Di rumah sakit jiwa. Sevia memperhatikan orang-orang yang dirawat di sana, semua pasien di sana ternyata tidak sepenuhnya gila total, ada beberapa yang memang terganggu saja mentalnya. Sevia melihat makanan yang disediakan rumah sakit, dia merasa makanan itu sangat tidak layak dan menjijikkan. Dia tidak mau makan, lalu meletakkan piring dengan kasar. Sevia keluar dari kamar begitu juga dengan pasien lain untuk menghirup udara segar. Sevia melihat ada pasien sedang makan makanan yang ternyata kiriman dari keluarga, membuat Sevia berpikir untuk mengambilnya. Lagi pula mereka gila, kan? Pasti tidak bisa melawan. Sevia mendekat ke pasien lain yang tidak dijaga perawat. Dia melihat ada makanan enak di rantang pasien itu, membuatnya langsung mengambil dan memakannya dengan cepat. “Jangan!” teriak pasien itu karena Sevia mengambil makanannya. Sevia tidak menggubris dan tetap makan. “Itu makananku, dasar pencuri!” teriak pasien itu histeris. Perawat yang mendengar langsung mendekat, d

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Kebaya Yang Pas

    Haris tertawa terbahak-bahak setelah Alma menceritakan tentang kecemasannya. Alma tidak memberitahu Haris bahwa pikirannya itu berasal dari ucapan Rara.“Apa kamu ingat golongan darah orang tuamu?” tanya Haris.“O dan B,” balas Alma.“Lalu golongan darahmu sendiri?”“B.” Alma menjawab singkat seperti orang yang takut membuat kesalahan.“Jadi coba kamu pikir, golongan darahku A, berapa persen kemungkinan aku ini sedarah denganmu? Ada-ada saja,” kata Haris.Pria itu lantas menutup laptopnya dan berdiri.“Sudah jangan berpikiran macam-macam, aku senang kamu bisa sampai di sini,” ujar Haris. “Tidak ada staf yang menggunjingmu lagi ‘kan?” tanyanya sambil merapikan rambut Alma yang sedikit berantakan.Alma merasa berdebar lagi seperti pagi tadi, pipinya bersemu merah.“Kita bisa pergi sekarang ‘kan?” Alma mundur satu langkah, dia tersenyum canggung lalu membalikkan badan.Alma buru-buru berjalan menjauhi Haris sambil memegang erat tali tas yang melingkar di depan dada.Haris buru-buru menyu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Tes DNA?

    Pagi itu untuk pertama kali Haris merasa senang duduk di meja makan.Pembantu terus saja menggoda dengan berkata masakan Alma memang sangat luar biasa.Alma sendiri tersenyum malu mendengar pujian itu, dia duduk tepat di seberang Haris. Alma sesekali memandang pada Haris, pria mapan, tampan dan baik hati itu masih tidak dia percayai memiliki perasaan padanya.“Sepertinya makananmu itu tidak akan berkurang kalau kamu hanya melihatku, dan tidak menyuapkannya ke dalam mulut,” ucap Haris tanpa memandang ke Alma.Mendengar itu pembantu rumah tidak bisa menyembunyikan senyum, sedangkan Alma menunduk menahan malu.“Ini sudah berkurang banyak,” jawab Alma seraya menyembunyikan rasa malu.**Setelah sarapan Haris berangkat ke kantor dan Alma mengantarnya sampai ke depan.Meskipun ragu, tapi Alma memberanikan diri meminta izin ke Haris untuk pulang ke rumahnya hari itu.“Aku harus membereskan rumah, aku juga meninggalkan cucian piring kotor, jika tidak diurus bisa-bisa berjamur,” kata Alma.Ala

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Memelukmu

    Alma tak menyangka Haris akan menahannya di rumah pria itu. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima dan mengikuti apa keinginan Haris. Bahkan seperti apa yang pria itu katakan, sudah ada banyak baju untuknya di sana.Meskipun agak canggung kepada pembantu rumah, tapi Alma mencoba untuk bersikap baik.Seperti pagi itu, dia bangun pagi lantas pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan.Awalnya pembantu rumah Haris kaget bahkan memohon Alma untuk tidak melakukan itu. Namun, Alma bersikeras, dia berkata tidak mau menumpang dan makan secara cuma-cuma di sana.“Sudah sewajarnya, karena Mba Alma calon istri Tuan Haris.”Ucapan pembantu membuat Alma menghentikan gerakan tangannya memotong wortel, dia menoleh karena kaget.Bagaimana bisa pembantu rumah tahu kalau dia calon istri Haris?“Apa Pak Haris bilang aku ini calon istrinya?” tanya Alma setengah tak percaya.“Iya, dia bahkan meminta kami menjaga Mba Alma seperti menjaga keluarga sendiri,” kata pembantu itu. “Syukurlah kare

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 7 : Masih Saja Jomlo

    Keesokan harinya. Andre sudah bersiap pergi bersama Adhitama untuk mengurus masalah di anak cabang perusahaan Mahesa yang terdapat di Jogja.Mereka sarapan lebih dulu di restoran hotel, ada Risha dan Lily juga di sana.“Semalam Anda pergi ke mana, Pak?” tanya Andre. Dia tampak menekuk bibir saat melihat Adhitama hanya diam seolah tak mendengar pertanyaannya.“Kita jalan-jalan, Om Andre mau, tapi pas diketuk-ketuk pintunya, Om Andre tidak keluar,” jawab Lily.“Hampir saja aku pikir kamu mati di kamar,” ledek Adhitama, “tapi mendengar suara dengkuranmu yang seperti babi, aku yakin kamu hanya tidur,” imbuh Adhitama.Andre memasang wajah masam. Dia malu lalu melihat Risha yang tertawa.“Mana mungkin kamar di hotel bintang lima tidak kedap suara,” balas Andre.Adhitama dan Risha sama-sama menahan tawa.Andre memilih menyantap makanannya, saat itu dia melihat Mahira masuk restoran bersama kedua orang tuanya.Lily melihat Mahira, dia menatap benci karena sudah dibuat menangis oleh gadis itu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 6 : Keluarga Aneh

    Ternyata, saat Andre tidur, Adhitama mengajak Risha dan Lily pergi keluar. Mereka pergi ke alun-alun kidul Jogja dan duduk-duduk di sana.Lily sangat senang. Anak itu sibuk bermain gelembung sabun sampai tertawa begitu bahagia. Dia berlari-lari sambil tertawa senang mengejar gelembung yang berterbangan tertiup angin.“Padahal sudah malam, tapi anak-anak masih betah main begituan,” kata Risha mengamati beberapa anak kecil yang juga bermain gelembung seperti Lily.“Namanya juga anak-anak,” balas Adhitama.Mereka duduk memakai tikar plastik yang tadi dibeli dari penjual seharga sepuluh ribu. Risha hanya tersenyum menanggapi balasan Adhitama dan terus memperhatikan Lily yang sedang bermain.Sudah lama tidak melihat Lily sesenang itu saat berlarian. Risha lega putrinya bisa kembali ceria. Risha masih memandang ke arah Lily, lalu melihat anak itu berbicara dengan anak kecil seusianya.Adhitama juga memperhatikan sang putri, sebelum memalingkan pandangan lalu menyandarkan kepala di pundak Ri

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 5 : Gadis Aneh

    Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 4 : Usil

    Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 3 : Ada Apa Dengan Haris

    Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 2: Tidak Berkontribusi

    Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru

DMCA.com Protection Status