Dinda duduk gelisah di kamarnya, dari tadi dia menanti kedatangan Indra, namun tak jua datang.
"Apa Indra sebenci itu kepadaku, sampai harus meninggalkanku di kamar seperti ini!" gumam Dinda."Andai saja aku dan Nisa masih seperti dulu, mungkin aku bisa berbagi keresahan sama dia! Huh... gara-gara insiden hari itu, persahabatanku dan Nisa harus renggang begini! Nggak mungkin aku menanyakan Indra sama Nisa, 'kan?" ucap Dinda sambil berjalan mondar-mandir di kamarnya.Untuk menghilangkan kekhawatirannya, Dinda menonton drakor di hapenya, Dinda terus menonton film kegemaran kaula muda itu, entah sudah berapa film yang ia tonton, namun Indra belum juga datang.Mungkin karena efek kehamilannya yang mudah ngantuk, Dinda akhirnya tertidur tanpa tau kemana suaminya menginap malam itu.Pagi harinya, saat bangun dari tidurnya, Dinda tak jua menemukan Indra di kamarnya, Dinda turun dari tempat tidur berjalan ke kamar mandi, siapa tau saat Dinda teNisa sadar siapa dirinya, seorang wanita miskin tanpa pendidikan tinggi, bahkan sudah menikah dua kali. Sementara Rasya, laki-laki kaya dan mapan, dengan latarbelakang yang baik, tak pantas rasanya jika harus mendapat pasangan hidup, dari wanita yang jelas sisa dari banyak laki-laki.Belum lagi jika keluarga Rasya, yang pastinya orang-orang dari kalangan elite, pasti mereka akan menentang keinginan putranya.Jika hal itu yang terjadi, maka....! Hal yang pernah terjadi dalam rumah tangganya akan kembali terulang.Nisa tak sanggup membayangkan, apalagi menjalani biduk rumahtangga, yang cepat atau lambat, akan kembali mengalami kehancuran, hanya karena kendala restu dan orang ketiga."Maafkan aku Mas, aku nggak bisa menerima Mas Rasya!" ucap Nisa datar."Nisa...! Apa maksud kamu, Nis?" tanya Rasya sambil memandang lekat wajah cantik Nisa. Rasya sama sekali tak pernah menyangka, jika Nisa menolak tegas keinginannya."Maaf Mas, aku ga
Nisa hanya melihat taksi yang dipesannya menjauh, ia berbalik menatap Rasya "Apa maksud Mas Rasya, mengatakan aku adalah istri Mas Rasya?" tanya Nisa geram."Hehe...maaf! Tapi sebentar lagi juga, kamu bakal jadi istriku! Anggap aja latihan!" jawab Rasya sambil memainkan alisnya."Haah...!" Nisa kesal dengan kelakuan Rasya, namun dia juga tak mampu melakukan apapun di tempat terbuka seperti ini."Maaf ya, sekarang kita pulang yuk!" bujuk Rasya lembut.Karena malas berdebat, Nisa akhirnya mengalah dan mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Rasya, dengan terpaksa Nisa akhirnya mengikuti keinginan Rasya, untuk mengantarnya pulang.***"Heii....! Lepaskan aku, aku lapar, apa kau ingin membunuhku, hah! Dari tadi malam, aku belum mencicipi makanan sedikitpun!" teriak Indra pada pria bertubuh kekar, berkepala botak namun tertutup oleh topi hingga menyamarkan wajahnya, yang dari tadi selalu memandangnya tajam."Diam
Frass semakin meningkatkan permainan tangannya, sambil melepaskan pakaian Sherly sehelai demi sehelai."Aahh....sstt..! Iya Om, jadikan aku pelacur jalang Om malam ini! Ouugh....ahh..aku akan memberi kepuasan pada Om, karena Om sudah memberi kepuasan dalam bercinta, juga kemewahan dalam segala kebutuhanku, yang tak mampu terpenuhi oleh suamiku!" ucap Sherly semakin tak terkontrol."Bukankah kamu telah memiliki suami, sayang? Mengapa kamu masih mau menjadi pemuas nafsu Om, hmm?" pancing Frass lagi."Aahh.... suamiku itu payah Om! Jangankan memberi kepuasan batinku, bahkan untuk memenuhi kebutuhan harianku saja susah!" jawab Sherly semakin tak karuan."Oh ya..? Apa kamu tidak takut jika dia mengetahui kelakuan liarmu begini?" "Dia gak bakal tau Om! Mas Arman itu orangnya ambisius dalam berkerja, dia tidak akan memikirkan hal yang dianggapnya gak penting!" Frass telah menelanjangi tubuh Sherly hingga tak tersisa selembar benangpun
Setelah kepergian semua bawahannya, Frass kembali melihat rekaman adegan Sherly yang digilir tiga pria bertubuh besar dan berotot, yang semuanya adalah orang-orang yang terbiasa dengan dunia malam."Hmm... tunggu sebentar lagi! Saat itu tiba, aku akan menghancurkan semua karir dan kehidupan rumah tanggamu! Dan akan aku pastikan, jika keluarga suami sombongmu itu, akan menerima balasan atas apa yang pernah mereka lakukan pada cucuku!" ucap Frass dengan wajah devil.***Begitu sampai di rumahnya sekaligus Rumah Makannya, Nisa segera turun dari mobil Rasya, dan tanpa mengucapkan sepatah katapun, Nisa pergi begitu saja. Menurutnya sudah cukup dia mengikuti kemauan Rasya dari tadi."Lho... Nis, nggak nawarin aku mampir dulu, nih?" tanya Rasya menggoda Nisa.Nisa berbalik menatap Rasya "Tuan Rasya yang terhormat, silahkan pulang ya? Saat ini, rumah saya tidak menerima tamu!" ucap Nisa selembut dan seramah mungkin."Hahaha....! Kamu sem
Hari menjelang malam, Indra terbangun saat merasakan dingin di tubuhnya. Saat dia ingin bangkit, Indra merasakan seluruh tubuhnya hancur, dan seakan tidak bisa lagi digerakkan.Melihat sekelilingnya, ternyata dia berada di pinggir jalan yang lumayan jauh dari rumah penduduk."Brengsek, siapa mereka sebenarnya! Aku harus mencari tau, siapa orang dibalik penculikanku!" monolog Indra."Tolong, tolong...!" Indra mencoba berteriak walau dengan suara yang tertahan nyaris tak terdengar. Indra terus berteriak semampunya, namun karena tempat itu sepi, dan kendaraan yang lewat juga tidak terlalu sering, membuat suara Indra tak terdengar.Setelah beberapa jam berusaha, namun tak jua ada bantuan, Indra akhirnya menyerah. Dia hanya bisa pasrah pada pertolongan tuhan, agar mendatangkan seseorang untuk menolongnya. Tapi Indra masih meratapi, nasibnya yang begitu menderita.Keesokan harinya, seorang pria tua, yang kebetulan hendak pergi ke kebun begitu k
Sejak peristiwa malam itu, Nisa jadi lebih sering termenung. Kata-kata Rasya, yang mengkhawatirkan, jika besar kemungkinan ia akan hamil, selalu mengganggu pikirannya."Apa yang harus aku lakukan, jika nanti aku benar-benar hamil?" gumam Nisa sendiri."Siapa yang hamil, nak?" tanya pak Faisal yang baru datang dari mengantar cucunya sekolah."Oh, eh..Anu, itu Yah!" jawab Nisa gugup, karena tak menyadari kehadiran ayahnya.Melihat putrinya panik dan gugup, pak Faisal merasa curiga. Tidak biasanya Nisa bertingkah seperti itu, walau ada masalah sekalipun."Ada masalah apa, nak? Apa karena batalnya pernikahan, membuat kamu jadi seperti orang yang hilang konsentrasi?" tanya ayah Nisa."Ah, anu...Nisa nggak apa-apa kok, Yah!" jawab Nisa serba salah.Pak Faisal diam mendengar jawaban yang terkesan menutupi sesuatu. Tapi, sebagai orang tua, pak Faisal tidak mau jika putrinya menanggung beban masalah sendiri.Nisa merasa
Rasya duduk di kursi putar kebesarannya, namun dia tidak melakukan apapun. Dari tadi dia hanya memandang handphonenya, sambil tersenyum sendiri."Hhah..tak kusangka, walau sudah mendapatkan dirimu seutuhnya, tapi masih perlu perjuangan untuk memiliki kamu, Nisa!" ucap Rasya sambil menatap lekat foto Nisa di handphonenya."Walau kamu gak mungkin hamil untuk saat ini, tapi jangan harap aku akan melepaskan kamu gitu aja!" Saat kejadian malam itu, Rasya sengaja tidak membuang spermanya di dalam, tapi ia sengaja membuangnya di luar. Bukannya dia tidak ingin Nisa mengandung anaknya, tapi dia pasti tau, jika Nisa tidak akan semudah itu menerimanya, walaupun dia telah mengandung anak dari Rasya.Tapi dia sengaja merahasiakan itu dari Nisa, dengan harapan agar Nisa mau menerima ajuan pernikahan darinya, walau akhirnya tetap ditolak, Rasya tak semudah itu untuk mudah menyerah."Tok...tok...!""Masuk...!" Rasya meletakkan handpho
Rudy memeluk Istrinya, "Tenang sayang, jika itu menjadi beban kamu! Mas akan antar kamu menemui mantan istri Kak Arman!" ujar Rudy menghibur."Aku nyesal, Mas! Saat itu, aku terlalu jahat buat dia, bahkan karena kata-kataku kak Arman berpisah dengannya!" "Apa...? Apa kamu sadar Bella, jika kamu sudah melakukan dosa besar, karena memisahkan pasangan yang telah disatukan Allah!" Rudy tak menyangka jika kelakuan istrinya dulu begitu jahatnya."Maaf Mas! Saat itu, aku terlalu kekanakan sampai tak pikir panjang! Apalagi karena ancaman Mbak Sherly!" jawab Bella."Ancaman Mbak Sherly..? Apa maksudnya Bella!" tanya Rudy penasaran."Iya...Mbak Sherly merekam kejadian saat kita keluar dari kamar hotel! Aku takut jika rekaman itu sampai jatuh ke tangan kak Arman dan Mama! Makanya aku ngikutin perintah Mbak Sherly!" Lalu Bella menceritakan bagaimana dia diancam Sherly dan akhirnya menjalankan rencananya, hingga menyebabkan perceraian antar