"Igor, tambahkan lagi dagingnya untuk majikanmu. Sepertinya mereka berdua kelaparan," sindir Stepan.
Ia tersenyum seperti biasa. Tapi aku tahu ... lirikan mata hitam arangnya itu tajam ke arahku. Sungguh aku tidak berani membalas. Aku cuma memandangi piringku yang mulai dipenuhi hidangan-hidangan nikmat siang ini.
Aku menelan ludah. Apa dia marah karena melihatku dan Alexey bercumbu sembarangan? Oh Tuhan .... Ini semua gara-gara pria itu!
"Iya aku lapar sekali," timpal Alexey santai.
Aku melirik takut-takut ke arahnya. Pria itu terlihat biasa saja, seolah kejadian pagi ini bukan apa-apa baginya. Bisa-bisanya dia sesantai ini?! Benar-benar membuatku kesal.
"Hah.
Keluarga inti Alexey sudah bisa kuatasi. Pelayan juga sudah mulai memberikan senyum dan rasa hormat mereka padaku. Aku bisa menaksir jika itu semua tulus. Kau tahu? Kurasa tak terlalu buruk tinggal di sini."Sudah semua,my lady," kata seorang pesuruh di dapur."Baiklah!" kataku kembali bersemangat.Kotak terakhir sudah berada di kereta kuda. Aku agak berkeringat. Setelahnya Yulia dan Elena langsung membantuku untuk mandi dan berdandan. Aku tidak mau memakai gaun yang terlalu mewah dan merepotkan. Cukup gaun biru gelap yang sederhana dengan pita di pinggang, juga sebuah topi kecil yang muat di kepala.Sempurna, batinku saat melihat ke cermin. Tidak terlalu mewah seperti jadi tamu pesta. Siang ini aku a
"Ehem. Terimakasih sudah bersedia menerimaku untuk makan bersama dengan kalian, wahai para ksatria. Terimakasih sudah mendedikasikan hidup dan kehormatan kalian semua pada keluarga Korzakov, keluarga kami. Aku merasa sangat terhormat bisa menjadi bagian dari kalian semua," tandasku. Kuakhiri dengan membungkuk kecil pada mereka.Aku bisa melihat mereka terkesiap. Mungkin kagum atau apa."Sebuah kehormatan bagi kami,my lady."Kata salah satu dari mereka. Mungkin yang jabatannya cukup tinggi, jadi perwakilan.Setelah aku duduk, mereka pun ikut duduk. Lalu Alexey mengangkat tangannya mempersilahkan semuanya untuk makan. Pria-pria itu mulai makan dengan lahap. Alexey juga mulai menyendok sup dagingnya deng
Kemarin melelahkan sekali. Aku sampai tidak ingat obrolanku dengan Alexey saat kami makan malam. Rasanya tidurku semalam nyenyak sekali.Saat kubuka mataku pagi ini ... ada yang berbeda. Wajah pertama yang kulihat pagi ini ... Alexey Korzakov.Ia masih terlelap dengan damai, tenang. Padahal cahaya matahari sudah merasuk ke kamarku. Tapi ... kenapa dia belum bangun? Bukankah biasanya dia sudah pergi ke barak subuh-subuh?Eh. Apa jangan-jangan?!"A-Alexey ...," lirihku sambil menyentuh bahunya yang agak dingin. "Alexey ...?" lirihku lagi.Mata birunya perlahan terbuka. Huh. Sukurlah. Kukira dia ....
Lady Nina Petrenko. Aku tidak pernah mendengar namanya. Kata Vadim dia adalah seorang janda yang berkelimpahan. Bisa dibilang, Lady Petrenko orang yang cukup disegani di pergaulan kelas atas. Aku tidak tahu dan tidak bisa mengira dia orang yang seperti apa.Apakah dia disegani karena janda kaya raya? Kalau itu alasannya, seharusnya orang-orang di pergaulan kelas atas akan menghormatiku lebih lagi.Kereta kudaku tiba di sebuah mansion dengan pagar besi tinggi yang penuh dengan sulur-sulur dedaunan hijau. Ada bunga warna-warni kecil yang menghias di sela-selanya. Ini memang terlihat seperti mansion tua yang penuh dengan tanaman-tanaman di sana-sini.Saat turun, ada pelayan yang menyambut kami."Salam,
"K-kalau itu ... s-saya tidak begitu ingat, Lady," aku terbata.Lidiya dan Klara saling memandang. Alis mereka mengernyit kompak."Tidak ingat?""Apa Tuan Duke tidak memberi Anda mansion mewah, Nyonya Duchess? Tapi pernikahan Anda berdua jauh lebih mewah dibandingkan waktu dengan Prinsessa Sofia. Masa Tuan Duke tidak memberi hadiah mansion?"Bibirku terkulum. Jari-jariku saling berkait di bawah meja. Aku kehabisan kata-kata! Oh bagaimana ini?! Mereka pasti akan membanding-bandingkan hadiah perkawinanku dengan Prinsessa Sofia di pergosipan nyonya-nyonya bangsawan."Selamat siang, maaf saya terlambat," suara seorang pria memotong obrolan kami.
Aku tidak mendapati Alexey di sebelahku pagi ini. Aku jadi terlambat untuk menarik permintaan konyolku semalam. Hhh. Sudahlah. Aku akan bilang padanya nanti siang.Hari ini aku lebih luang. Tidak ada agenda istimewa dari Vadim. Aku memutuskan untuk melanjutkan membuka hadiah pernikahan dari Alexey. Siapa tahu aku menemukan barang menarik yang bisa aku sombongkan di pergaulan kelas atas.Satu persatu aku buka. Sepatu-sepatu. Perhiasan. Barang-barang antik entah apa yang tidak pernah kulihat. Mungkin dari benua lain. Gaun-gaun. Kipas, topi, bros. Semuanya terlihat mahal dan seperti dikerjakan oleh pengrajin nomor wahid di kekaisaran.Sampai aku di sebuah kotak hadiah yang kecil, dilapis kertas berwarna emas dan terdapat tanda simbol keluarga Korzakov. Lambang singa emas.
Setelah kujelaskan panjang lebar pada arsitek Alexey, aku pun meminta untuk kembali ke mansion keluarga kami. Bersama arsitek, Yulia dan Elena, beberapa ksatria ... dan ...."Masih jauh ya?" tanya Alexey sambil memandangi padang rumput dari jendela kereta kuda.Alexey. Entah mengapa dia meminta ikut ke mansion. Padahal kuyakin dia adalah pria yang sibuk."Sebentar lagi sampai. Itu mansionku."Aku menunjuk bangunan rumah besar yang berdiri di tengah kebun dan padang rumput.Kalau dipikir-pikir, Alexey memang belum pernah mengunjungi kediamanku. Kami menikah begitu saja, dan hanya pelayan-pelayan serta ksatria lah yang menjemputku dari kediaman. Mungkin dia akan
"Ayah, kalau jumlahnya segini bagaimana?" kataku sambil menunjukkan hitung-hitungan yang baru saja kuselesaikan.Ayahku, Baron Anton Levitski. Orang paling kaya di desa ini. Tuan tanah Barony Levitski. Belum ada kerutan atau rasa sakit di sana. Kepala botaknya mengilap bersih dengan wajah yang segar.Ia mengangguk-angguk memandangi buku keuangan di tanganku. Jemarinya memegangi dagu."Hitunganmu semuanya benar, Anya," pujinya sambil mengelus rambut hitamku. Tinggiku hanya seketiak ayah. Umurku masih dua belas tahun. "Kau berbakat jadi mandor ayah rupanya," kemudian aku bisa mendengarnya terkekeh puas. Pria itu bertandas pada sebuah tongkat kayu mahal untuk menyeimbangkan tubuhnya dari kaki kiri yang pincang.Suara d
Kami menuju perjalanan pulang. Aku dan Seva sudah berjanji untuk sering-sering mengirim surat mulai sekarang. Alexey juga berpesan pada Maxim, supaya dia tak perlu segan untuk meminta bantuan apapun jika diperlukan.Aku lega. Rasanya seluruh beban di pundakku terangkat. Aku tidak pernah merasa seringan ini.Meskipun begitu, aku kepikiran dengan pertanyaan Seva waktu itu. Seva mungkin tidak tahu banyak hal, tapi yang jelas dia jauh lebih tahu soal cinta daripada aku.Apa aku mencintai Alexey?Aku meliriknya. Sedari tadi ia masih menggenggam tanganku. Pria itu memandang keluar jendela kereta kuda. Hari mulai sore. Mungkin sebentar lagi kami akan tiba di kediaman, di Kota Balazmir. Di kastil yang menjulang paling tingg
Pipiku masih basah air mata, tapi bisa-bisanya Alexey punya pikiran seperti itu. Padahal barusan dia melihatku menangis hebat hingga sesenggukan. Dasar aneh.Aku tidak ingat kapan terakhir kali kami bercumbu atau bercinta. Sepertinya sudah lama sekali. Tapi di sinilah ia. Di tengah kunjunganku yang jauh dan melelahkan ke tempat adikku yang telah lama tidak bersua, dia malah merampas bibirku semena-mena.Kedua tangan Alexey menangkup wajahku, berusaha menguasaiku. Sementara bibirnya kian melumat seluruh mulutku. Aku tidak melawan, tentu saja. Meski ini begitu tiba-tiba, aku menikmatinya. Aku merindukan lelaki ini.Alexey melepas singkat ciuman kami. Ia memandangiku dekat."Manis," gumamnya. Kemudian ia kembali menciu
"Seorang janda menikahi ksatria dari bangsawan kelas rendah," ucap Seva luwes. "Aku sudah sering mendengar itu kok. Kalau mau bicara begitu, langsung saja. Aku tidak akan tersinggung, Your Grace~," cemooh Seva dengan nada memuakkan."Seva ... aku tidak-.""Lady Seva, aku sama sekali tidak mengungkapkan kalimat yang merendahkanmu, atau calon suamimu."Aku terkejut mendapati Alexey yang kian tenang. Sementara Maxim beringsut kebingungan. Aku juga mulai risau. Takut mereka berdua akan menghadapi apa yang mereka tidak ketahui soal Alexey. Bahwa dia adalah pria yang berbahaya."Aku tidak ada bedanya dengan Anda dan Kakak, Your Grace.""S-Seva ... apa maksudmu?"
"Kukira kau akan senang karena akan bertemu dengan adikmu," kata Alexey tiba-tiba."Maksudmu?""Kita sudah dua hari melakukan perjalanan jauh untuk datang ke pernikahan adikmu. Kukira kau akan senang."Tempat Seva memang jauh. Kediaman mereka dari wastuku di desa mungkin lebih jauh lagi. Seperti ada di ujung dunia. Bisa empat hari perjalanan. Sedangkan tempat Alexey sekarang hanya butuh dua hari."Bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya."Yang terdengar kini adalah suara derap kaki kuda yang riuh menjejak tanah. Mungkin hanya beberapa jam lagi kereta kuda kami beserta iring-iringan ksatria sampai di kediaman Marchioness Seva Gusev. Adikku.
'Untuk adikku terkasih, Marchioness Seva Gusev.'Penaku telah melumuri kertas putih begitu kontras, tetapi tanganku berhenti.Selepas Paman Dimitri ditangkap, diadili dan dicabut gelarnya, situasi memburuk. Mereka bilang saat pengadilan berlangsung, dia menyebut-nyebut namaku. Meneriak-neriakkannya hingga melengking dan bikin suara serak. Namun kuasa hukum keluarga kami melakukan pekerjaannya dengan baik. Dia mewakiliku menjelaskan dan mengatakan segala yang diperlukan. Hingga aku sama sekali tidak perlu datang. Toh dari awal aku bukanlah tersangka.Meskipun begitu, aku dengar Alexey bicara pada Vadim tempo hari."Anya tidak boleh melihat orang itu lagi," begitu katanya. "Jangan pernah!"
Makan malam.Aku dan Alexey masih belum bicara. Rasanya aku sangat lelah. Badanku pegal-pegal.Dmitri dibawa ke rumah tahanan bangsawan untuk penyelidikan. Nampaknya kejadian ini begitu serius. Aku tahu bangsawan bisa dicabut gelarnya apabila mereka melakukan pengkhianatan atau kegiatan-kegiatan kriminal lainnya. Aku baru pertama kali melihat sendiri kasus berat yang membuat orang lain terancam dengan pencabutan gelar."Apa kau mengkhawatirkan pamanmu?" tanya Alexey. Sepertinya ia menatap iba padaku.Aku menggeleng pelan. "Tidak.""Kau tidak makan?"Aku menghela. Daging panggang di atas piring rasanya tida
Aku, Igor, Vadim, Alexey, Dmitri dan ... dua orang lagi yang kelihatannya sangat penting. Mereka adalah pegawai pemerintah, dari pengadilan.Dmitri begitu sumringah ketika dia tahu siapa orang-orang itu. Hanya dengan satu kalimat darinya, kami bisa langsung diseret ke gereja dan pengadilan untuk bercerai. Dia masih waliku."Saya tidak sangka kalau akan secepat ini, Your Grace. Apa Anda memang sangat buru-buru menginginkan restu dari saya?" katanya setengah mencemooh."Aku ingin menyelesaikan perkara aset-asetmu, Baron Levitski.""Tentu, tentu," jawab Dmitri dengan anggukan yang percaya diri. "Lebih cepat lebih baik. Aku tinggal tanda tangan untuk surat serah terimanya saja kan? Sesuai yang kita sepakati. Setelah itu
Entah sudah berapa lama aku cuma berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Gelisah. Bibirku merengut dengan kepalaku yang mungkin sudah berasap"Duh ... bagaimana ini," gumamku lirih."Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda, my lady?" tanya Yulia menggugahku. Wajahnya yang kalem nampak seperti dia akan mematuhi perintahku tanpa pertanyaan."Hhh. Bukan apa-apa. Kau ... tidak perlu khawatir.""Apa ini soal paman Anda, my lady?"Kakiku berhenti dengan sendirinya, aku memandang Yulia lemas."Ya. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," keluhku lirih. "Aku cuma ingin dia segera pergi dari rumah ini. Aku t
"Apa maksudmu?! Aku berhutang?! Justru kaulah yang membuatku membayar semua utang-utang yang kau tinggalkan! Sementara kau kabur seperti pengecut!"Susah payah aku menahan suaraku agar tak berteriak di ruang tamu."Hehe. Kau kira aku orang bodoh, hah?" sindir Dmitri. "Kau kira kau bisa membodohiku? Kau pikir aku tidak tahu berapa nilai asetku jika dibandingkan dengan utang-utangku?" Dmitri mulai menaikkan suaranya padaku."Asetmu?!" pekikku jengkel. "Bunga utangmu membengkak! Mansion, gudang dan pabrik kita bahkan tidak bisa melunasi semuanya!" sanggahku. Aku sudah tidak bisa menahan diri. Kubiarkan Vadim yang sedari tadi berdiri di sudut ruang tamu mendengarku. Aku sudah masa bodoh. "Kerjamu cuma minum-minum dan berjudi!"