Wina kembali ke ruang rawat sang cucu, dia pun menceritakan apa yang barusan terjadi padanya. "Pa, tadi Mama hampir ketabrak mobil," kata Wina sembari duduk di sofa bersebelahan dengan sang suami. Dirga yang tengah memainkan ponselnya pun segera melihat wajah istrinya. "Mama, baik-baik saja kan?" tanyanya dengan perasaan was-was. Dirga pun memperhatikan kondisi istrinya dia terlihat sangat khawatir. "Mama nggak papa, tapi ada yang aneh," ucap Wina lagi. "Apa?" tanya Dirga dengan serius menatap wajah sang istri. "Ceritanya lebay, ini seperti direncakan," ucapnya. "Direncanakan bagaimana?" tanya Dirga yang kian semakin penasaran dengan maksud sang istri. "Mama hampir ketabrak, tapi anehnya malah David yang menolong Mama," ucapnya dengan sinis. "David menolong, Mama?" "Iya, dia yang akhirnya kecelakaan." "Lalu, bagaimana keadaannya sekarang?" "Papa, kok jadi bertanya tentang dia?" Wina tampak kesal karena Dirga malah mempertanyakan tentang David. "Dia kan suda
Lisa menangis sambil terus berjalan, dia tak menyangka jika hidupnya akan menjadi seperti ini. Setelah semua yang terjadi dia pikir akan membuat hidupnya lebih baik, sayangnya tidak. Justru semuanya hanya sebatas mimpi semata. Kini dia dicampakkan begitu saja bagaimana sampah yang dibuang dengan mudahnya. Miris bukan? Namun, ada lagi hal yang mengejutkan dirinya, beberapa polisi mulai berjalan ke arahnya. Ada apa dengan dirinya hingga dihampiri oleh polisi? "Anda harus ikut ke kantor!" ucap salah satu dari mereka. "Salah saya apa, Pak?" tanya Lisa yang sepertinya tidak menyadari kesalahannya. Mungkin dia pikir menabrak seseorang dengan sengaja bukan satu kejahatan yang harus dipertanggungjawabkan. "Anda pelaku tabrak lari!" Lisa pun pun tersadar setelah tahu apa yang barusan dia lakukan adalah perbuatan kriminal. Lalu siapa yang akan menolongnya? Tidak ada, dia sendiri, bahkan Erwin pun tidak mungkin mau menolongnya. Hubungan mereka berakhir dengan cara ya
"Jadi, yang hampir menabrak Mama itu adalah Lisa?" Wina pun semakin dibuat syok. Bagaimana tidak, dirinya telah begitu yakin David adalah pelakunya, tapi ternyata orang lain. Orang yang tak pernah dia sangka akan melakukan hal tersebut. Lagipula kenapa bisa Lisa melakukan hal tersebut, setahunya Ayunda begitu akrab dengan Lisa. "Tadi pagi Lisa datang ke rumah, Ma. Dia marah-marah karena alasan yang menurut Yunda nggak jelas," kata Ayunda lagi. "Tapi, Mama udah terlanjur menuduh David yang merencanakan semuanya, ternyata David yang nolongin Mama," ucap Wina lagi dengan perasaan malu. "Mama, di tolongin David?" "Iya. Tadi kakinya sampai diperban gitu." "Ada-ada saja," gerutu Ayunda. Saat itu ponselnya kembali berbunyi dan masih dari orang yang sama. Ayunda pun langsung menjawabnya dan berkata. "Aku tidak bisa melakukan apapun, silahkan hubungi langsung orang yang telah kau tabrak!" Setelah mengatakan itu Ayunda pun memutuskan panggilan sepihak. Sepertinya Ayund
Akhirnya setelah beberapa hari berada di rumah sakit baby Ken sudah diijinkan untuk dibawa pulang ke rumah. Tentunya Ayunda merasa sangat lega, berharap setelah ini anaknya tak akan sakit lagi. Apa lagi sampai dirawat di rumah sakit, bayi sekecil itu harus merasakan perawatan yang cukup serius. Rasanya sangat memprihatikan. Saat Ayunda sedang sibuk memandikan anaknya tiba-tiba saja seorang pembantu mengatakan bahwa ada David dan ibunya datang. "Non, ada Tuan David dan ibunya di depan, saya bingung. Mau disuruh masuk atau bagaimana," kata pembantu tersebut karena mengetahui hubungan antara kedua keluarga ini tidak baik-baik saja. Namun, tiba-tiba saja Wina menyela pembicaraan saat Ayunda akan berbicara. "Suruh saja mereka masuk," kata Wina. "Baik, Bu." Ayunda pun menatap wajah sang ibu penuh tanya. Dia bingung kenapa bisa mengijinkan David dan Mamanya masuk. Biasa Wina akan sangat murka meskipun hanya mendengar nama David disebutkan. Jika hanya Hera tidak masala
"Hay," sapa David. Ayunda pun terkesiap melihat wajah David di hadapannya. Dia tidak mengerti mengapa bisa ada David di dalam kamarnya. Untung saja dia tidak sedang berganti pakaian, bayangkan saja bertapa malunya jika sampai terjadi. Tapi David sudah dua kali melakukan ini, dia masuk ke dalam kamar secara diam-diam entah bagaimana bisa. "Kenapa kamu berani sekali masuk ke kamar ku?!" tanyanya. "Kenapa tidak?" tanya David kembali. "Bagaimana jika ada yang melihat?!" tanya Ayunda lagi. Ayunda mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang begitu luar biasa. Rasanya sulit untuk bisa mengendalikan kesabaran diri jika sudah seperti ini. "Paling kita di nikahin," jawab David dengan santainya. Tapi Ayunda yang tidak merasa senang dengan jawaban David. "Keluar!" usir Ayunda sambil menunjuk arah pintu, "kamu ke sini cuman melihat Ken kan? Jika sudah melihatnya segera pulang!" "Enggak, sebenarnya aku juga pengen ketemu kamu," terang David. "Pergi nggak!" pekik Ayun
"Ayunda, maafkan aku," ucap David terus-menerus. Semetara Ayunda sudah semakin takut jika saja Wina memutar gagang pintu, pintu yang tidak terkunci pasti akan langsung terbuka. Tidak. "Kamu kok ngeyel banget sih? Aku bilang pergi!" Sudah dua kali David masuk ke kamarnya diam-diam, entah bagaimana caranya Ayunda juga tidak tahu. Atau mungkin David memiliki kelebihan sebagai maling yang suka masuk ke rumah atau kamar orang lain diam-diam. Entahlah yang jelas Ayunda semakin pusing berhadapan dengan David, kesabaran serasa semakin diuji. "Ayunda," mohon David tidak ada hentinya. Dia tidak peduli jika pun Wina memergoki dirinya di sana. Dihajar juga tidak masalah, karena yang menjadi masalahnya saat ini adalah mendapatkan maaf dari Ayunda. Apapun akan dia lakukan. Katanya saja dia terlalu gila, tidak masalah karena seluruh cintanya sudah habis dia berikan pada Ayunda. "Ya ampun," gumam Ayunda semakin panik. Saat itu gagang pintu pun bergerak, artinya Wina mulai memuta
Setelah beberapa hari tidak bekerja akhirnya Ayunda pun kembali bekerja, dia juga cukup merindukan sahabatnya Tere. Segera dia menuju ruangan sekretaris. "Hay," sapanya pada Tere. "Maaf ya kemarin aku nggak jenguk Ken, kamu tahukan keluarga kamu pada benci sama aku sejak kamu dan Kak Erwin cerai, aku cuma nggak mau memperkeruh keadaan," ucap Tere penuh penyesalan. "Aku ngerti kok, makanya aku langsung ke sini buat ketemu kamu," balas Ayunda. Kemudian keduanya pun saling berpelukan dengan sangat erat. Keduanya tampak masih begitu akrab, tidak ada yang ingin mengakhiri persahabatan ini karena keduanya sama-sama saling menghargai. Ting! Terdengar suara ponsel Ayunda berdering, dia pun melihat nomor tanpa nama. Tetapi dia tetap saja membuka pesan tersebut "Siapa ya?" tanyanya sambil mengambil ponselnya dari dalam tasnya. "Mungkin si, Bos," tebak Tere. "Iya mungkin sih, soalnya tadi malam aku udah bilang kalau hari ini aku bakal masuk kerja," jawab Ayunda yang diang
"Buat adik?!" gerutu Ayunda tak kuasa menahan rasa kesalnya.Saat itu ponsel Ayunda pun kembali berbunyi. Ayunda pun langsung saja menjawabnya bahkan tanpa melihat siapa yang menghubunginya.Karena dia tahu itu pasti David, pria aneh, gila dan sangat merusak hari-harinya sudah mulai terasa indah ini. "Hey, sudah aku katakan jangan lagi hubungi aku! Kamu punya telinga atau tidak?!" pekiknya. Yusuf yang sebelumnya meletakkan ponsel pada telinga mendadak menjauhkannya. Suara Ayunda benar-benar sangat memekakkan telinganya. "Aku benci sama kamu, jangan pernah lagi hubungi aku! Jangan pernah hubungi aku!" Ayunda sampai mengulang-ulang kembali apa yang dia katakan. Benar-benar sangat menjengkelkan sekali apa yang dilakukan oleh David menurutnya sangat keterlaluan.Ini bukan manis tapi pahit! "Hey, ini aku," kata Yusuf. Ayunda pun dibuat syok setelah mendengar suara siapa yang ada diseberang sana. Kemudian matanya semakin melebar karena mengetahui Yusuf lah yang menghubungi
Ting! Suara ponsel Ayunda dan ternyata Yusuf yang mengirimkan sebuah pesan. [Yunda, Mama ngotot pengen ketemu dengan Mama kamu, bisa tolongin aku nggak?] Yusuf. Ayunda pun tersenyum setelah membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Yusuf padanya. Tentu saja ini adalah cara untuk membuat David menjauhinya. [Datang aja ke rumah, Mama di rumah juga] Yunda. Ayunda tersenyum bahagia karena merasa ide kali ini akan berjalan dengan baik. "Kenapa?" tanya David yang melihat Ayunda tersenyum sambil memegang ponselnya. "Apaan sih, mau tau banget urusan orang!" *** Yusuf dan Rika pun telah tiba di kediaman orang tua Ayunda. Mereka datang dengan membawa banyak buah tangan. Wina pun cukup terkejut melihat kehadiran Yusuf dan sang ibu yang tidak memberitahukan padanya sebelumnya. Akan tetapi Wina tentunya merasa bahagia atas kehadiran Yusuf dan ibunya. "Silahkan masuk," Wina pun mempersilahkan keduanya untuk masuk. "Terimakasih," balas Rika sambil berjalan masuk. "Ayo du
Ayunda pun memasuki toko kosmetik. Dia langsung saja melihat beberapa make-up di sana. Kemudian dia pun menatap wajah David. "Mana bibirnya, aku mau nyobain yang warna ini," kata Ayunda. "Aku?" tanya David tak percaya. "Iyalah, siapa lagi?" "Tapi....." "Nggak mau?!" "Mau," David pun kembali menurut pada perintah Ayunda. Dia pun sedikit berjongkok dan Ayunda pun mulai memakai lipstik di bibirnya. Kacau! Gila! Aneh! Bukan lagi hal itu yang dipikirkan oleh David. Tapi rasanya begitu nyaman berdekatan dengan Ayunda seperti ini. Wajah Ayunda begitu dekat dengan dirinya, andai saja dia tidak memikirkan kemarahan Ayunda dia sudah melumat bibir itu. Meski sadar di tempat umum, tapi wanita ini benar-benar mudah membuatnya panas dingin. "Udah! Sana jauh-jauh!" ketus Ayunda. Saat itu Ken juga memegang hidung David, akhirnya David pun kembali menetralkan dirinya. "Mbak, kok dipakein ke suaminya?" ucap pramuniaga. "Ha?" Ayunda syok berat mendengar apa yang d
Masa bodo, mau pemilik mall, pemilik kuburan sekalian, bodo! Batin Ayunda. Kemudian dia pun mencari toko selanjutnya yang akan dia masuki. Toko dalaman khusus wanita. Ayunda pun tersenyum sambil menoleh pada David. "Ayu masuk," kata Ayunda. David pun terdiam sejenak saat berdiri di depan toko, sepertinya dia sedang berpikir di tempatnya. "Kamu nggak mau?!" "Mau," jawab David yang benar-benar pasrah, meskipun dia tengah begitu kesulitan dalam mengangkat semua barang belanja milik Ayunda. "Ya ampun, cowoknya ganteng banget," bisik seorang pramuniaga pada seorang temannya. Sedangkan temannya mengangguk membenarkan. Apa lagi jika mereka tahu saat ini mereka sedang bertemu dengan pemilik mall tersebut, sudah pasti mereka akan semakin terkagum-kagum. Tapi tidak semua orang tahu, hanya sebagian orang saja yang mengetahuinya. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak? Mas?" tanya sang pramuniaga. Ayunda tahu pramuniaga tersebut tertarik pada David, dan itu tidak masalah bagi
"Dia manusia atau apa sih? Aku curiga dia itu titisan jalangkung," gerutu Ayunda yang tak hentinya sambil membayangkan wajah David. "Kamu kok basah kuyup?" tanya Tere yang tak sengaja bertemu dengan Ayunda di ruang keluarga. Tepatnya ketika Ayunda tengah melintas. "Ini karena jailangkung," jawabnya penuh kekesalan. "Jailangkung?" "Hem......Dia datang dan pergi tanpa ijin, siapa lagi kalau bukan ayah Ken," ucap Ayunda. "Kayaknya dia serius pengen balikan sama kamu ya, buktinya tidak ada hentinya berusaha untuk mendekati mu," kata Tere lagi. "Enggak ya, aku nggak mau balikan sama dia. Dulu juga dia mati-matian berusaha untuk dapatkan cinta aku. Tapi apa? Dia malah menyakiti aku," Ayunda seakan tak bisa melupakan semua yang telah dia lewati. David, Erwin keduanya sama saja. Sama-sama jahat ketika sudah mendapatkan keinginannya. Lupa pernah berusaha mati-matian untuk mendapatkan Ayunda. "Kamu gimana? Kak Zidan nggak nyakitin kamu kan?" tanya Ayunda yang justru penasara
Hari ini adalah hari libur, sehingga Ayunda tidak berangkat bekerja. Akan tetapi dia juga tidak bermalas-malasan, dia menyirami tanaman miliknya yang begitu indah. Ada banyak bunga mawar di sana. Dia sangat hobi berkebun dan menikmati keindahannya adalah hal yang tak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata. Ayunda juga memperbaiki beberapa bagian yang kurang bagus, dia merawat dengan penuh perasaan. Bahkan selama dia pergi pun bunganya masih sangat indah, sebab Wina ikut merawatnya. Ayunda pun tersenyum sambil mencium sebuah bunga mawar, dia menghirup aroma yang sangat menenangkan diri. Hiburan tersendiri yang sangat membahagiakan untuknya. "Selamat pagi, Bunda," sapa David. Ayunda yang sedang tersenyum bahagia menikmati keindahan pagi ini seketika berubah kesal. Tentunya karena kehadiran David yang sangat tidak diinginkan. Tidak tahu kenapa David sangat suka datang ke rumahnya, apakah pria tersebut tidak punya rasa malu? Entahlah. Putus asa, tapi dia juga ingin
Tere baru saja sampai di apartemennya tapi ternyata ada Erwin yang berdiri di sana. Tere tidak tahu apa tujuan sang Kakak menemuinya. Namun, dia berharap jika Erwin memberikan kabar tentang Mama mereka. Dengan langkah yang cepat Tere pun berjalan ke arah Erwin yang masih berdiri di depan pintu apartemennya. "Kak Erwin," katanya sambil tersenyum pada sang Kakak. "Aku mau bicara." Tere pun mengangguk cepat, kemudian dia pun membukakan pintu agar mereka bisa berbicara di dalam. Setelah Tere masuk Erwin juga ikut masuk. Mereka masih berada di dekat pintu yang terbuka lebar. "Kak, kabar Mama gimana?" tanya Tere tak sabar. "Mama koma, kamu mau bertemu dengan Mama?" tanya Erwin. "Iya, Kak," Tere pun mengangguk cepat karena dia juga sangat merindukan ibunya. "Kamu harus membuat Ayunda mau kembali pada ku!" ucap Erwin. Tere pun dibuat terkejut mendengar ucapan sang Kakak. Rasanya sangat tidak mungkin karena dulunya Erwin sudah sangat yakin menceraikan Ayunda. Bahk
"Anak Bunda," seru Ayunda sambil menciumi seluruh wajah sang putra. Tidak bertemu sejak kemarin membuatnya menahan rindu yang begitu besar. Saat itu Ayunda memeluk sang anak dengan begitu erat. Berulangkali Ayunda mencium pipi mungil putranya, rasanya belum juga puas. "Yunda, apa benar Kakak kamu sudah menikah dengan Tere?" tanya Wina secara langsung. Dia sudah sangat penasaran hingga tak mampu lagi menahan rasa penasarannya. Saat itu Ayunda pun mulai menatap wajah sang Mama dengan serius. Artinya Zidan sudah menceritakan apa yang dia alami di desa. "Kak Zidan udah cerita?" tanya Ayunda kembali. "Iya, kemarin katanya dia menyusul kamu karena ingin melindungi kamu dari David. Tapi, ternyata sesampainya di sana terjadi insiden yang tak terduga, dia di paksa untuk menikah dengan Tere, pagi tadi Kakak mu pulang dengan wajah yang lelah dan Mama juga syok mendengarnya," terang Wina dengan panjang lebar. Wajah Wina juga penuh kekecewaan mengetahui bahwa anaknya menikah den
David pun memeluk Ayunda dari belakang, dia mencium tengkuk leher Ayunda dengan begitu liarnya. Sedangkan tangannya mulai menjalar ke seluruh tubuh wanita itu. Tubuh Ayunda yang basah menampakkan lekuk tubuh yang indah. Kini tubuh Ayunda lebih berisi dari sebelumnya, membuat David semakin panas dingin jika bertemu begini. Dada wanita itu begitu besar dan penuh. David semakin menjadi-jadi karena tidak dapat mengendalikan diri. Lantas bagaimana dengan Ayunda? Ayunda pun tersenyum sambil menikmati pelukan hangat David. Tangan liar David membuat Ayunda melayang jauh di awan. Sesaat kemudian David pun melumat bibirnya dengan sangat rakus. Ayunda pun membalasnya dengan tidak kalah panas. Saat itu tangan David mulai menelusup masuk ke dalam dress Ayunda. Meremas gunung kembar yang selalu menentang jiwa kelelakiannya selama ini. Saat itu terdengar suara teriakan. "Ahhhhh!" Teriak itu membuyarkan lamunannya, David kecewa ternyata apa yang terjadi barusan hanya se
Sepanjang malam Tere tak bisa terlelap, dia masih menangis karena apa yang barusan menimpanya. "Tere, udah dong nangisnya. Aku jadi ikut sedih tau," kata Ayunda yang berbaring di sampingnya. Jika dulu Tere yang memeluknya, tapi kini sebaliknya. Ayunda memeluk sahabatnya itu penuh dengan kesedihan, dia ikut prihatin dengan kejadian itu. "Kenapa ya semuanya jadi begini?" tanyanya. "Aku juga bingung, tapi udah dong nangisnya. Lagian tadi cuma nikah siri aja, yang penting kamu nggak kena gantung," ucap Ayunda yang benar-benar ingin membuat Tere berhenti menangis. "Ya sih, tapi......" "Gampang, nanti pas kita udah balik kamu bisa minta diceraikan, satu kata cerai, sah," kata Ayunda lagi. Tere pun menatap wajah Ayunda, dia mencerna apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut. "Tapi aku jadi janda?" "Tidak ada yang tahu, lagi pula kamu juga nggak ngapa-ngapain sama Kak Zidan." "Aku tidak melakukan apa-apa, tapi mereka malah berpikir buruk." "Iya, aku tahu, kita berdua