Share

Bab 44

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-18 23:23:29

Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini David berada di luar kota.

Untungnya hari ini dia telah kembali ke rumah, akan tetapi selama berada di luar kota justru pikirannya masih saja tentang bayi Ayunda.

Wajah bayi mungil itu tak dapat hilang dari ingatannya.

Bahkan, saat sampai di rumah dia seperti ingin segera melihat dan memeluknya meskipun tidak mungkin.

Hingga akhirnya secara diam-diam mencoba untuk melihatnya secara langsung.

Dari kejauhan dia melihat Ayunda tengah memangku bayinya di taman belakang.

Bayi itu sedang minum susu dan ibunya mengajaknya untuk berbicara.

Wajah bayi itu tampak sangat meneduhkan hati David.

Entah bagaimana caranya tapi dia ingin kembali menggendongnya.

Meskipun dari jarak yang cukup jauh tapi David masih bisa melihat dengan jelas apa yang tengah dilakukan oleh Ayunda.

Tanpa sadar bibirnya pun tersenyum menyaksikannya.

"Aku kenapa?" gumamnya.

Masih tak percaya dirinya bisa merindukan bayi Ayunda.

Dia pun mengacak rambutnya karena
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
ini dilanjutkan lagi Kak
goodnovel comment avatar
Eka Vesa Longa
trimakasih kk Thor utk up nya walaupun cuma 1bab aja ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 45

    "Kenapa kamu membawanya ke sini?" tanya David. "Untuk membunuhnya," jawab Adel dengan suara beratnya. David pun dibuat tercengang mendengar ucapan Adel. "Apa kau gila?!" tanya David tidak pernah. "Nggak aku masih waras, tapi aku nggak suka kamu pegang bayi ini," jelas Adel. David pun tidak membalas ucapan Adel, dia memilih untuk melihat ke arah depan sana. "Tapi kalau dilihat-lihat wajahnya--" Adel pun menggantungkan ucapanan melihat lirikan mata David yang sangat tajam. David tahu apa yang akan dikatakan oleh Adel. "Tidak sudi anak ini mirip dengan ku, anak haram!" paparnya. "David, seharusnya kau tidak berkata seperti itu!" kata Adel menegur David. "Kembalikan pada ibunya, menjijikkan!" kata David lagi. Dia terlihat sangat murka saat Adel membawa bayi itu padanya. Dengan kesal Adel pun segera menuju kamar tidur Ayunda untuk mengembalikan baby Ken. *** Malam harinya... "Sayang," Ayunda pun berusaha untuk menenangkan bayinya yang terus saja menangis sejak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 46

    Ayunda melakukan pekerjaannya seperti biasanya, bahkan sambil menggendong putranya.Kenzie sangat rewel dan badannya sedikit hangat, Ayunda yakin jika kini putranya sedang dalam keadaan normal dimana masa pertumbuhan bayi yang sering demam. Tapi saat dia sedang sibuk bekerja Yogi pun datang menghampirinya. "Selamat pagi," sapa Yogi. "Selamat pagi juga," balad Ayunda. "Kamu kerja sambil menggendong bayi?" "Iya," jawab Ayunda. "Kasihan dia kalau kena debu, sini bayinya aku gendong aja," pinta Yogi. "Nggak usah, makasih," tolak Ayunda dia sedang bersedih karena ucapan David semalam.Ucap yang benar-benar sulit untuk dia lupakan, bahkan Ayunda sendiri merasa bersalah pada putranya.Andai saja malam itu dia tidak mabuk parti ini tidak terjadi padanya, bayi tanpa dosa di gendongannya tak harus merasakan kejamnya dunia saat dia baru saja terlahir ke dunia ini. Bahkan Ayunda masih mengingat jelas kalimat hinaan yang dilontarkan pada putranya. Ayunda tidak lagi ingin mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 47

    "Ya ampun kamu demam, sayang," Ayunda pun terus saja mengayunkan tangannya berharap sang bayi bisa segera tertidur. Tapi sampai saat ini pun baby Ken masih saja menangis. Suhu tubuhnya juga terasa panas, sejak beberapa hari ini baby Ken sangat rewel. Ayunda juga mulai kewalahan untuk menenangkannya. Ditambah lagi dia belum berpengalaman sama sekali dalam mengurus bayi. Hidup sendiri diantara keramaian orang tanpa ada perhatian dari keluarga adalah hal yang sangat menyakitkan untuk seorang perempuan. Sekuat apapun seorang perempuan dia sangat membutuhkan kekuatan dari orang sekitarnya, sayangnya tidak semua orang bisa merasakan. Bahkan untuk sekedar pulang demi melepaskan beban sejenak saja tidak bisa. Tidak punya tempat untuk pulang itu sangat menyedihkan. Hanya orang-orang seperti Ayunda yang merasakan kesedihan ini. Mengenaskan. Hingga Ayunda menyadari bahwa ada bintik-bintik merah yang muncul di kulit baby Ken. "Kok ada bintik-bintik merah ya?" Ayunda pun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 48

    Tanpa bantuan David, ataupun orang yang bekerja di rumah David kini dia pun sampai di sebuah rumah sakit dengan menumpangi ojek. Rumah sakit terdekat karena keadaan anaknya sudah sangat memprihatinkan, beruntung kini anaknya tak lagi menangis setelah dokter memeriksanya. "Ibu, bayi anda terkena DBD dan harus dirawat," ucap sang dokter. Ayunda pun mengangguk lemah, dia pasrah pada keadaannya saat ini yang terpenting anaknya bisa kembali pulih. "Untuk biaya bagaimana ya, Dok?" tanya Ayunda. Dia masih memiliki uang, akan tetapi dia tidak yakin uang di tabungannya cukup untuk pengobatan sang anak selama dirawat di rumah sakit. "Saya tidak mengerti untuk itu, silahkan kebagian admistrasi, Bu," jawab sang dokter. Ayunda pun kembali menganggukkan kepalanya sambil berpikir keras dari mana bisa mendapatkan uang dengan jalan cepat. Apa lagi setelah bagian admistrasi mengatakan berapa kira-kira tagihan pengobatan yang harus dibayarkan. Jika Ayunda nekat membawa pulang anaknya denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 49

    Ciittttttt!!!! David pun mengerem mendadak saat melihat seseorang yang tiba-tiba saja melintas di jalan. Tapi David merasa mengenali wanita tersebut, Ayunda yang berlari terburu-buru membuat David penasaran. Bahkan saat ini Ayunda pergi tanpa anaknya, sesaat Ayunda kembali berlari David pun menyusulnya. David memicingkan matanya melihat Ayunda memasuki sebuah hotel. "Hotel?" David pun bertanya-tanya mengapa Ayunda memasuki hotel tersebut. Tak lama kemudian David ikut masuk dan sampai di lobi. Dia berhenti melangkah saat melihat dari kejauhan secara jelas Ayunda bertemu dengan seorang pria. Tak lama kemudian keduanya pun memasuki lift. Entah mengapa David masih saja mengikutinya, sesaat kemudian dia pun segera memasuki lift. Tak sulit baginya untuk bisa masuk karena dia adalah pemilik hotel tersebut, meskipun orang-orang tidak banyak yang tahu. Sampai di lantai 5 David pun keluar dari lift, matanya melihat Ayunda bersama dengan seorang pria tengah berdiri di depan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 50

    David pun kembali memutar badannya dan menatap wajah Ayunda. "Kau butuh uang?" tanya David. Ayunda pun tercengang mendengar pertanyaan David. Dia bertanya-tanya apakah yang akan dikatakan selanjutnya oleh David padanya. "Aku tanya, kau butuh uang?" David pun kembali mengulangi pertanyaannya. Karena Ayunda hanya diam saja padahal sebelumnya mengatakan bahwa dia butuh uang. Ayunda meneguk saliva pahit mendengar pertanyaan David untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini dia pun mengangguk pelan, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh David. Melihat anggukan kepala Ayunda seketika menciptakan senyuman pada bibir David. "Aku yang akan membeli mu kalau begitu!" kata David dengan entengnya. Sedangkan kakinya bergerak kearah pintu hingga tertutup dengan rapat. Degh! Jantung Ayunda berdegup 10 kali lebih kencang, sepertinya tidak menyangka jika David akan berkata demikian. "Kenapa? Berapa uang yang kau butuhkan?" tanya David lagi sambil berjalan mendekati Ayunda. Ses

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 51

    Dua hari sudah baby Ken dirawat di rumah sakit, Ayunda tidak lagi stres memikirkan biaya rumah sakit. Sebab, uang yang dia dapatkan sudah lebih dari cukup. Bahkan ada sedikit sisanya. Meskipun cara mendapatkan uang tersebut cukup menyedihkan, bahkan akan di pandang lebih hina dari seorang wanita murahan. Paling tidak anaknya bisa terselamatkan dari sakitnya. Apa lagi dokter mengatakan jika besok keadaan anaknya semakin membaik lagi maka akan dipersilahkan untuk pulang. Hanya saja Ayunda yang kini mulai berpikir untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan tekad yang kuat dia pun segera pergi mencari kosan walaupun mungkin hanya sepetak. Apapun yang terjadi dia harus bisa bangkit, dia tidak akan mau lagi tinggal di rumah David. Meskipun bekerja untuk mendapatkan gaji tapi lelah hati jika setiap harinya harus menelan pahitnya hinaan. Belum lagi setelah kejadian dua hari yang lalu dimana David yang membelinya, hanya saja David tak mau menyentuhnya dengan alasan jijik.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 52

    Satu Minggu kemudian.... Ayunda kini tengah duduk sambil memangku baby Ken di depan kosannya. Pikirannya melayang jauh karena sampai saat ini belum memiliki pekerjaan. Sedangkan susu sang anak tinggal sedikit. Artinya dia harus segera membelinya lagi, tapi uang yang dia miliki kini sudah begitu menepis. Lalu kemana dia bisa mencari pekerjaan? Ayunda benar-benar kebingungan mencari uang untuk kebutuhan sang anak. Beruntung Ayunda telah membayar uang kosan hingga tiga bulan kedepan hingga dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan uang sebelum jatun tempo pembayaran selanjutnya. "Ayunda?" kata seseorang. Ayunda pun bangkit dari duduknya sambil menggendong bayinya. Dia terus memperhatikan pria yang ada di hadapannya. "Yusuf?" kata Ayunda. "Iya," Yusuf. "Ya ampun, nggak nyangka kamu ada di sini juga. Kamu ngapain di sini? Kamu nggak ngekos di sini kan?" "Hehe, aku yang punya kosan ini," kata Yusuf. "Benarkah?" Ayunda pun mendadak malu mendengar ucapan Y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23

Bab terbaru

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 182

    Zidan keluar dari kamar dan terus berjalan. Tapi ternyata di hadapannya ada David yang juga baru saja keluar dari kamarnya. Zidan yang berjalan di belakang David belum menyadari ada seseorang yang siap mencekiknya karena ulahnya semalam. Benar saja tanpa aba aba Zidan pun merangkul pundaknya. David pun seketika tersadar ada Zidan didekatnya. Tapi tatapan mata Zidan terlihat tidak baik-baik saja. "Ada apa?" tanyanya tanpa rasa bersalah. Tentu saja David tidak merasa bersalah karena Zidan gagal meminum obatnya kan? Terbukti kemarin ada satu obat yang ditunjukkan padanya. Lalu ada masalah apa? Yang ada David yang menelannya karena Zidan, bahkan dia sangat tersiksa istrinya tengah datang bulan. Sialan.... "Ada apa kata mu?!" tanya Zidan kembali seakan tak percaya dengan pertanyaan David dengan wajah santai tanpa rasa bersalah sama sekali. Zidan pun semakin mencekik leher David, dia tak bisa membendung emosinya. "Lepas!" David pun memberontak hingga berhasil mel

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 181

    "Kamu belum makan kan?" tanya Wina. Tere pun menggeleng pelan sebagai jawaban. Sebelumnya dia memang ingin minum dan makan sedikit saja untuk menambah tenaga. Tapi yang terjadi justru pintu kamar terkunci dan peristiwa itupun terjadi. "Saya temani," Wina pun memegang tangan Tere dan membawanya pergi ke ruang makan sambil menunggu kamar tersebut dibersihkan oleh pembantu. Selain diminta untuk mengganti sprey juga membersikan beling kaca yang berserak di lantai. Sedangkan Tere hanya diam dan mengikut pada apapun yang dikatakan oleh Wina. Andaikan saja Wina jahat dan memberikannya racun dia tidak akan menolak sama sekali. Dia begitu kacau membuatnya tidak memilki gairah untuk melanjutkan hidupnya lagi. "Tere, ayo makan," Wina pun kembali menyadarkan Tere dari diamnya. Dia hanya duduk sambil melihat sepiring nasi goreng di atas meja makan yang baru saja dibuat oleh Wina sendiri. Tengah malam seperti ini menurutnya lebih baik makan nasi goreng pasti rasanya lebih enak

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 180

    Wina pun menutup pintu kamar agar Tere tak mendengar suara mereka. Anaknya harus diberikan peringatan habis-habisan, jika tidak maka ini bisa saja terulang kembali. Dia bisa mati berdiri akibat ulah anaknya ini. Sudah cukup putrinya yang merasakan menderita karena suaminya, jangan lagi ada wanita lainnya dan anaknya yang menjadi penjahatnya. Tidak. Kini keduanya berdiri di depan pintu kamar, mulut Wina tak sabar untuk segera mendengar jawaban dari sang anak dari setiap pertanyaannya. "Zidan, apa yang kamu lakukan?" tanya Wina secara langsung. Tidak ada basa-basi lagi dan Zidan harus menjelaskan dengan cepat tanpa bertele-tele. "Ma, Zidan nggak sepenuhnya salah," ucap Zidan yang juga berusaha untuk membela diri. "Kamu bilang apa?" Wina ingin sekali memukul sang anak saat ini juga. Mungkin otak anaknya sedang berpindah dari tempatnya hingga akhirnya dia menjadi seperti ini. "Tidak waras," gerutunya yang tidak bisa menerima jawaban sang anak. Bahkan tangannya sudah siap

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 179

    Akhirnya Zidan pun mendapatkan puncaknya, kini dia terkulai lemas di atas tubuh Tere. Perasaannya kini jauh lebih lega dari pada sebelumnya. Sesaat kemudian dia pun mulai bergerak untuk turun dan menyadari bahwa Tere tidak sadarkan diri. Ada rasa panik yang mulai melanda, dia merasa malu mengingat kembali apa yang dia lakukan barusan. Setelah memakai pakaiannya kembali dia pun mencoba untuk membangunkan Tere. "Tere!" panggilnya. Zidan benar-benar bingung dengan dirinya yang tidak bisa mengusai dirinya sendiri hingga ini terjadi. "Tere," panggil Zidan lagi tapi Tere tidak juga sadarkan diri. Dia pun menarik selimutnya untuk menutupi tubuh polos wanita itu. Kemudian meraih ponselnya bertujuan untuk meminta orang rumah untuk membukakan pintu kamar. Kenapa sebelumnya dia tidak melakukan ini? Seharusnya dia melakukan ini sebelum semuanya terjadi kan? Tidak. Sebelumnya reaksi obat yang membuatnya kehilangan kesadarannya. Pikirannya hanya tentang menuntaskan sesua

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 178

    Zidan ingin sekali menguasai dirinya sendiri, tapi obatnya jauh lebih kuat dari pada dirinya. "Kak, lepas!" seru Tere sambil menusukkan kuku-kukunya pada punggung Zidan. Dia berharap dengan begitu Zidan akan merasa sakit dan segera menghentikan semua ini.Atau pun mungkin saja Zidan akan tersadar hingga tidak lagi seperti iblis.Tere takut jika Zidan seperti ini, bagaimana dia bisa menyerah dirinya seperti ini?Sambil berlinang air mata Tere pun terus berusaha sekuat tenaga untuk mencakar punggung Zidan. Tapi ternyata tidak menjadi masalah sama sekali, karena Zidan terus saja melakukan aksinya. Tangannya semakin menjelajah liar di tubuh Tere, bersamaan dengan hisapan pada tengkuk yang menciptakan warna merah keunguan.Kini tangan Zidan memegang tengkuknya, sedangkan sebelah lagi menjalar ke bawah sana.Tere merasa bukan menjadi seorang istri yang jatuh melayani suaminya, tepatnya seperti seorang wanita yang tengah melayani nafsu gila iblis. "KAK ZIDAN!!" Seru Tere semakin ke

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 177

    Zidan pun masuk ke dalam kamar, ternyata bertepatan dengan Tere yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono nya. Ini untuk pertama kalinya terjadi, dan cukup mengejutkan untuk Tere. Tere pun menundukkan kepalanya sambil berjalan ke arah almarmari, mencari pakaiannya. Mungkin karena terlalu banyak menangis membuatnya tidak bisa fokus. Bahkan dia mandi karena ingin menyegarkan tubuhnya yang terasa kelelahan. "Kau sengaja ingin menunjukkan ini?" sinis Zidan. Dia yakin wanita di hadapannya ini sedang merencanakan sesuatu hal. Mengingat kelakuan Tere yang begitu diluar batas, tidak tutup kemungkinan apa yang dia ucapkan benarkan? Ataupun mungkin Tere ingin menggodanya? "Aku tidak tertarik sama sekali," kata Zidan lagi dengan angkuhnya. Kemudian dia pun membalikkan badannya karena ingin segera pergi. Tapi ternyata pintu tidak bisa dibuka. "Siapa yang mengunci?" tangannya bingung. Cepat-cepat Tere pun memakai piama tidurnya agar lebih menutupi tubuhnya.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 176

    Dengan membawa perasaan bahagia Ayunda pun kembali ke kamarnya. "Akhirnya Zidan akan tunduk pada Tere," kata Ayunda dengan senyuman penuh dengan kemenangan. "Kakak kenapa?" tanya Ayunda melihat wajah David yang mulai memerah. Tapi belum juga menjawab pertanyaannya David sudah kembali masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. "Aneh," kata Ayunda yang tidak ambil pusing dengan keadaan David. Menurutnya David sedang ingin cepat-cepat buang air hingga harus dituntaskan dengan segera.. Hingga Sesaat kemudian David pun keluar dari kamar mandi. "Kak, Ken sama Mama ya?" "Iya, kata Mama Papa minta Ken tidur dengan mereka," jawab David. Segera David pun naik ke atas ranjang bersebelahan dengan Ayunda. Tapi pikirannya sudah semakin dikuasai oleh obat sialan barusan. Bagaimana ini? Dia terus menatap wajah Ayunda yang ada di sampingnya. "Kak, kira-kira ini akan berhasil nggak ya?" tanyanya berharap semuanya lancar jaya. "Kita doa kan saja." "Semog

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 175

    "Ini, Bos," Bimo pun mengantarkan obat yang diminta oleh David. "Terimakasih," kata David. Terimakasih? Bimo cukup bingung karena mendengar ucapan terimakasih dari mulut bosnya. "Kenapa?" tanya David yang bingung dengan reaksi Bimo. "Tidak, Bos saya permisi," pamit Bimo. "Hem!" Setelah Bimo pergi mobil Zidan pun terlihat mulai memasuki pintu gerbang. David pun masih berdiri di teras menunggu Zidan keluar dari mobilnya. "Aku ingin bicara," kata David. "Aku juga," balas Zidan. "Kita bicara dibelakang saja," kata David. Zidan pun mengangguk dan keduanya menuju taman belakang, duduk di kursi saling berhadapan dengan meja berbentuk bulat yang berada di tengah keduanya. Huuuufff... "Bik, tolong buatkan kopi," kata Zidan saat melihat seorang art di kejauhan sedang melintas. Tak berselang lama dua cangkir kopi pun tiba dan kini diletakkan di atas meja. "Setelah kejadian kemarin aku terus diancam oleh Tuan Herlambang," kata Zidan yang memulai pembicaraan. "Kej

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 174

    Ayunda pun telah membawa Tere untuk kembali ke rumahnya. Dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Tere di apartemennya sendiri.Tidak, setelah hari ini bukan tidak mungkin Tere akan mengulanginya kembali dan dia pasti akan merasa bersalah. Bahkan Ayunda pun sudah menceritakan tentang apa yang barusan dilakukan oleh Tere yang hampir mengakhiri hidupnya pada Wina. "Ma, Tere mencoba untuk bunuh diri," kata Ayunda. "Ya ampun, apa itu benar?" tanya Wina yang benar-benar terkejut mendengarnya. "Iya, Ma. Untung aja Yunda cepat datang kalau nggak?" Ayunda pun menggelengkan kepalanya karena tak sanggup melanjutkan ucapannya. "Mama jadi kasihan sama dia, Kakak kamu kok tega sekali melakukan hal jahat ya?" Wina dibuat geleng-geleng kepala oleh tingkah putranya yang tak pernah dia bayangkan selama ini. "Iya, Ma." "Sekarang Tere dimana?" "Di kamarnya, tapi kayaknya Yunda bakalan tidur sama Tere terus deh, Ma." "Kenapa begitu?" "Biar Kak Zidan nggak bisa jahatin Tere." "Trus

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status